Cuaca yang sulit diprediksi seringkali menurunkan hasil tangkapan para nelayan dan nyawa nelayan pun dipertaruhkan.
Belum ada program khusus (seperti pelatihan) saat nelayan terkendala cuaca untuk melaut karena sulitnya mencari waktu luang para nelayan dan minat masyarakat yang kurang dalam mengikuti sebuah program.
Evaluasi Sistem Pelelangan di KUD Unit Tempat Pelelangan Ikan Blanakan :
Modal koperasi yang hanya mengandalkan simpanan anggota tidak mencukupi kebutuhan seluruh anggota koperasi.
Jika harga ikan rendah saat proses pelelangan berlangsung, nelayan akan protes. Saat harga ikan sedang rendah akan berpengaruh pada upah nelayan. Seringkali beberapa nelayan yang sedang butuh uang memohon agar upahnya tidak dipotong. Koperasi pun memberi keringanan bagi beberapa anggota yang sedang membutuhkan karena menjunjung tinggi asas kesejahteraan anggota.
Proses pemasaran masih menggunakan cara tradisional yaitu transaksi secara langsung. Digitalisasi pemasaran hasil laut di sini belum menggunakan sistem e-commerce karena masih belum terpikirkan perihal pengemasan, jasa ekspedisi, dll yang dirasa kurang cocok diterapkan.
Pelelangan dilakukan dengan cara yang unik yaitu akan ada juru bicara yang mengumumkan harga dari setiap hasil laut. Para pelanggan yang mengikuti sistem lelang tersebut akan menggerakkan gestur tubuh sebagai simbol menawar harga. Ucapan juru bicara dan gestur tubuh ini hanya dapat dipahami oleh pelanggan yang sering ke sana, sehingga jika ingin membeli di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) harus memahami terlebih dahulu aturan pelelangan yang berlaku.
Hasil olahan ikan dari masyarakat yang belum terwadahi dengan baik terutama oleh dinas karena terkendala dalam pemasaran. Ikan biasanya diolah secara pribadi dan dipasarkan dari rumah ke rumah, sehingga minat masyarakat kurang dan proses pemasaran hanya terjadi musiman. Menurut hasil wawancara kepada salah satu nelayan, ikan yang jelek biasanya berkisar Rp70.000,00 per bakul dan jika diolah menjadi ikan asin harganya akan 3 kali lipat lebih besar. Namun, hasil olahan ini tidak bisa digabungkan dengan sistem pelelangan dalam koperasi dan minat masyarakat pendatang ke desa pun masih mengincar hasil tangkapan ikan segar.Â
9. Tindak lanjut dan pengembanganÂ
Model treatment yang tepat dalam pemberdayaan masyarakat pesisir di Desa Blanakan adalah :Â
Tahap afektif;
Dilakukan penyuluhan untuk penyadaran. Sebelum penyuluhan diselenggarakan, pemerintah daerah melakukan pendekatan terlebih dahulu pada setiap warga per dusun, mengingat minat masyarakat  yang masih terbilang cukup rendah dan sulit dalam menemukan waktu luang para nelayan.Tahap kognitif - psikomotor;
Pemerintah daerah mengadakan pelatihan untuk keterampilan dasar meliputi keterampilan dasar melaut, sistem kelautan di Indonesia, hingga keterampilan pemasaran.Tahap konatif;
Melakukan pendekatan keteladanan perilaku dari pemerintah dan agen pembaharu.