Acara SBS One yangmengangkat thema Where is Indonesia Headed ?. Photo : http://www.sbs.com.au
Ketika mendengar SBS One (salah satu stasiun TV Australia) akan melaksanakan talk show mengangkat tema utama “hubungan Indonesia- Australia” yang dikemas dengan judul Where is Indonesia Headed ? saya terus terang agak surprise dan berpikir kok tumben SBS One yang memiliki reputasi oposan terhadap Indonesia dengan seringnya menampilkan berita-berita negatif tentang Indonesia memilih tema yang sangat bagus tersebut.
Pikiran negatif saya tentang stasiun SBS One ini bukan tidak beralasan karena sudah seringkali wartawan TV yang disambut baik oleh pemerintah kita dan diijinkan untuk meliput, selalu menghasilkan tayangan yang lebih berat kepada hal-hal yang negatif saja. Pernah pada salah tayangannya tentang Papua demikian pandainya wartawan ini merangkai peristiwa-peristiwa lampau yang terjadi di era Suharto dan dikaitkan langsung dengan keinginan sebagian warga papua yang ingin merdeka.
Melalui tayangan ini SBS One jelas ingin melakukan propaganda bahwa pemerintah kita itu kejam dan melanggar hak azasi manusia dan sangat pantas kalau Papua Barat itu merdeka. Di tayangan tersebut sama sekali tidak ada hal-hal yang baik tentang Indonesia. Padahal kalau kita bandingkan kemajuan di propinsi itu jauh lebih baik dari ibukota negara Vanuatu ataupun negara pasifik lainnya yang mendukung gerakan papua merdeka.
Kembali kepada acara yang malam tadi yang ditayangkan ternyata dugaan saya benar adanya. Bagaimana pandainya pembawa acara ini menjual tema namun pada kenyataannya selama 45 menit pertama pembawa acara TV ini ingin mengorek keburukan pemerintahan Jokowi dan Indonesia untuk konsumsi masyarakat Australia. Sisa 15 menit baru diarahkan pada hubungan Indonesia-Australia yang diskusinya terasa sangat tidak berbobot karena para undangan yang hadir memiliki pengetahuan yang minim terhadap hubungan Indonesia Australia.
Justru di bagian 45 menit pertama ini si pembawa acara kelihatan sangat antusias mengorek keburukan Indonesia. Sayangnya para undangan yang hadir dalam talk show tersebut yang dari penampilannya menurut saya merupakan aset SDM masa depan Indonesia tidak sadar jika sedang dijebak SBS One untuk tujuan memojokkan Indonesia.
Jika dilihat wajah-wajah yang tampil di talk show saya tidak melihat wajah yang benar-benar memahami dan mengetahui secara pasti apa yang sedang terjadi. Kebanyakan pendapat mereka didasarkan pada rumor dan searching di media saja bukan atas dasar pengalaman dan pengetahuan rill tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Sebagai contoh ada yang menyatakan Jokowi presiden yang paling lemah yang pernah dimiliki oleh Indonesia, namun ketika ditanya lebih lanjut dimana letak kelemahannya, orang tersebut kelabakan dan tidak dapat menunjukkannya dan hanya bisa menyampaikan bahwa Jokowi kurang pendukungnya dari partai.
Ada lagi yang mengatakan bahwa sistem pengadilan kita korup, ketika ditanya apakah melibatkan pembayaran uang? Orang tersebut menjawab iya. Selanjutnya ketika ditanya apakah anda mengalaminya sendiri?, jawabnya tidak dan ketika ditanya lebih lanjut berapa biasanya orang harus membayar maka kelabakanlah orang tersebut menyebut angka sekenanya saja. Yang satu menyatakan 2,5 juta sedang yang lainnya menyatakan Rp 25O jutaan
Ada lagi seorang perempuan yang menyatakan korupsi merajalela di bawah pemerintahan Jokowi, dia mencontohkan bahwa pembantunya harus membayar yang Rp 250 ribu untuk membuat KTP. Sayang bukan? Ketika hanya ingin mengungkapkan emosi dan pendapat mengambil contoh yang kalau orang tau akan menyudutkan dia sendiri. Kita akan tau bahwa kalau mengurus KTP dengan mengikuti prosedur yang normal dan benar maka tidak perlu bayar alias gratis. Kalaupun bayar tentunya ongkos tidak sebesar itu. Jadi kita dapat menyimpulkan apa yang sebenarnya terjadi sehingga si pembantu ibu tersebut harus membayar uang Rp 250 ribu.
Ada lagi seorang yang mengaku petani yang mungkin diundang khusus untuk program tersebut yang menyatakan kekecewaannya kepada Jokowi karena katanya pada saat kampaye Jokowi berjanji bagi-bagi tanah untuk petani. Jadi jelas orang ini tidak mengetahui bahwa untuk membagikan tanah itu harus ada dasar hukumnya yang jelas, kalaupun akan direalisasikan akan perlu proses dan waktu.
Ada juga yang mengungkap lemahnya Jokowi ketika maraknya kasus BG yang katanya diusulkan oleh Megawati dan Jokowi tidak memiliki kemampuan menolaknya. Sayangnya orang yang berbicara ini hanya sekedar untuk bisa berbicara di TV asing tanpa pengetahuan yang cukup yang mendasari pernyataannya tersebut. Bukankah faktanya bahwa nama tersebut muncul dari hasil seleksi kalangan polri sendiri? Kalaupun Jokowi tidak mengiyakan saat itu, maka pastilah akan dituduh mencampuri urusan penegak hukum yang dapat berujung pada pemakjulan?
Dari serangkaian ungkapan tersebut yang umumnya menjelek-jelekan Indonesia tersebut memang ada satu orang yang menyatakan bahwa tanpa kartu jaminan kesehatan mungkin dia tidak bisa pulih karena penyakitnya harus dioperasi dan memakan biaya tinggi dan semuanya gratis karena kartu jaminan kesehatan.
Kalau menurut saya jebakan Batman yang dilakukan oleh SBS one TV tersebut sangat berhasil dan tanpa disadari oleh orang-orang yang diundang di acara tersebut. Demikian juga Metro TV yang tempatnya dipinjam untuk merekam acara tersebut juga terkena jebakan Batman ini.
Bagi yang hadir dalam acara tersebut mungkin akan bangga dapat tampil di TV asing dan berbahasa Inggris pula, namun mungkin mereka tidak sadar mereka sedang diterwakan oleh orang Australia mengingat pernyataan dan penampilannya hanya didasarkan rasa "kecewa" terhadap Pak Jokowi dan juga Indonesia.
SBS One TV telah berhasil membuat program yang bintangnya adalah orang Indonesia yang membuka borok Indonesia untuk konsumsi orang Australia. Pastilah pihak TV dan penonton Australia akan happy karena program tersebut menjustifikasi pandangan umum orang Australia bahwa Indonesia adalah bad neighbour yang sedang menuju kehancuran.
Saya menganggap bahwa konsep Tabayyun dalam hal ini sangat relevan. Kita diajarkan jika menerima berita harus melakukan check and recheck kebenaran dan sumber berita. Jika kita ikut menyebarkan berita yang tidak ada faktanya maka kita tergolong orang penyebar fitnah.
Kita juga tidak ingin membela mati-matian bahwa Indonesia itu selalu baik, namun tentunya walaupun akhirnya kita menemui fakta keburukan tentang Indonesia ada baiknya tidak diobral untuk konsumsi asing karena hal itu tidak akan membantu memperbaiki situasi. Menyalahkan memang jauh lebih mudah dibandingkan membantu mencarikan solusi.
Kita harus menyadari mengurus sebuah negara yang demikian komplek seperti Indonesia tidaklah mudah. Dengan jumlah penduduk Indonesia 240 juta berarti angka itu 10 x jumlah penduduk Australia, dan tentunya kerumitannya pun mungkin sama dengan mengurus seperti 10 negera Australia.
Kejadian seperti yang disiarkan tadi malam tentunya merupakan sesuatu yang extra ordinary karena pertama di rekam di Metro TV di Jakarta, (2) topik yang dibicarakan bergeser dan (3) menjelekkan bangsa tanpa bukti otentik.
Mengapa saya sebut extra ordinary ? karena hal ini tidak mungkin terjadi di Australia sekalipun. Tidak dapat kita bayangkan jika ada salah satu stasiun TV Indonesia menggunakan tempat di stasiun Australia selanjutnya mengundang orang Australia yang kurang senang dengan pemerintahnya selanjutnya rekaman tersebut diputar untuk konsumsi orang Indonesia. Mereka pasti akan mengakatan "no ways Mate"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H