Written by: Rijalul Fikri
Laju pergerakan import komoditas internasional telah bergerak laksana air, yang secara konstan turun dengan sangat impulsif dari setiap negara maju (sebuah tempat yang tinggi/Negara penguasa teknologi tinggi), persis seperti "gaya" air yang mengalir tiada henti sekalipun energi dari gaya tersebut hanya tinggal setitik, tetapi manakala masih memiliki celah, maka berjalanlah air itu.
Bermigrasinya produk import ke Indonesia bukan hanya persoalan "kenapa" banyak warga negara kita memerlukan penggunaan sebuah "palu" dalam mendukung kinerja operasional sehari-hari, ini bukan sekedar dukungan aktivitas manusia yang paling banal, namun disana memiliki makna lain, di sanalah ada kehadiran subjek.
Jika merujuk pada berbagai formulasi, maka laju pergerakan komoditas import merupakan sebuah subjek: yaitu ketika komoditas barang tersebut "diperlukan" untuk berada diantara manusia dengan dunia, sebagai "alat" yang akan menghubungkan kita dengan dunia (aparatus penghubung).
Perlahan tapi pasti, dengan laju pergerakan yang tidak terbendung ini, akan menyebabkan berbagai produk import tersebut "dimanipulasi" untuk menentukan siapa penggunanya kelak, karena seluruh benda memiliki readiness to hand, keberadaannya ditujukan bagi sesuatu, sehingga seluruh ciptaan dari sebuah teknologi tidak akan pernah bisa netral, karena ada motif dan ada akibat.
Kenapa diperlukan bendungan untuk menjaga stabilitas produk import?
Jika kita "membelokkan" pandangan kepada sebuah penciptaan teknologi bendungan, maka setiap Bendungan-bendungan itu memerlukan kanal!
Kita tidak akan mampu untuk menahan gaya gerak kecepatan import ke negara kita saat ini, apalagi memaksakan rakyat kita untuk menggunakan seluruh komoditas produk import, tetapi jika kita mengkanalisasi aliran import, maka seluruh komoditas import akan berjalan secara alamiah menuju alur-alur yang terciptakan, mungkin tanpa sengaja. Namun masa depan rakyat akan berjalan dengan lebih alamiah laksana air mengalir yang berjalan terus menerus hingga sampai pada tujuannya.
Maka bangunlah sebuah "bendungan" yang mampu mengontrol kecepatan laju komoditas import dengan sebuah totalitas equipmentality, Karena otomatis dengan itu pula akan membangun lingkungan hidup, bangunlah sebuah sistem, dimana setiap benda-benda komoditas import yang telah disetujui untuk diedarkan di Indonesia memiliki keberfungsian tertentu dalam satu totalitas operasionalisasi kinerja publik, karena Inilah bentuk keterikatan manusia dengan dunia.
Dengan adanya kanalisasi maka akan lahir berbagai kanal dengan fungsi kontrol yang berbeda beda, setiap komoditas yang akan masuk akan terkanalisasi disesuaikan dengan kebutuhan rakyat kita, logika komoditas teknologi dengan sendirinya berubah dan berinovasi menyesuaikan dengan lingkungan sosial kita, sehingga setiap negara importir sejak dini akan berpartisipasi menciptakan teknologi penting untuk memikirkan totalitas dari equipmentality tadi, Karena jika teknologi hanya dipahami sebagai yang instrumental, maka dia telah tercerabut dari esensinya, karena teknologi adalah suatu seni.
Bagi setiap Negara pemilik teknologi tinggi, import adalah suatu kemutlakan, yaitu sesuatu yang dikehendaki untuk segera dapat disalurkan dengan cepat sebagai fondasi devisa negara maju tersebut, untuk itu diperlukan energi tambahan untuk "menguasai" pasar apapun caranya.. dan banyak negara berkembang tidak memiliki strategi jitu untuk membendung kecepatan laju komoditas import tersebut.