Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Profil Iklim Dunia 2016: Bumi Makin Panas

18 November 2016   06:17 Diperbarui: 18 November 2016   07:56 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Profil suhu global Januari - September 2016. Sumber: public.wmo.int

Jika kita merasakan sepanjang tahun 2016 ini terasa lebih panas, dugaan itu benar adanya, karena menurut laporan yang baru dikeluarkan oleh  the World Meteorological Organization (WMO) yang bersamaan dengan pelaksanaan konferensi iklim dunia (COP22) yang sedang berlangsung  di  Marrakech, Moroko,  suhu global tercatat 1,2 oC lebih panas jika dibandingkan dengan rata rata suhu sebelum era industri.

Suhu global pada bulan Januari – September 2016 tercacat 0,88 oC di atas rataan suhu pada kurun waktu 1960-1990.  Peningkatan suhu yang tajam pada awal tahun 2016 lalu disebabkan oleh fenomena El Nino 2015-2016.

Catatan peningkatan suhu global menobatkan 2016 sebagai tahun terpanas. Sumber: public.wmo.int
Catatan peningkatan suhu global menobatkan 2016 sebagai tahun terpanas. Sumber: public.wmo.int
Suhu pada bulan oktober lalu merupakan suhu terpanas sekaligus mencetak suhu tertinggi  jika dibandingkan dengan 17 suhu terpanas yang pernah tercatat pada abad ini.  Suhu terpanas yang dapat menandingi suhu terpanas pada tahun 2016 ini hanya terjadi pada tahun 1998.

Di  wilayah  tertentu dari bumi ini  mengalami peningkatan suhu yang lebih tinggi. Sebagai contoh di wilayah Artik dan sub Artik di Rusia dan juga di timur laut Kanada suhu tercatat 3 oC berada di atas rataan suhu.  Bahkan di wilayah the Ob River estuary dan  Novaya Zemlya di artik Rusia suhu 6-7 oC berada di atas rataan suhu.

Suhu di wilayah belahan bumi selatan  seperti di Amerika Selatan, Australia dan Afrika Selatan juga  mengalami peningkatan suhu sebesar 1 oC di atas rataan suhu normal.

Pemanasan global ini rupanya ternyata  tidak hanya berdampak pada peningkatan suhu saja, namun juga mempengauhi kondisi laut dunia.

Kematian terumbu karang mencapai 50% terjadi di beberapa bagian di the Great Barrier Reef, sedangkan coral bleaching dan gangguan ekosistem laut terjadi di Australia dan negara negara pasifk seperti Fiji dan Kiribati.

Coral bleaching melanda Great barrier reef. Photo: http: www.sciencemag.org
Coral bleaching melanda Great barrier reef. Photo: http: www.sciencemag.org
Permukaan laut dunia rata rata mengalami peningkatan 15 mm pada kurun waktu bulan November 2015 sampai dengan bulan Februari 2016 sebagai akibat dari fenomena alam El Nino.

Dampak cuaca ekstrim tahun 2016 ini memang sangat besar terhadap ekonomi dan korban jiwa. Pada tahun 2016 sampai dengan bulan Oktober lalu tercatat sebanyak 78 siklon tropis.

Dampak yang paling signifikan adalah Hurricane Matthew yang melanda Haiti pada bulan Oktober lalu yang memakan korban jiwa 546 dan melukai sebanyak 438 orang.  Hurricane Matthew tidak saja menghantam Haiti namun juga menyebabkan kerusakan yang besar di Kuba dan Bahama dan juga pantai timur  Amerika.

Hurrican Matthew berdampak luas di berbagai negara. Sumber: dsx.weather.com
Hurrican Matthew berdampak luas di berbagai negara. Sumber: dsx.weather.com
Selain Hurricane Matthew, ada dua lagi kejadian serupa yang berdampak besar, yaitu Typhoon   Lionrock tercatat melanda Korea  dan Cyclone Winston menghantam Fiji.

Banjir besar di wilayah Yangtze di Cina pada tahun 2016 ini  tercatat banjir terbesar sejak tahun 1999 yang memakan korban jiwa sebanyak 310 orang dan diperkirakan menimbulkan kerugian sebesar US 14 milyar.

Banjir besar melanda wilayah yang sangat luas di Cina. Sumber: Reuters; China Stringer Network
Banjir besar melanda wilayah yang sangat luas di Cina. Sumber: Reuters; China Stringer Network
Luasan wilayah banjir bulan juli 2016 di Cina. Sumber: floodlist.com/
Luasan wilayah banjir bulan juli 2016 di Cina. Sumber: floodlist.com/
Banjir dan tanah longsor juga terjadi di Sri Langka yang memakan korban jiwa lebih dari 200 orang dan menyebabkan terjadinya arus pengungsi ratusan ribu orang.

Cuaca ekstrim tahun 2016 juga menimbulkan gelombang panas.  Pada tanggal 7 Januari 2016 suhu di Pretoria tercatat 42.7 oC sedangkan di Johannesburg 38.8 oC.  Di Thailand suhu mencapai 44,6 oC pada tanggal 28 April lalu, sedangkan di India bahkan suhu mencapai 51,0 oC pada tanggal 19 Mei lalu. 

Gelombang panas yang melanda Kuwait. Sumber: blogs.agu.org
Gelombang panas yang melanda Kuwait. Sumber: blogs.agu.org
Di wilayah Timur Tengah juga terjadi gelombang panas.  Suhu di Nutribah di Kuwait mencapai 54.0 oC pada tanggal 21 Juli lalu, sedangkan di Basra, Irak suhu mencapai 53,9 oC.

Kekeringan melanda Afrika tahun 2016. Sumber: www.libyanexpress.com
Kekeringan melanda Afrika tahun 2016. Sumber: www.libyanexpress.com
Suhu ekstrim tahun 2016 mencetak rekor kebakaran hutan terbesar di kanada, yaitu kebakaran hutan di wilyah Alberta.  Luasan wilayah yang mencapai 590.000 hektar dinyatakan sebagai bencana alam terbesar di Kanada.  Kebakaran hutan ini menghancurkan 2.400 bangunan dan menyebabkan kerugian materi sebasar US$3 milyar.

Kebakaran hutan yang terjadi di Kanada tahun 2016 dinaytakan sebagai bencana alam terburuk Kanada sepanjang sejarah. Sumber: i.kinja-img.com
Kebakaran hutan yang terjadi di Kanada tahun 2016 dinaytakan sebagai bencana alam terburuk Kanada sepanjang sejarah. Sumber: i.kinja-img.com
Kekeringan juga melanda wilayah Afrika Selatan yang mempengaruhi kehidupan sebanyak 17 juta orang.  Kekeringan terjadi karena rendahnya curah hujan pada bulan Mei – Oktober 2016.

Tampaknya tren peningkatan suhu dan juga dampaknya akan semakin besar di masa mendatang.  Pertemuan pimpinan dunia untuk membicarakan iklim dunia yang sedang berlangsung di Maroko ini dinilai sangat strategis sebagai wahana untuk mengambil kesepakatan untuk menyelamatkan bumi.  

Kita tentunya sudah dapat membayangkan kondisi iklim dan alam yang tentunya lebih buruk yang akan dialami oleh umat manusia pada abad mendatang, jika negara negara di dunia tidak mengambil langkah nyata dalam menyelamatkan bumi ini.

Sumber: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun