Bagi orang yang pikirannya sudah terkontaminasi dan terpengaruh promosi bahwa superfood memiliki kelebihan yang luar biasa, mereka akan terpengaruh untuk mengonsumsinya, bahkan dalam jumlah yang berlebihan dan secara tidak sadar menghabiskan uangnya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Harga superfood ini umumnya mahal salah satu komponennya adalah biaya promosi yang besar-besaran.
Pada dasarnya semua yang diklaim sebagai superfood adalah bahan makanan yang tentunya memiliki kandungan mineral, vitamin, dan zat nutrisi lainnya yang sama halnya dengan bahan makanan biasa yang biasa kita konsumsi setiap harinya. Sebut saja bayam yang kaya akan antioksidan dan tomat yang kaya akan lycopene. Tubuh kita memang memerlukannya. Dari sinilah timbul hipotesis kalau kita makan banyak bayam dan tomat maka akan baik bagi kesehatan kita.
Masalahnya sekarang adalah tidak ada bukti ilmiah yang mendukung pengaruh spektakuler superfood ini terhadap kesehatan kita. Pada akhirnya superfood adalah sama dengan makanan yang lainnya, sehingga kata super yang digunakan sangat menyesatkan lebih banyak mengarah sebagai supermitos.
Kita harus benar-benar menggunakan akan sehat terkait dengan superfood ini, apalagi kalau sudah menyangkut bahwa superfood tersebut diklaim dapat menyembuhkan penyakit seperti diabetes, kanker payudara ataupun kanker paru-paru. Sebagai contoh broccoli yang diklaim dapat menyembuhkan diabetes dan kanker. Kebanyakan klaim ini didasarkan hasil studi ini dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan petri disk dengan meneliti kandungan nutrisinya dan dikaitkan fungsinya dengan pengobatan terhadap penyakit. Kalaupun hasil penelitian laboratorium ini positif tentu saja tidak serta merta fenomena yang sama terjadi dalam tubuh kita mengingat kompleksitas tubuh kita. Banyak sekali penelitian yang dapat dibuktikan di laboratorium namun setelah diterapkan tidak menghasilkan hal yang sama.
Sebagai contoh, jus mengkudu dan produk olahan lainnya memang sudah diteliti di laboratorium dan memperlihatkan beberapa hasil positif sebagai antikanker ketika dicobakan pada tikus, namun pada kenyataannya sampai saat ini belum banyak diteliti dan dicobakan pengaruh antikankernya ini pada manusia.
Kehebohan khasiat mengkudu ini muncul pada tahun 2005 ketika pada suatu konferensi ilmiah muncul hasil penelitian yang ditampilkan hanya dalam bentuk abstract (ringkasan) penelitian dan bukan sebagai paper ilmiah. Hasil penelitian ini mengklaim bahwa jus mengkudu dapat berfungsi sebagai antikanker. Namun setelah itu tidak ada bukti lanjutan yang mendukung hasil penelitian ini bahwa mengkudu dapat menghambat perkembangan tumor pada pasien.
Studi tunggal semacam ini yang mengklaim manfaat superfood memang perlu kita cermati dan sikapi dengan berhati-hati karena pada kenyataannya “kehebatan” mengkudu ternyata lebih pada kehebatan superfood yang hanya ada dalam pikiran kita saja, karena ternyata bahan makanan lainnya seperti jahe pun memiliki fungsi yang hampir sama dengan mengkudu untuk mengurangi rasa mual bagi pasien pascaoperasi.
Klaim yang paling sering didengungkan terkait superfood adalah kandungan antioksidannya. Antioksidan sangat umum dijumpai pada sayuran dan buah-buahan yang membantu melindungi sel-sel tubuh kita dari pengaruh negatif radikal bebas.