Berikut adalah karakteristik anak tunagrahita berdasarkan berat ringannya kelainan yaitu :
1.Mampu didik
Mampudidik merupakan pendidikan yang digunakan untuk mengelompokkan tunagrahita dalam kategori  ringan. Tunagrahita ringan disebut juga moron atau debil. Kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut skala Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Mereka masih bisa belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana.
2.Mampulatih
Anak tunagrahita mampu latih dikategorikan imbecile,Skor IQ nya 25-50), adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik. Beberapa kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan, yaitu belajar mengurus diri sendiri, belajar menyesuaikan di lingkungan rumah atau sekitarnya, dll. Jadi, anak tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari, serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.
3.Mampurawat
Anak tunagrahita mampu rawat adalah klasifikasi anak tunagrahita yang paling berat. Tunagrahita paling berat disebut idiot, Skor IQnya 0-25, adalah anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus diri sendiri sangat membutuhkan orang lain dengan kata lain, anak tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain
Dengan demikian, dikarenakan kurangnya kemampuan intelektual yang dimiliki oleh anak tunagrahita, mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan dalam menerima apa yang di sampaikan dan di ajarkan kepadanya.
Dengan begitu anak tunagrahita akan kesulitan mempelajari norma-norma yang ada dan berlaku di lingkungan sosialnya. Dikarenakan kekurang mampuan menyerap norma yang ada, maka anak tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi.Â
Anak tunagrahita juga memerlukan interaksi dengan cara-cara mereka agar memudahkan anak-anak tersebut berinteraksi dengan orang lain.Namun pada kenyataannya anak tunagrahita mengalami masalah dalam hal berinteraksi yaitu kesulitan dalam berhubungan dengan kelompok maupun individu di sekitarnya. Hambatan yang di alami anak tunagrahita dalam berinteraksi sosial berupa keterbatasan dalam menangkap isi pembicaraan, kontrol emosi yang kurang, dan mengimitasi tindakan tanpa kritik.
Dengan demikian dari hambatan-hambatan yang dimiliki oleh anak tunagrahita memerlukan layanan dan pendidikan khusus dalam proses pembelajarannya.Berikut ada beberapa pendidikan dan layanan khusus yang disediakan untuk anak tunagrahita, yaitu: