Mohon tunggu...
Roza Metabiarawati
Roza Metabiarawati Mohon Tunggu... Lainnya - Tulisan disini adalah tulisan yang ingin saya tulis

Semua tulisan berdasarkan apa yang ingin saya tuliskan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Mempertahankan Nilai Budaya pada Upacara Perkawinan Adat Jawa

11 November 2020   08:07 Diperbarui: 11 November 2020   08:26 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak cara dilakukan orang untuk melangsungkan upacara pernikahan. Dari yang paling sederhana hingga sangan mewah, baik dengan tata cara tradisional maupun modern. Meskipun jaman semakin maju, ternyata kecenderungan orang untuk melangsungkan pernikahan secara tradisional tidaklah menurun. Saat ini masih banyak orang yang menganggap, dengan tata cara tradisional upacara perkawinan yang dilaksanakan akan terasa lebih agung dan sakral.

Pada zaman sekarang sudah tidak begitu banyak orang yang melaksanakan resepsi pernikahan menggunakan adat jawa, Karena mereka lebih tertarik dengan prosesi resepsi pernikahan yang lebih modern dan banyak juga yang menggunakan gaya dari barat karena lebih simple dan banyak yang menganggap bahwa pernikhan menggunakan gaya barat itu lebih menarik. Padahal dari perkawinan adat jawa pun banyak yang lebih menarik dan pastinya selalu ada filosofi atau makna di setiap prosesinya.

Yang pertama adalah midodareni. Midodareni berasal dari kata widodari atau bidadari yang turun dari langit. Prosesi ini dilakukan setelah mempelai melakukan upacara siraman, yang merupakan tahap pembersihan bagi kedua calon pengantin sebelum hari sakral pernikahan. 

Tradisi Midodareni berasal dari legenda Jaka Tarub dan Nawangwulan. Konon dari cerita tersebut, para bidadari datang ke bumi menyambangi calon mempelai wanita yang sedang berdiam diri di kamar menjelang malam pernikahan.

Masyarakat Jawa yang memegang tradisi ini percaya, ini adalah malam saat bidadari mempercantik calon pengantin wanita supaya lebih elok. Calon mempelai wanita tidak tidur dan didampingi oleh sanak keluarga serta pini sepuh.Ia mendengarkan nasihat dari leluhur dan para tamu wanita tentang bagaimana menjalankan kehidupan rumah tangga. 

Prosesi ini juga berisi doa-doa pada Sang Pencipta untuk calon mempelai agar selalu diberi berkah, rahmat, serta kebahagiaan.
Yang kedua adalah riasan paes pada kening pengantin perempuan ada Paes Prada Ini adalah riasan yang dibuat di kening pengantin wanita. Biasanya berwarna hitam dan berbentuk garis lengkung. 

Kalau kita lihat, besar lengkungan di kening berbeda-beda. Terdapat satu lengkungan besar yang dibuat di tengah, dan diapit oleh lengkungan-lengkungan kecil. Lengkungan yang besar adalah simbol kebesaran Tuhan. Sedangkan lengkungan yang kecil disebut pengapit, sebagai simbol bahwa seorang istri harus siap menjadi penyeimbang dalam rumah tangga, selanjutnya citak Ini yang dilukis di tengah kening seperti riasan India. 

Citak berada tepat di tengah-tengah. Sebagai simbol bahwa seorang wanita harus fokus, berpandangan lurus ke depan, dan setia. Selanjutnya  Alis manjangan Adalah bentuk alis yang bercabang seperti tanduk rusa. Bentuk ini memang terinspirasi dari hewan rusa. Karena, rusa adalah hewan yang cerdik, cerdas dan anggun. Artinya perempuan harus memiliki ketiga karakter ini, cerdik, cerdas dan anggun.

Yang ketiga adalah riasan pada rambut atau kepala pengantin perempuan yang pertama ada Cunduk Mentul, Cunduk mentul adalah atribut yang letaknya di kepala yang menjulang tinggi ke atas. Cunduk mentul biasanya terdiri dari 5 sampai 7 bulatan. Namun sebenarnya cunduk mentul dapat berjumlah 1, 3, 5, 7 atau 9. Cunduk mentul yang jumlahnya satu sebagai simbol atas keesaan Tuhan. Berjumlah tiga sebagai simbol trimurti. 

Jika berjumlah 5, adalah simbol rukun Islam. Jika berjumlah 7 sebagai simbol pertolongan karena tujuh dalam bahasa jawa adalah "pitu" yang dipercaya sebagai simbol "pitulungan". Terbanyak berjumlah 9, sebagai simbol walisongo. Selain itu, cunduk mentul seharusnya dipasang menghadap belakang. Sebagai simbol bahwa perempuan harus cantik saat terlihat dari depan maupun belakang. 

Yang kedua ada Gunungan, Gunungan juga diletakkan di kepala dan berbentuk seperti gunung. Kenapa berbentuk gunung? Karena gunung dipercaya oleh masyarakat terdahulu sebagai tempat yang sakral dan tempat bernaungnya para dewa. Simbol ini diletakkan di kepala perempuan menandakan bahwa perempuan harus juga dihormati oleh suaminya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun