Mengkonsumsi daging olahan seperti sosis, daging asap, bacon dan ham meningkatkan resiko kanker usus dan kolon. Ilustrasi : http://goldenvalleynatural.com
Laporan World Health Organization (WHO) yang baru saja dikeluarkan Senin tanggal 26 Oktober 2016 menyebutkan bahwa daging olahan seperti sosis, ham dan daging olahan lainnya melalui proses fermentasi, penggaraman, pengeringan, pengasapan serta pelayuan terkait langsung dengan kanker. Daging merah yang belum diolah seperti daging sapi, kuda, domba, babi diduga kuat juga terkait dengan kanker.
Studi yang dilakukan oleh Agency for Research of Cancer (IARC) ini menyebutkan adanya bukti yang sangat kuat bahwa daging olahan menyebabkan kanker usus (colorectal cancer). Studi yang dilakukan oleh IARC ini dilakukan dengan menganalisa lebih dari 800 hasil penelitian di seluruh dunia terkait hubungan antara daging olahan dengan kanker.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa setiap 50 gram konsumsi daging olahan akan meningkatkan resiko terjadinya kanker usus sebesar 15%. Berdasarkan hasil temuan ini IARC mengkategorikan konsumsi daging olahan ini dalam kategori yang sama dengan rokok dan asbes sebagai zat karsinogenik.
Daging yang belum diproses seperti daging merah juga beresiko tinggi menimbulkan kanker colon dan rektum, pankreas dan juga prostat. Oleh sebab itu, daging merah juga dimasukkan dalam kelompok 2A sebagai bahan yang kemungkinan sebagai penyebab kanker. Kategori ini sama dengan glyphossate yaitu bahan kimia pembasmi gulma.
Daging olahan ini menyebabkan kematian akibat kanker sebanyak 34.000 orang setiap tahunnya, sedangkan untuk konsumsi daging merah dikaitkan dengan kematian sebanyak 50.000 orang akibat kanker.
Angka kematian akibat mengkonsumsi daging olahan maupun daging merah yang belum diolah ini memang masih lebih rendah jika dibandingkan dengan angka kematian yang disebabkan oleh rokok dan alkohol yaitu sebanyak 600.000 setiap tahunnya dan juga akibat polusi udara sebanyak 200.000 orang. Namun mengingat semakin meningkatnya angka kematian akibat kanker terkait dengan konsumsi daging olahan dan daging merah ini, angka kematian ini sudah dikategorikan mengkhawatirkan .
Mengingat daging merah merupakan salah satu bahan makanan yang kaya akan zat nutrisi dan mineral yang diperlukan oleh tubuh, WHO menganjurkan agar setiap negara membuat aturan terkait konsumsi daging ini dalam batas yang masih dikategorikan sebagai “batas sehat” .
Menanggapi hasil studi terakhir ini, mengkonsumsi daging merah memang sebaiknya dilakukan dalam batas moderat disertai dengan diet seimbang yang melibatkan bahan makanan yang kaya akan serat seperti buah-buahan dan sayuran, serta olah raga. Mengingat adanya bukti yang sangat kuat terkait hubungan antara mengkonsumsi daging olahan dengan kanker, sudah selayaknya kita mulai mengurangi konsumsi daging olehan seperti sosis, dendeng, daging kering, abon dll.
Di Indonesia disamping daging yang perlu diwaspadai adalah daging olahan yang ditambahkan pengawet dan perwarna yang berbahaya seperti borak, formalin dan pewarna industri yang bukan untuk dikonsumsi. Penambahan bahan-bahan ini ke dalam daging tentu saja akan meningkatkan resiko terjadinya kanker terkait dengan konsumsi daging olahan dan non olahan ini.
Catatan Q&A terkait press release WHO ini dapat dilihat DI SINI
Sumber : WHO
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI