Gaya hidup berbelanja online itu dapat terbentuk karena habitus dan arena mereka yang sangat mendukung adanya aktivitas tersebut. Lingkungan sosial, tempat tinggal dan orang-orang terdekat mereka yang membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut sehingga membentuk disposisi dan gaya hidup baru bagi mereka.Â
Gaya hidup yang sangat memudahkan dan menguntungkan tersebut tentu saja tidak selalu memberikan dampak positif dalam kehidupan sehari-hari, karena gaya hidup tersebut juga memberikan dampak konsumtif yang cukup tinggi bagi masyarakat Gen-Z. Mereka menjelaskan bahwa adanya platform e-commerce yang memberikan voucher/promo/diskon besar-besaran dalam periode tertentu membuat mereka menjadi konsumtif dan cenderung berbelanja hal-hal yang tidak penting bagi mereka.Â
Hal tersebut dapat terjadi karena mereka merasakan fear of missing out (FOMO) jika mereka tidak mengikuti periode promo tersebut, karena berpikiran bahwa lingkungan sekitarnya atau orang-orang terdekatnya pasti turut mengikuti acara tersebut, selain mereka juga tidak mau menyia-nyiakan adanya harga yang menurut mereka cukup menjadi steal deal.
Akan tetapi walaupun 4 dari 6 narasumber itu memiliki sudut pandang dan kebiasaan berbelanja online yang sudah menjadi habit mereka sehari-hari, 2 narasumber diantaranya masih cenderung nyaman dengan berbelanja langsung di toko offline.Â
Bukannya mereka tidak mau mengikuti perkembangan zaman, namun lingkungan mereka lah yang tidak membentuk sebuah habitus dan arena untuk melakukan hal tersebut. Karena 2 narasumber ini berlingkungan di daerah yang rumahnya cukup jauh untuk dijangkau kurir pengiriman paket dan cukup rumit karena alamat rumah yang kurang jelas. Sehingga mereka beranggapan daripada berbelanja online yang nantinya akan memakan waktu yang cukup lama karena keterbatasan lingkungan yang kurang mendukung.Â
Tak hanya itu, mereka juga beranggapan bahwa berbelanja offline itu jauh lebih convenience karena dapat langsung melihat barangnya dan minim terjadinya kesalahan pemilihan barang. Tentunya pemikiran tersebut lagi-lagi juga dipengaruhi oleh habitus dan arena mereka yang kurang mendukung gaya hidup tersebut. Sehingga dalam pembentukan gaya hidup berbelanja online tersebut habitus dan arena dari sebuah kelompok atau individu itulah yang sangat memiliki pengaruh atau dampak yang besar.
Walaupun memang gaya hidup berbelanja online itu didominasi oleh Gen-Z, generasi-generasi terdahulu juga tidak menutup kemungkinan untuk menerapkan gaya hidup tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Seperti dari hasil observasi terhadap dua orang dengan generasi berbeda (yakni generasi millennial dan baby boomers), dalam kehidupan sehari-hari mereka juga menerapkan gaya hidup berbelanja online tersebut, terlebih lagi saat kemarin Covid-19 melanda yang mau tidak mau mengharuskan mereka untuk beradaptasi dengan kegiatan tersebut karena tidak memunkinkan untuk berbelanja secara offline.Â
Proses adaptasi mereka dengan belanja online membuat mereka kecanduan dan pada akhirnya juga menerapkan gaya hidup berbelanja online dalam kehidupan sehari-harinya, dengan alasan yang sama seperti 4 narasumber diatas yakni karena kemudahan, kecepatan, dan efisiensi biaya yang dapat dirasakan jika berbelanja secara online.
Dari hasil riset dan observasi yang telah dipaparkan diatas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup online itu terbentuk dari adanya habitus dan arena yang memengaruhi sebuah kelompok atau individu. Gaya hidup tersebut juga sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari terutama pada Gen-Z, walaupun memang beberapa diantaranya ada yang tidak menerapkannya.Â
Adanya gaya hidup tersebut juga menggiring mereka menjadi seseorang yang konsumtif karena fear of missing out (FOMO) yang mereka rasakan jika tidak melakukan hal-hal yang sama dengan habitus dan arenanya. Tentunya walaupun konsumenrisme dapat menjadi permasalahan yang terjadi saat ini, adanya gaya hidup tersebut juga dapat menjadi sebuah hal yang sangat positif karena dapat mempermudah kehidupan mereka sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H