Amanat rakyat kepada Negara untuk menguasai dan mengelola cabang-cabang produksi yang penting bagi rakyat, bumi dan air, dan kekayaan alamnya  untuk kemakmuran rakyat akan berbuah pada sebuah "apatisme" ketika di dalam realitanya, para pemimpin memiliki keterbatasan pengetahuan dalam mengimplementasi makna-makna konstitusi tersebut, sistem demokrasi mengarahkan bahtera Negara untuk sukses dalam memenangkan sebuah kompetisi global di era modern, yaitu mempertahankan kedaulatan stabilitas perdamaian, kesejahteraan, dan kehidupan rakyat yang bahagia.Â
Bahwa kita hidup di dunia modern tidaklah sendirian, melainkan berdampingan dengan bangsa lain yang memiliki ideologi yang berbeda-beda, dan banyak diantara bangsa tersebut masih berpegang teguh pada keunggulan "sistem-monarki" di atas keindahan demokrasi, sebagai atribut non aksidental.Â
Banyak individu yang masih sangat mengagumi kemonarkian, melalui warisan budaya maupun gaya ledearshipnya, dan salah satu warisan yang tetap dipergunakan hingga saat ini adalah model regenerasi kepemimpinan politik berbasis dinasti, di dalam sistem demokrasi.Â
Regenerasi tersebut merupakan keinginan dari masyarakat yang tidak dapat ditolak keberadaannya, sebagai "hak-sakral" untuk memerintah di dalam partai politik, atas dasar kualifikasi pendidikan tertentu dan karisma kepemimpinan yang terbentuk melalui implementasi dalam berdemokrasi.Â
Pada beberapa sisi, sistem-monarki masih dirindukan oleh banyak individu, karena terbukti mampu beradaptasi dengan berbagai struktur sosial sebagai bagian dari upaya mempertahankan kondisi budaya dan geopolitik yang dinamis, dan mungkin saja dapat bertransformasi menjadi bagian tersendiri di dalam konsep nasionalisme, serta memiliki dampak yang signifikan pada sistem pemerintahan demokratis, ketika mimpi kesejahteraan dan kemandirian rakyat masih memerlukan waktu yang cukup untuk dapat direalisasikan.
Ber-Inovasi-kah Demokrasi?Â
Demokrasi memberikan ruang transfromasi dalam sistem perpolitikan, dan berinovasi melahirkan kebijakan berbagai patron demokrasi modern yang berbasis pada akuntabilitas
Sistem Demokrasi selalu identik dengan pembagian kekuasan, lahir-tumbuh akibat adanya intoleransi, ketidakadilan dan ketidakstabilan yang berdampak langsung terhadap rakyat, ketidak-berimbangan akses pendidikan merupakan salah satu penyebab atas berkurangnya kekuasaan monarki yang "terdivisibilitasi" ke dalam berbagai bentuk model pemerintahan demokratis.Â
Namun demokrasi tetaplah indah, salah satu keindahan tersebut, adalah ketika demokrasi berhasil melakukan pemerataan akses pendidikan menuju perbaikan kesejahteraan rakyat, yang secara otomatis memperbanyak lahirnya keluarga yang memiliki intelektulitas.Â
Melalui Pendidikan, ditemukan berbagai bentuk model inovasi untuk mensejahterakan, termasuk bagaimana inovasi mampu menyempurnakan sistem demokrasi klasik, menuju basis yang berdefinisi operasional, dan dua inovasi demokrasi yang sangat fundamental dapat dilihat dan dirasakan pada;