Mohon tunggu...
R Ridho
R Ridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

masih pemula jadi silahkan bisa di kritik dan dikasih saran, terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Banjir dI Kota DKI Jakarta

19 Desember 2021   11:48 Diperbarui: 19 Desember 2021   12:07 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata Kunci: Banjir, Alih fungsi lahan

A. LATAR BELAKANG

                 Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Namun terkadang banjir dapat datang tiba-tiba akibat dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir bandang. Penyebab banjir mencakup curah hujan yang tinggi, permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air pendirian bangunan disepanjang bantaran sungai, aliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh sampah, serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. Meskipun berada diwilayah "bukan langganan banjir'. Setiap orang harus tetap waspada dengan kemungkinan bencana alam ini. Banjir yang terjadi di DKI Jakarta dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan, dikarenakan banjir yang melanda kawasan perdagangan kelas grosir di beberapa wilayah, khususnya pada wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang dikutip oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan bahwa ada sekitar 93 titik genangan atau banjir di Jakarta dengan ketinggian yang bervariasi sekitar 10-80 cm yang tersebar di beberapa lokasi seperti di Jakarta Pusat sebanyak 35 titik, Jakarta Barat sebanyak 28 titik, Jakarta Utara sebanyak 17 titik, Jakarta Timur sebanyak 8 titik dan Jakarta Selatan sebanyak 5 titik.

B. METODE PELAKSANAAN

           Metode yang digunakan dalam pelaksanaan ini merupakan metode Deskriptif, dengan pendekatan deskriptif, yaitu pengumpulan data dalam pelaksanaan ini adalah menggunakan data-data sekunder, baik dari hasil penelitian orang lain maupun dari website resmi milik pemerintah dan dari media massa

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

a). Penyebab Banjir di Jakarta

            Dengan perubahan-perubahan ini menyebabkan penurunan jumlah daerah yang seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan air hujan, karena penurunan jumlah daerah ini, menyebabka air hujan yang turun ke bumi mengalir ke jalanan dan tidak meresap ke dalam tanah. Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa banjir yang terjadi di wilayah DKI Jakarta sangat berhubungan erat dengan banyaknya faktor-faktor, seperti pembangunan fisik di kawasan tangkapan air di hulu yang kurang tertata dengan baik, laju urbanisasi yang terus meningkat, perkembangan perekonomian dan terjadinya perubahan iklim global. Salah satu upaya dari penanggulangan banjir yang dilakukan oleh Pemerintah kolonial Belanda saat itu adalah dengan membangun saluran air yang disebut sebagai Banjir Kanal Barat pada tahun 1922. 

             Kendala dari proses normalisasi ini diakibatkan oleh faktor sempitnya lahan. Dikarenakan banyak rumah warga yang berada tepat di palung sungai. Kemudian penyebab terjadinya banjir terbagi menjadi dua, yaitu penyebab yang bersifat alami dan penyebab yang bersifat tidak alami.  Contoh yang bersifat tidak alami adalah perubahan daerah pengalihan sungai yang disebabkan karena penggundulan hutan, pembuangan sampah ke sungai, kurangnya terpelihara bangunan pengendali banjir; kurangnya terpelihara alur sungai.

               Berdasarkan informasi yang berhasil didapatkan, Jakarta mengalami penurunan muka tanah sebanyak 5-12 cm per tahun. Kondisi ini membuat potensi banjir semakin besar. Tak bisa dipungkiri kebiasaan buang sampah sembarangan masih sangat melekat pada warga Ibu Kota dan sekitarnya. Banjir akan terus menyambangi Jakarta dan sekitarnya kalau kalian masih sering melakukan kebiasaan buruk ini. Misalnya saja di daerah Manggarai, Jakarta Selatan, kebanyakan masyarakat membuang sampah di mana-mana, tidak terkecuali di saluran-saluran drainase kota, sehingga kala hujan turun dan masuk ke selokan atau jaringan sekunder drainase, menyebabkan sampah-sampah akan ikut hanyut dan masuk ke Sungai Ciliwung. Akhirnya beberapa jenis sampah akan menumpuk di pintu air Sungai Ciliwung di Manggarai seperti stereoform, plastik bekas kemasan atau pun karton-karton, dahan dan ranting. Sering kali terlihat batang pisang yang besar dan kasur yang jelas sengaja dibuang ke Sungai atau ke kali Ciliwung

b). Dinamika dan Pembangunan wilayah Perkotaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun