Dia mengungkapkan telah terjadi juga pemungutan suara secara rahasia, 4 pemilih dari Eropa yang berpaling tidak memilih Amerika jika Amerika akan diberikan jatah menjadi tuan rumah. “sepakbola adalah permainan kekuatan politik” ujarnya.
“pada awalnya peseturan kami hanya menyangkut masalah pribadi saja, …itu antara saya dan Platini”....”Dialah yang memulai duluan, namun persetruan ini berkembang ke arah politik”…”dan ketika sudah menyangkut masalah politik, perseteruan ini tidak lagi menjadi perseturan saya dan Platini, namun kini menyangkut pihak-pihak yang kalah dalam pemilihan tuan rumah kejuaran dunia sepakbola.” Ujarnya.
“terlepas dari kekecewaan Inggris yang kalah dari Rusia untuk menjadi tuan rumah kejuaraan tahun 2018, terpilihnya Rusia tidak ada masalah sampai saat ini. Rusia di bawah Presiden Putin menyiapkan kejuaraan ini dengan sangat baik” ujarnya membela terpilihnya Rusia.
Blatter mengatakan bahwa dia menyesal tidak mengundurkan diri pada thun 2014 seperti yang telah direncanakannya. Dia melihat adanya kecemburuan pada keberhasilan komersialisasi FIFA dan membantah krisis yang melanda FIFA ini akibat tidak terpilihnya Amerika.
Blatter mengatakan dia menghormati keputusan komisi etik FIFA yang menghukumnya sehinga menyebabkan media menekannya dan berakibat poengunduran dirinya. Dia mengatakan sayangnya Platini berada dalam perahu yang sama. Pada kongres FIFA yang akan diselenggrakan tanggal 26 Februari mendatang dia bertekad akan membersihkan namanya.
Sepakbola kini tidak murni lagi sebagai olah raga namun sudah dicampuri oleh urusan politik. Akankah pencalonan Platini tersandung pengakuan Blatter yang disampaikan secara terbuka ini? Kita tunggu saja pada pemilihan presiden FIFA yang direncanakan akan diselenggarakan pada tanggal 26 Febbruari mendatang.
Sumber : Reuters
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H