Kata-Nya, hukum karma itu terletak di belakang bendera merah
Sekali  kau mengambil langkah di belakangnya, niscaya aqidah lah
yang menjadi bayarannya
Kokoh berlalu keropos, tegak pun layu meringkuk
Aku memang kontra dengan hukum karma
Namun, masihkah Ridho-Mu kau sisipkanÂ
pada manusia yang seringkali melalaikan tabiatnya sebagai seorang hamba?
Tuhan,
Akankah tabirnya Kau buka?
Apakah hatinya yang terlalu redup lagi keras,
ataukan hatiku yang terlalu tajam nan curam,
keras kepala dengan prinsip yang digenggam,
kurang hormat maupun syukur atas kehadirannya
sebagai sayap-sayap kehidupan untuk 19 tahun belakangan?
Tuhan,
Sudikah Kau berikan pelangi sesudah badai panjangku ini?
Bukan karena diriku lemah dengan ujian,
atau latah dengan asam garam kehidupan
Hanya saja diriku tak sudi,
bila masa mudaku hanya penuh dengan kicauan tanpa nilai
Ah, dasar rajungan!
Bisakah makhluk-makhluk-Mu mengerti,
Setidaknya satu kali saja
Bahwa diriku lelah menerjang badai yang tak kunjung usai
Bahwa batinku renta mendobrak setiap tanda tanya di kepala
Bahwa rambutku mulai rontok tak tersisa,
pertanda waktu kerubuhanku tak lagi memerlukan waktu lama
Tuhan,
Dapatkah Kau lembutkan hatinya?
Sudikah Kau berikan pelangi sesudah badai panjangku ini?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H