Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengenal Lebih Dekat Demensia

18 Maret 2016   06:08 Diperbarui: 18 Maret 2016   19:07 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Peningkatan angka penderita demensia di Indonesia memerlukan penyiapan program khusus.| Photo: Linkedin.com/Nicole Batsch"][/caption]Di Indonesia istilah demensia sering disamakan dengan pikun untuk menggambarkan kondisi orang yang kehilangan ingatannya yang umumnya terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Sebenarnya penggunaan istilah pikun ini kurang tepat mengingat demensia tidak saja terkait dengan pikun naman terkait dengan kondisi yang lebih luas lagi.

Beberapa tanda awal terkait dengan demensia ini meliputi : sering kehilangan ingatan dan frekuansinya yang semakin meningkat dari waktu ke waktu; bingung, perubahan kepribadian, apatis dan cenderung ingin menyendiri, kehilangan kemampuan untuk melakukan kegiatan rutin sehari hari.

Secara umum demensia adalah kondisi yang dialami seseorang terkait dengan kelainan yang mempengaruhi fungsi otak. Orang yang mengalami demensia akan terpengaruh cara berpikir, bertindak dan kemampuannya dalam menjalankan kegiatan rutin hariannya. Gangguan fungsi otak inilah yang menyebabkan orang yang mengalami demensia kehidupan sosialnya terganggu.

Walaupun sebagian besar demensia dikaitkan dengan bertambahnya umur, namun tidak semua orang akan menderita demensia dengan bertambahnya umur. Jadi demensia dapat terjadi pada siapa saja namun umumnya terjadi pada orang yang telah berusia 65 tahun ke atas. Data empiris juga menunjukkan bahwa demensia dapat terjadi pada orang yang berusia 40 an dan 50 an.

Memang banyak sekali macam demensia ini dan setiap macam demensia disebabkan oleh pemicu yang khas juga. Penyebab yang paling umum yang terkait dengan dementia ini adalah : Alzheimer's disease, Vascular dementia, Parkinson's disease, Dementia with Lewy bodies, Fronto Temporal Lobar Degeneration (FTLD), Huntington's disease, dementia yang terkait dengan alkohol (Korsakoff's syndrome) dan Creutzfeldt-Jacob disease. Penyebab lain yang sering dihubungkan dengan demensia meliputi kekurangan vitamin dan hormon tertentu, depresi, pengaruh obat, infeksi dan tumor otak.

Oleh sebab itu, dalam mengatasi dementia ini perlu dilakukan diagnose secara akurat terkait penyebab terjadinya demensia agar perlakukan dan pengobatan dapat dilakukan secara benar , cepat dan efektif.

Banyak orang yang percaya bahwa demensia ini adalah penyakit turunan, namun hasil studi menunjukkan bahwa demensia sebagian besar tidak diturunkan.

Statistik Dementia Dunia

[caption caption="Pengaruh demensia di tingkat dunia. | Photo: www.agedcareonline.com.au"]

[/caption]Sampai dengan tahun 2016 initerdapat 46,8 juta orang yang mengalami demensia dan jumlah ini diprediksi akan meningkat menjadi 131,5 juta pada tahun 2050 mendatang. Di negara-negara yang berpenghasilan tinggi kejadian demensia yang berhasil dideteksi mencapai 20-50%.

[caption caption="Peningkatan kejadian demensia di kenera berpendapatan rendah menengah lebih cepat dibandingkan dengan di negara maju. | Photo: www.prb.org"]

[/caption]Mengingat demensia terkait dengan penurunan produktivitas dan aktivitas seseorang, maka dementia merupakan penyakit yang dianggap banyak menghabiskan biaya untuk mengatasinya. Sebagai contoh pada tahun 2015 negara-negara di dunia menghabiskan dana sebesar US$815 milyar untuk mengatasi pengobatan terkait dengan dementia ini mencapai US$815 milyar.

[caption caption="Rataan usia harapan hidup dunia makin meningkat, demikian juga kejadian demensia. | Photo: www.un.org"]

[/caption]Meningkatnya jumlah orang yang mengalami demensia ini memang telah menjadi perhatian badan kesehatan dunia WHO dan juga negara-negara yang terpengaruh. Sebagai contoh di Australia angka kejadian demensia yang saat ini mencapai 353.800 orang akan meningkat menjadi 400.000 orang dalam lima tahun mendatang dan diperkirakan akan mencapat angka 900.000 orang pada tahun 2050.

Bagaimana dengan Indonesia?

Saat ini program penanggulan demensia memang belum menjadi prioritas, mengingat saat ini pemerintah memfokuskan programnya pada penanggulangan penyakit yang berdampak luas pada masyarakat, pengurangan angka kemiskinan dan meningkatan akses masyarakat terhadap air bersih.

Jumlah penderita demensia yang akurat memang sulit didapatkan, namun saat ini penderita dementia di Indonesia melebihi 1 juta orang dan jumlah ini diperkirakan akan mencapai 3,9 juta orang pada tahun 2050.

Kondisi sosial budaya di Indonesia umumnya berbeda dengan dengan negara maju lain. Ikatan keluarga yang sangat kuat menyebabkan pada umumnya di usia tuanya para orang tua dijaga oleh anak dan keluarga.

Memang saat ini tidak umum anak menitipkan orang tuanya yang mengalami demensia di panti jompo, namun dengan semakin meningkatnya angkan kejadian dementia di Indonesia dan juga perubahan kehidupan di kota kota metropolitan, diperkirakan kebutuhan akan“age care house” akan semakin meningkat.

Saat ini banyak perusahaan internasional yang bergerak dalam“age care” ini sudah membangun “age care house” di berbagai negara yang disesuaikan manajemennya dengan budaya setempat. Sebagai contoh sudah banyak perusahaan internasional yang berhasil masuk dan membangun “age care house” nya di China yang membuat banyak keluarga kelas menengah dan atasnya menitipkan orangtuanya dengan nyaman dan tenang.

[caption caption="Pergeseran median usia di negara ASEAN sampai dengan tahun 2015 yang semakin meningkat. | Photo: www.whatsad.asia"]

[/caption]

[caption caption="Kelompok usia tua Indonesia semakin mengingkat pada tahun 2050 (kiri) dan perbandingannya dengan US (kanan). | Photo: image.slidesharecdn.com"]

[/caption]Data empiris juga menunjukkan bahwa pada tahun 2050 mendatang usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat. Hal ini berarti juga bahwa keladian demensia diprediksi akan menjadi penyakit umum di masa mendatang. Oleh sebab itu Indonesia perlu dengan serius menyiapkan program penanggulangannya.

Adanya hari lanjut usia (lansia) yang diperingati setiap tanggal 29 Mei setiap tahunnya merupakan momen yang sangat berharga untuk menghargai orang tua yang telah berjasa membersarkan dan mendidik kita sekaligus diharapan sebagai momentum untuk mempersiapkan program penanggulangan demensia di Indonesia.

Rujukan:Satu, Dua, Tiga, Empat, Lima, Enam, Tujuh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun