Kelelawar sebagai penyebar penyakit
Penyebaran penyakit melalui kelelawar ini memang telah menjadi perhatian WHO dan peneliti kesehatan lainnya mengingat kelelawar hidup dalam koloni dengan jumlah jutaan, sehingga sangat berpotensi menyebarkan penyakit dengan sangat cepat pada saat yang bersamaaan.
Hasil publikasi terakhir terkait studi terhadap kelelawar sebagai agen penyebar penyakit menunjukkan bahwa banyak virus yang epidemik pada manusia berasal dari kelelawar seperti misalnya Virus Nipah yang meledak pada tahun 1999, coronavirus SARS yang meledak pada tahun 2002 dan yang paling akhir adalah virus Ebola yang pada tahun lalu membuat heboh dunia.
Sebagai contoh, hasil penelitian terkait penyebaran virus Nipah yang melanda wilayah Asia Tenggara ternyata behubungan dengan pengembangan peternakan babi di Malaysia yang berdekatan dengan habitat kelelawar. Transmisi penyakit dari kelelawar ke babi diduga karena babi memakan buah-buahan yang terkontaminasi oleah air liur dan kencing kelelawar. Selanjutnya virus yang telah menulari babi ini menular ke manusia.
Mungkin orang banyak bertanya mengapa virus yang berbahaya dan juga mematikan tersebut dapat berakibat fatal pada manusia namun tidak berpengaruh pada kelelawar. Salah satu faktor yang diduga berkontribusi terhadap kekebalan kelelawar terhavap virus-vrus yang mematikan ini adalah kemampuan kelelawar untuk menurunkan suhu tubuhnya secara ekstrim pada saat malam hari dan kemungkinan besar kemampuan inilah berpengaruh kepada sistem kekebalan tubuhnya.
Bagaimana mengawasi dan mencegahnya ?
Terkait dengan temuan ini memang pihak terkait dimana wilayahnya memiliki resiko terhadap penyebaran penyakit melalui kelelawar diminta secara rutin untuk melakukan pengawasan melekat, termasuk di dalamnya memonitor secara rutin kemungkinan adanya virus-virus baru yang dapat menulari manusia. Monitoring perlu dilakukan terutama di wilayah wilayah dimana koloni kelelawar wilayahnya berdekatan atau bersentuhan langsung dengan manusia.
Di Indonesia dengan bertambahnya penduduk, banyak perluasan pemukiman sudah mulai masuk ke wilayah hutan yang juga menjadi habitat kelelawar. Dalam kondisi seperti ini pihak terkait perlu mewaspadai penyebaran virus-virus yang mematikan melalui kelelawar terutama di wilayah permukiman yang berdekatan dengan habitat kelelawar.
Ilustrasi Judul: Salah satu jenis kekelawar buah asli asal Asia Tenggara. Sumber
Rujukan :
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H