Di beberapa wilayah di Indonesia seperti misalnya di Tomohon, Sulawesi Utara kelelawar merupakan bahan makanan yang tergolong istimewa. Paling tidak ada dua alasan orang mengonsumsi daging kelelawar yaitu kelelawar sudah menyatu dengan budaya setempat di mana kelelawar dianggap sebagai makanan yang sangat istimewa. Kedua banyak orang yang mempercayai kelelawar memiliki khasiat tertentu untuk mengobati penyakit.
Kelelawar buah di Poso juga dikonsumsi manusia. Sumber
Beberapa studi memang mengindikasikan bahwa daging kekelawar mengandung komponen aktif yang diduga dapat berdampak pada pengurangan frekuensi serangan penyakit asma sebagaimana yang pernah dilakukan studinya di IPB beberapa waktu lalu (lihat di sini). Namun demikian bukti ilmiah yang komprehensif yang menunjukkan bahwa daging kelelawar dapat mengobati penyakit asma ataupun penyakit lainnya belum ada.
Justru sebaliknya mengingat habitat dan perilakunya, kelelawar harus diwaspadai sebagai salah satu sumber penyebaran penyakit ke manusia. Dalam istilah kesehatannya disebut dengan penyakit zoonosis yang memungkinkan penyakit-penyakit tertentu yang ada pada binatang dan hewan, dapat menular ke manusia.
Baru-baru ini para peneliti Inggris dengan menggunakan data yang berhasil dikumpulkan mulai dari tahun 1900 sampai dengan tahun 2013 berhasil membuat distribusi tingkat resiko penyebaran penyakit yang disebarkan oleh kelelawar, demikian juga faktor-faktor yang berkontribusi dalam penyebaran penyakitnya.
Peta resiko di atas menunjukkan bahwa wilayah yang beresiko sangat tinggi dalam penyebaran penyakit yang berasal dari kelelawar ini adalah sebagian besar ada di wilayah Afrika Tengah, di mana memang penduduknya bersentuhan langsung dengan dan biasa mengkonsumsi kelelawar secara rutin. Di Indonesia wilayah seperti Sumatera, Kalimantan bagian utara, Sulawesi dan juga Papua memiliki resiko sedang terkait dengan penyebaran penyakit melalui kelelawar ini.
Kelelawar sebagai penyebar penyakit
Penyebaran penyakit melalui kelelawar ini memang telah menjadi perhatian WHO dan peneliti kesehatan lainnya mengingat kelelawar hidup dalam koloni dengan jumlah jutaan, sehingga sangat berpotensi menyebarkan penyakit dengan sangat cepat pada saat yang bersamaaan.
Hasil publikasi terakhir terkait studi terhadap kelelawar sebagai agen penyebar penyakit menunjukkan bahwa banyak virus yang epidemik pada manusia berasal dari kelelawar seperti misalnya Virus Nipah yang meledak pada tahun 1999, coronavirus SARS yang meledak pada tahun 2002 dan yang paling akhir adalah virus Ebola yang pada tahun lalu membuat heboh dunia.
Sebagai contoh, hasil penelitian terkait penyebaran virus Nipah yang melanda wilayah Asia Tenggara ternyata behubungan dengan pengembangan peternakan babi di Malaysia yang berdekatan dengan habitat kelelawar. Transmisi penyakit dari kelelawar ke babi diduga karena babi memakan buah-buahan yang terkontaminasi oleah air liur dan kencing kelelawar. Selanjutnya virus yang telah menulari babi ini menular ke manusia.
Mungkin orang banyak bertanya mengapa virus yang berbahaya dan juga mematikan tersebut dapat berakibat fatal pada manusia namun tidak berpengaruh pada kelelawar. Salah satu faktor yang diduga berkontribusi terhadap kekebalan kelelawar terhavap virus-vrus yang mematikan ini adalah kemampuan kelelawar untuk menurunkan suhu tubuhnya secara ekstrim pada saat malam hari dan kemungkinan besar kemampuan inilah berpengaruh kepada sistem kekebalan tubuhnya.
Bagaimana mengawasi dan mencegahnya ?
Terkait dengan temuan ini memang pihak terkait dimana wilayahnya memiliki resiko terhadap penyebaran penyakit melalui kelelawar diminta secara rutin untuk melakukan pengawasan melekat, termasuk di dalamnya memonitor secara rutin kemungkinan adanya virus-virus baru yang dapat menulari manusia. Monitoring perlu dilakukan terutama di wilayah wilayah dimana koloni kelelawar wilayahnya berdekatan atau bersentuhan langsung dengan manusia.
Di Indonesia dengan bertambahnya penduduk, banyak perluasan pemukiman sudah mulai masuk ke wilayah hutan yang juga menjadi habitat kelelawar. Dalam kondisi seperti ini pihak terkait perlu mewaspadai penyebaran virus-virus yang mematikan melalui kelelawar terutama di wilayah permukiman yang berdekatan dengan habitat kelelawar.
Ilustrasi Judul: Salah satu jenis kekelawar buah asli asal Asia Tenggara. Sumber
Rujukan :
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H