Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Belajar dari Keberhasilan Australia Menanggulangi AIDS

11 Juli 2016   04:12 Diperbarui: 11 Juli 2016   09:29 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini merupakan hari yang bersejarah bagi dunia kesehatan Australia ketika ilmuwan Australia mendeklarasikan bahwa AIDS tidak lagi menjadi isu utama kesehatan masyarakat di Australia.  Deklarasi ini membuat Australia masuk ke dalam sedikit kelompok negara di dunia yang berhasil mengendalikan epidemik AIDS.

Deklarasi para ilmuan ini tentu saja sangat beralasan karena kejadian kematian akibat  AIDS di Australia akhir akhir ini  sangat rendah sekali dan bahkan tidak ada catatan kematian. Australia pernah mengalami masa suram terkait epidemik AIDS ini di era tahun 1990 an dimana ketika itu setiap tahunnya tercatat 1.000 warga Australia meninggal dunia akibat AIDS.

Salah satu penderita AIDS yang kini berusia 51 tahun menyatakan bahwa ketika dia didiagnosa mengidap AIDS 30 tahun yang lalu, dokter memperkirakan hidupnya hanya tinggal 3 tahun lagi.  Vonis dokter ini menurutnya seolah menjadi hukuman matinya, namun  kini dia tidak menyangka menjadi salah satu saksi hidup yang dapat menyaksikan deklarasi berakhirnya epidemik AIDS di Australia.

Perjuangan panjang

Angka kejadian AIDS di Australia memulai menunjukkan penurunan yang berarti ketika mulai digunakannya pengobatan anti-retroviral  pertengahan tahun 1990 dimana ketika itu  terjadi puncak kematian akibat AIDS ini.

Tidak pelak lagi program pengobatan anti-retroviral  yang dirancang dan dijalankan dengan baik ini telah mengubah peta epidemik  AIDS di Australia karena memungkinkan penderita AIDS dapat hidup lebih lama dan lebih  sehat dan berkualitas.  Pengobatan ini tentu saja secara drastis mengubah situasi dimana AIDS sebagai hukuman mati bagi penderitanya menjadi penyakit kronis yang dapat ditangani dengan baik.

Namun para ilmuwan Australia mengingatkan bahwa berkhirnya epidemik AIDS ini bukan berarti otomatis berakhirnya era HIV di Australia.  Setiap tahunnya di Australia dilaporkan adanya 1000 kasus baru HIV terutama di kalangan generasi muda.   Dari jumlah kasus HIV di Australia, 10% diantaranya dikategorikan sebagai tahap infeksi HIV tingkat lanjut.

Disamping itu terkait dengan program pengendalian AIDS ini Australia memiliki 7 program stategi nasional yang meliputi : program pencegahan, program pendeteksian melalui pengujian, program penanganan, keperdulian dan dukungan, program pembentukan tenaga khusus pencegahan, penanganan dan penanggulangan, program surveilen , penelitian dan evaluasi (Dokumen lengkap lihat di sini).

Selain penerapan program pengobatan anti retroviral, pemerintah Australia juga memiliki komitmen yang kuat  dengan mengalokasikan dana sebesar $200 juta untuk mendukung program internasional pengangulangan AIDS dan HIV dunia.

Pelajaran yang dapat diambil

Di kawasan Asia dan Pasifik diperkirakan terdapat sebanyak 180.000 kasus AIDS dan 1,2 juta kasus HIV.  Masalah yang paling sulit dikendalikan adalah banyaknya penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya mengidap HIV, sehingga ketika penderita melakukan test untuk pertama kalinya HIV yang dideritanya telah berkembang menjadi AIDS karena telah menghancurkan sistem kekebalan tubuhnya.

Laju prevelensi HIV/AIDS dunia tahun 2014. Sumber: kaiserfamilyfoundation.files.wordpress.com
Laju prevelensi HIV/AIDS dunia tahun 2014. Sumber: kaiserfamilyfoundation.files.wordpress.com
Bagi Australia, sangatlah penting untuk melanjutkan peran aktifnya memerangi epidemik AIDS di tingkat dunia.  Pengalaman dan keberhasilan Australia dalam menanggulangi AIDS  dinilai sangat berharga bagi upaya untuk mengeliminasi AIDS sebagai salah satu penyakit yang mematikan.

Peta HIV dunia tahun 2015. Sumber: www.avert.org
Peta HIV dunia tahun 2015. Sumber: www.avert.org
Di kawasan Asia dalam kurun waktu 10 tahun ini memang terjadi angka penurunan infeksi HIV, namun jumlahnya masih mencapai 5 juta penderita.  Penurunan angka penderita HIV ini ternyata tidak terjadi di Indonesia, Bangladesh, Sri Langka dan Philipina.

Data yang dikeluarkan oleh UNAIDS tahun 2015 menunjukkan bahwa penderita HIV di Indonesia mencapai 690.000 orang dengan kisaran jumlah menderita 600.000-790.000 orang, dengan tingkat prevelensi mencapai 0,6% (0,4-0,6%) di kalangan usia 15-49 tahun.

Jumlah orang dewasa usia 15 ke atas yang hidup dengan HIV mencapai 680.000 orang, sedangkan jumlah wanita usia 15 tahun ke atas yang hidup  dengan HIV mencapai 250.000 orang.

Data yang cukup memprihatinkan adalah jumlah pengidap HIV di kalangan anak usia 0-14 tahun mencapai 17.000 anak.  Angka kematian akibat AIDS di Indonesia diperkitakan mencapai 35.000 orang.

Sebagaimana yang pernah dialami oleh Australia data-data di atas tentunya hanya data yang muncul dipermukaan saja, sehingga jumlah tersebut diduga jauh lebih tinggi mengingat banyaknya penderita HIV yang tidak menyadarinya karena tidak memeriksakan diri.

Kampanye kesadaran dan pendidikan terkait HIV/AIDS di Indonesia. Sumber: www.sbs.com.au
Kampanye kesadaran dan pendidikan terkait HIV/AIDS di Indonesia. Sumber: www.sbs.com.au
Program pengobatan dan pengendalian AIDS  dengan anti-retroviral yang diterapkan Australia  memang memerlukan  biaya dan keseriusan pemerintah dalam menanggulangi epidemik AIDS ini.  Keberhasilan ini juga didukung oleh program jaminan kesehatan yang memadai  yang diberikan oleh Negara.

Paling tidak Indonesia dapat mempelajari program dan keberhasilan Australia dalam menanggulangi AIDS dan  mengendalikan HIV dan AIDS di Indonesia. Hal ini tentu saja  tidak mudah dilakukan mengingat tantangan, fasilitas  dan situasinya yang berbeda dan diperkirakan lebih berat.

Sumber: Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun