Mohon tunggu...
Ronny Rachman Noor
Ronny Rachman Noor Mohon Tunggu... Lainnya - Geneticist

Pemerhati Pendidikan dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mewaspadai Kondisi Gawat Darurat Pernikahan

29 Desember 2015   05:20 Diperbarui: 29 Desember 2015   07:34 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adalah suatu kesalahan yang fatal jika sebagian orang beranggapan bahwa setelah penikahan "perjuangan" dan "perburuan" untuk mendapatkan hati pasangan sudah usai. Kesalahan fatal ini sering memicu berbagai permasalahan kecil dan berkembang  menjadi besar yang dapat berujung pada suatu perceraian.

Semua orang tentunya mendambakan bahwa suatu pernikahan akan langgeng sampai  hari tua, namun terkadang pemicu ketidak harmonisan suatu pernikahan tidak disadari sepenuhnya oleh pasangan. Begitu permasalahan sudah membesar dan tidak terkendali, maka akan semakin sulit bagi suatu pernikahan yang mulanya dianggap sebagai suatu penikahan yang  ideal sekaligus  pelabuhan  terakhir, ternyata berubah menjadi pernikahan  tidak harmonis dan tidak jarang  berakhir diujung tanduk perceraian.

Beberapa pemicu awal munculnya ketidak harmonisan perlu diantisipasi sejak dini dan didiskusikan dengan pasangan untuk dicari jalan keluarnya. Permasalahan kecil seperti terpaksa harus berada di tempat yang berbeda, kejenuhan, buruknya komunikasi ataupun merasa banyak ketidakcocokan memang sering muncul setelah pernikahan. Hal ini memang masih dapat dianggap wajar mengingat pernikahan itu menyatukan dua orang yang memiliki perbedaan pribadi, kebiasaan dan pandangan. Suatu pasaangan harus sejak awal menyadari dan mengantisipasi terjadinya hal tersebut.

Apabila hal hal yang tampak sepele tersebut tidak dapat diselesaikan ataupun dikompromikan dengan baik, bukan tidak mungkin akan memicu permasalahan yang lebih besar lagi. Salah satu permasalahan yang dapat diangap besar dan sudah membahayakan suatu pernikahan adalah perselingkuhan.

Perselingkuhan memang secara umum tidak dibenarkan oleh agama, moral maupun sosial. Namun ternyata banyak juga pasangan suatu pernikahan terjebak masuk ke permasalahan ini. Perselingkungan sudah diangap hal yang membahayakan suatu pernikahan, karena menyangkut tidak saja kepercayaan yang diberikan namun sekaligus juga dapat dikategorikan sebagai suatu pengkhianatan yang sering kali tidak dapat dimaafkan oleh pasangan.

Perselingkungan tidak saja menyangkut menyembunyikan suatu rahasia di depan pasangan, namun juga menyangkut tekanan emosi dan fisik akibat dari ketidakjujuran tersebut. Biasanya pasangan yang terlibat perselingkuhan kemungkinan juga mengalami gangguan kecanduan sex.

Hal lain yang sering dianggap sepele pada awalnya dan dapat berkembang dengan cepat sebagai pemicu ketidak harmonisan adalah kecanduan, seperti misalnya kecanduan alkohol, narkoba, judi dan sex termasuk kecanduan menonton film dewasa. Kecanduan ini akan mempengaruhi keharmonisan pasangan dan juga kualitas kerja serta kesehatan. Jika kecanduan ini sudah mencapai tahap yang akut, maka dapat saja pasangan ini mengalami ketergantungan psikologis.

Membiarkan kecanduan ini terus berkembang membesar dengan harapan suatu saat akan berhenti dengan sendirinya adalah langkah yang tidak bijaksana dan dapat membahayakan suatu pernikahan. Oleh sebab itu, membantu pasangan untuk keluar dari permasalahan kecanduan ini sangat bermanfaat untuk mempertahankan suatu pernikahan.

Hal lain yang sering kali terjadi namun tidak muncul kepermukaan karena dianggap suatu aib bagi pasangan yang mengungkapkannya secara terbuka adalah kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). KDRT dapat meliputi memukul, mendorong,mencengkeram serta menyakiti yang membuat pasangan menjadi ketakutan dan tidak jarang terluka.

Suatu pernikahan yang di dalamnya ada KDRT memang sangat memprihatinkan dan membahayakan. Pemicu KDRT biasanya dipicu oleh kecemburuan atau pengontrolan pasangan secara berlebihan. Disamping fisik, KDRT dapat juga dalam bentuk pengontrolan keuangan yang sangat ketat untuk pasangan. Tindakan ini biasanya ditujukan untuk mengontrol pasangan agar merasa tidak berdaya sekaligus menciptakan ketergantungan pada pasangan. Apapun bentuknya KDRT sudah tentu akan membuat suatu pernikahan menjadi tidak bahagia karena rasa takut dan tekanan terus menghantui.

Seperti yang telah dibahas di atas, penikahan adalah penggabungan dua pribadi yang berbeda. Banyak orang beranggapan bahwa masa pacaran yang lebih panjang dapat mendekatkan perbedaan ini. Namun sekuat apapun upaya yang dilakukan tetap saja masih ada perbedaan diantara pasangan yang memutuskan untuk masuk dalam fase pernihakan.

Kunci dari mengurangi perbedaan ini adalah bagaimana setelah masuk fase pernikahan, kedua pasangan dapat beradaptasi satu dengan lainnya. Langkah ini tentunya tidak mungkin terjadi jika tidak ada keinginan kuat dari kedua pasangan. Kerelaan dan ketulusan masing masing untuk mengubah dan menyesuaikan kepribadannya agar tercipta kecocokan dapat dianggap sebagai kunci sekaligus awal yang sangat baik bagi suatu pernikahan.

Memang tidak semuanya dapat dengan gampang disesuaikan menyangkt perbedaan ini. Masalah yang dianggap sulit untuk dikompromikan misalnya perbedaan agama, karir dan tempat berkarya. Oleh sebab itu, segala permasalahan ini perlu dibicarakan dan diantisipasi sebelum suatu pasangan memutuskan untuk masuk dalam fase pernikahan.

Jika kita ingin membangun keluarga yang harmonis, maka deteksilah secara dini pemicu ketidakharmonisan ini walaupun tampak sepele dan kecil.  Menganggap sepele permasalahan yang kecil-kecil yang memicu perbedaan merupakan tindakan yang tidak bijaksana. Keberhasilan mengantisipasi secara dini permasalahan dalam suatu  pernikahan dan mencapai kompromi untuk mencari jalan keluarnya mungkin dapat menjadi awal kelanggengan suatu pernikahan.

Sumber:

Ilustrasi judul
Sumber 1
Sumber 2
Sumber 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun