Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Potret Aborsi Dunia 1990-2014

16 Mei 2016   10:23 Diperbarui: 16 Mei 2016   10:31 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelarangan aborsi ternyata tidak menurunkan angka aborsi. Sumber: www.guttmacher.org

Baru baru ini  Gilda Sedgh dkk mempublikasikan potret tingkat aborsi dunia yang dikemas dalam tulisan ilmiah yang berjudul  Abortion incidence between 1990 and 2014: global, regional, and subregional levels and trends  di jurnal The Lancet.

Tidak tanggung-tanggung dalam menulis laporan ini mereka menggunakan data dari berbagai sumber yang meliputi 1069 negara dengan pokok bahasan perbandingan tingkat aborsi pada kelompok negera yang melegalkan aborsi dan kelompok negara yang melarang aborsi.

Pada kelompok negara dimana praktek aborsi dilarang dan dinyatakan sebagai tindakan kriminal bagi pelakunya, rataan  tingkat aborsi mencapai 37 aborsi untuk setiap 1000 wanita setiap tahunnya dan angka ini hampir sama dalam kurun waktu 1990-2014. 

Kisaran usia wanita yang melakukan aborsi pada kelompok negara ini adalah 15-44 tahun. Angka aborsi meningkat dari 50,4 juta pada tahun 1990-1994 menjadi 56,3 juta pada tahun 2010-2014. Peningkatan angka aborsi ini sejalan dengan peningkatan populasi.

Perbandingan tren aborsi antara negara maju dan negara berkembang. Sumber: www.guttmacher.org
Perbandingan tren aborsi antara negara maju dan negara berkembang. Sumber: www.guttmacher.org
Sebagian besar (80%)  dari praktek aborsi dilakukan terhadap kehamilan yang tidak diinginkan dimana metode kontrasepsi modern tidak digunakan,  dilakukan secara tidak aman.  Diperkirakan biaya  dari praktek aborsi illegal dan tidak aman di negara berkembang mencapai US300 juta per tahun.

Sebagai perbandingan pada kelompok negara yang melegalkan praktek aborsi, seperti di negara Eropa dan Amerika Utara, dimana aborsi merupakan bagian dari program kesehatan, jumlah aborsi menurun tajam dari 35 aborsi per 1000 wanita pertahunnya pada tahun 1990 menjadi hanya 25 aborsi per 1000 wanita per tahunnya.

Perbandingan peta aborsi dunia antara wanita kawin dan tidak kawin. Sumber: thelancet.com
Perbandingan peta aborsi dunia antara wanita kawin dan tidak kawin. Sumber: thelancet.com
Pada kurun waktu 2010-2014, di tingkat global sebanyak 73% dari aborsi dilakukan oleh wanita yang sudah kawin dan hanya 27% dilakukan oleh wanita yang belum kawin.

Implikasi hasil penelitian

Presepsi bahwa melegalkan aborsi akan meningkatkan praktek aborsi ruapanya terbantahkan dari hasil penelitian ini.

Disamping itu undang-undang yang melarang aborsi dan mencantumkan aborsi sebagai tindakan kriminal ternyata tidak menurunkan angka kejadian aborsi di sebagian besar negara berkembang.  Sebaliknya aturan pelarangan aborsi justru mendorong wanita untuk melakukan aborsi secara illegal dan menyuburkan tempat praktek aborsi illegal.

Pelarangan aborsi ternyata tidak menurunkan angka aborsi. Sumber: www.guttmacher.org
Pelarangan aborsi ternyata tidak menurunkan angka aborsi. Sumber: www.guttmacher.org
Pada umumnya praktek aborsi yang terjadi di negara berkembang terjadi akibat kehamilan yang tidak diinginkan akibat minimnya penggunaan alat kontrasepsi. Kebanyakan keluarga yang melakukan aborsi illegal ini dipicu oleh kehawatiran akan ketidakmampuan membiayai kelak ketika anaknya lahir nanti akibat latar belakang enonomi keluarga yang miskin.  Jika seandainya anak ini dilahirkan maka kombinasi antara faktor ekonomi dan faktor kesehatan akan meningkatkan angka kematian anak dan bayi.

Praktek aborsi illegal di negara negara berkembang memang perlu mendapat perhatian khusus mengingat angka aborsi masih tinggi. Data empiris memang menunjukkan bahwa pelarangan aborsi tidak menurunkan angka aborsi.  Oleh sebab itu,  aborsi secara ketat dan selektif bagi keluarga yang kehamilannya akan membahayakan jiwa ibu dan anak dan juga penyediaan alat kontrasepsi bagi keluarga yang sudah kawin di negara-negara berkembang mungkin merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan permasalahan yang sangat komplek ini.

Kesulitan lain yang umumnya dihadapi oleh negara negara berkembang terkait dengan norma, budaya, adat istiadat  dan agama yang berlaku, sehingga melegalkan aborsi merupakan kebijakan yang tidak mungkin dilakukan di negara tersebut.

 Rujukan :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun