Mohon tunggu...
R Ridho
R Ridho Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

masih pemula jadi silahkan bisa di kritik dan dikasih saran, terima kasih

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Analisis Banjir dI Kota DKI Jakarta

19 Desember 2021   11:48 Diperbarui: 19 Desember 2021   12:07 1462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

BANJIR YANG TERJADI DI DKI JAKARTA

Oleh:

Rasid Ridho

2110416310011

 

1Mahasiswa Program Studi Geografi FISIP ULM 2021, Universitas Lambung Mangkurat

Jl. Brigjen H. Hasan Basri, Pangeran, Kec. Banjarmasin Utara

Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70123

Email : 210416310011@ulm.ac.id

ABSTRAK

Banjir merupakan bencana alam yang paling sering terjadi di Indonesia. Definisi banjir yaitu keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Banjir menjadi salah satu permasalahan di DKI Jakarta yang sampai sekarang tak kunjung selesai. Kendati pemerintah telah menerapkan beragam solusi dalam menyelesaikan masalah banjir. Penyebab terjadinya banjir di DKI Jakarta dikarenakan pembangunan perkotaan, yang meliputi aspek demografi kota yang mengarah kepada pesatnya pertumbuhan penduduk suatu wilayah perkotaan, aspek tata guna lahan, yang perkembangannya mengakibatkan kebutuhan lahan untuk dijadikan tempat tinggal di wilayah perkotaan terus mengalami peningkatan, dan alih fungsi lahan, yang perubahannya terjadi di wilayah perkotaan dari wilayah non-terbangun menjadi wilayah terbangun yang bertalian dengan perluasan wilayah kota sebagai wujud fisik dan desakan akibat urbanisasi.

Kata Kunci: Banjir, Alih fungsi lahan

A. LATAR BELAKANG

                 Banjir adalah peristiwa bencana alam yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan. Banjir adalah keadaan dimana suatu daerah tergenang oleh air dalam jumlah yang besar. Kedatangan banjir dapat diprediksi dengan memperhatikan curah hujan dan aliran air. Namun terkadang banjir dapat datang tiba-tiba akibat dari angin badai atau kebocoran tanggul yang biasa disebut banjir bandang. Penyebab banjir mencakup curah hujan yang tinggi, permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air pendirian bangunan disepanjang bantaran sungai, aliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh sampah, serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai. Meskipun berada diwilayah "bukan langganan banjir'. Setiap orang harus tetap waspada dengan kemungkinan bencana alam ini. Banjir yang terjadi di DKI Jakarta dapat menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan, dikarenakan banjir yang melanda kawasan perdagangan kelas grosir di beberapa wilayah, khususnya pada wilayah Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang dikutip oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan bahwa ada sekitar 93 titik genangan atau banjir di Jakarta dengan ketinggian yang bervariasi sekitar 10-80 cm yang tersebar di beberapa lokasi seperti di Jakarta Pusat sebanyak 35 titik, Jakarta Barat sebanyak 28 titik, Jakarta Utara sebanyak 17 titik, Jakarta Timur sebanyak 8 titik dan Jakarta Selatan sebanyak 5 titik.

B. METODE PELAKSANAAN

           Metode yang digunakan dalam pelaksanaan ini merupakan metode Deskriptif, dengan pendekatan deskriptif, yaitu pengumpulan data dalam pelaksanaan ini adalah menggunakan data-data sekunder, baik dari hasil penelitian orang lain maupun dari website resmi milik pemerintah dan dari media massa

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

a). Penyebab Banjir di Jakarta

            Dengan perubahan-perubahan ini menyebabkan penurunan jumlah daerah yang seharusnya berfungsi sebagai daerah resapan air hujan, karena penurunan jumlah daerah ini, menyebabka air hujan yang turun ke bumi mengalir ke jalanan dan tidak meresap ke dalam tanah. Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa banjir yang terjadi di wilayah DKI Jakarta sangat berhubungan erat dengan banyaknya faktor-faktor, seperti pembangunan fisik di kawasan tangkapan air di hulu yang kurang tertata dengan baik, laju urbanisasi yang terus meningkat, perkembangan perekonomian dan terjadinya perubahan iklim global. Salah satu upaya dari penanggulangan banjir yang dilakukan oleh Pemerintah kolonial Belanda saat itu adalah dengan membangun saluran air yang disebut sebagai Banjir Kanal Barat pada tahun 1922. 

             Kendala dari proses normalisasi ini diakibatkan oleh faktor sempitnya lahan. Dikarenakan banyak rumah warga yang berada tepat di palung sungai. Kemudian penyebab terjadinya banjir terbagi menjadi dua, yaitu penyebab yang bersifat alami dan penyebab yang bersifat tidak alami.  Contoh yang bersifat tidak alami adalah perubahan daerah pengalihan sungai yang disebabkan karena penggundulan hutan, pembuangan sampah ke sungai, kurangnya terpelihara bangunan pengendali banjir; kurangnya terpelihara alur sungai.

               Berdasarkan informasi yang berhasil didapatkan, Jakarta mengalami penurunan muka tanah sebanyak 5-12 cm per tahun. Kondisi ini membuat potensi banjir semakin besar. Tak bisa dipungkiri kebiasaan buang sampah sembarangan masih sangat melekat pada warga Ibu Kota dan sekitarnya. Banjir akan terus menyambangi Jakarta dan sekitarnya kalau kalian masih sering melakukan kebiasaan buruk ini. Misalnya saja di daerah Manggarai, Jakarta Selatan, kebanyakan masyarakat membuang sampah di mana-mana, tidak terkecuali di saluran-saluran drainase kota, sehingga kala hujan turun dan masuk ke selokan atau jaringan sekunder drainase, menyebabkan sampah-sampah akan ikut hanyut dan masuk ke Sungai Ciliwung. Akhirnya beberapa jenis sampah akan menumpuk di pintu air Sungai Ciliwung di Manggarai seperti stereoform, plastik bekas kemasan atau pun karton-karton, dahan dan ranting. Sering kali terlihat batang pisang yang besar dan kasur yang jelas sengaja dibuang ke Sungai atau ke kali Ciliwung

b). Dinamika dan Pembangunan wilayah Perkotaan

             Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, baik dalam lingkup Lokal maupun lingkup Nasional dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kualitas hidup rakyatnya. Kualitas hidup yang dimaksud ini adalah ditentukan oleh tingkat pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang paling utama. Kemudian pembangunan adalah suatu perubahan dengan melalui intervensi dari manusia atau perubahan yang secara sengaja dilakukan oleh manusia dengan maksud untuk mendaya gunakan sumber daya yang ada, tetapi pada kenyataannya, kegiatan pembangunan yang dilakukan selalu menimbulkan dampak lingkungan, baik positif maupun dampak negatif. Kondisi alam Jakarta yang sudah berubah drastis yang diakibatkan dari tingginya laju pertumbuhan penduduk dan perluasan kawasan permukiman serta berkembangnya industri-industri dan perdagangan. 

 

c). Demografi Perkotaan

               Perkembangan wilayah kota di Indonesia dewasa cenderung mengarah kepada perkembangan fisik saja yang lebih banyak ditemukan oleh banyaknya sarana dan prasarana yang ada. Pertumbuhan penduduk juga merupakan faktor utama dari pertumbuhan pada suatu wilayah perkotaan. Jumlah penduduk pada wilayah DKI Jakarta berdasarkan hasil proyeksi penduduk dari sensus penduduk pada tahun 2017 adalah sebanyak 10,37 juta jiwa. Kemudian menurut data BPS jumlah penduduk di Ibu Kota Negara bertambah sebanyak 269 jiwa setiap hari atau 11 orang per jamnya. Pertumbuhan penduduk yang cepat ini diperparah dengan buruknya hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Hal tersebut mengakibatkan banyaknya permasalahan-permasalahan yang terjadi di wilayah DKI Jakarta, seperti membuang sampah sembarangan dan membangun tempat tinggal yang tidak pada tempatnya, sehingga menyebabkan banjir yang dimana permasalahan ini tidak kunjung dapat diselesaikan.

d). Tata Guna Lahan dan Alih Fungsi Lahan

                Rencana tata ruang berupaya mengatur peruntukkan lahan walaupun dengan status kepemilikan dari lahan tersebut adalah pribadi untuk kepentingan umum. beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan guna lahan yaitu daya dukung lahan dan daya tampung lahan, penggunaan lahan eksisting, ketersediaan lahan, harmonisasi ruang dengan penggunaan lahan lainnya, infrastruktur, tren perkembangan, pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya. Tata guna lahan mengandung pengertian mengatur ruang kegiatan masyarakat agar lahan dapat digunakan secara efisien dan terencana. Intensitas penggunaan lahan dan lokasi penggunaan lahan sangat mempengaruhi pergerakan penduduk dan barang dalam suatu kawasan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan pola penggunaan lahan antara lain topografi, penduduk, aksesibilitas, sarana dan prasarana daya dukung lahan. Latar belakang pertumbuhan kota secara fisik memiliki karakteristik yang beragam dan adanya dampak yang bersifat keruangan pada hakikatnya sama, yaitu cenderung berkompetisi dalam penggunaan lahan di daerah pinggiran atau sekitar kota yang sebelumnya merupakan lahan pertanian. Pada lahan yang tertutup bangunan, volume air hujan yang mengalir di permukaan akan lebih besar dibandingkan dengan air yang meresap ke dalam tanah.

D.SIMPULAN DAN SARAN 

            SIMPULAN                                                                                                                                        

            Perubahan-perubahan  yang  terjadi  pada  sektor  tata  ruang  yang  ada  di  DKI  Jakarta menjadi faktor pemicu terjadinya banjir, dan beberapa  faktor  yang  dapat  menyebabkan  banjir  di  DKI  Jakarta  adalah  dinamika pembangunan perkotaan, demografi perkotaan, tata guna lahan, dan alih fungsi lahan.

             SARAN                                                                                                                                 

             Diharapkan kepada pemerintah untuk membuat jalur evakuasi untuk daerah yang rentan terhadap bencana banjir  dan pengadaan sosialisasi agar tidak membuang sampah sembarang dikawasan sungai, laut dan sekitarnya.

Ucapan Terima Kasih

           Saya sebagai penulis artikel ini mengucapkan terima kasih kepada Program Studi Geografi Universitas Lambung Mangkurat yang telah menerima tulisan dan semoga bermanfaat untuk pengembangan keilmuan geografi kedepannya. Kurang lebih nya kalo ada kata yang salah saya meminta maaf, Sekian terima kasih

DAFTAR PUSTAKA

Rustiadi. E. (2000). A Study of Spatial Pattern of Suburbanization Process: A Case Study in Jakarta Suburban. Paper Presented on IGU-LUCC Pre-Congress Meeting. 3 Oktober 2000. Tsubuka. Japan. Sugestiadi Muhammad. I, Basuki. Y. (2018). Sherrieb,  K.,  Norris,  F.  H.,  &  Galea,  S.  (2010).  Measuring  Capacities  for  Community  Resilience.  Social  Indicators Research, 99(2), 227--247. https://doi.org/10.1007/s11205-010-9576-9  

Eldi(2021). Analisis Penyebab   Banjir   di   Jakarta.Jurnal   Pendidikan   Lingkungan   dan Pembangunan,22(01), 50-.59 doi: https://doi.org/10.21009/PLPB.221.05  

Pengertian banjir, https://pusdataru.jatengprov.go.id/ppid/dokumen/bencana/Apa-itu-banjir-dan-cara-menghadapi-bencana-banjir.pdf

ANALISIS BANJIR DKI JAKARTA, https://ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/view/24113

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun