Agama dan Kebersihan: Sebuah Kisah Tentang Hati dan Tindakan
Hujan gerimis membasahi kota kecil di pinggiran Yogyakarta. Di sebuah rumah sederhana, seorang pemuda bernama Faris duduk di teras sambil memandangi hujan yang turun perlahan. Faris baru saja kembali dari masjid setelah menghadiri kajian rutin yang membahas pentingnya menjaga kebersihan dalam Islam. Malam itu, tema kajian menyentuh salah satu hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: "Kebersihan adalah sebagian dari iman." Faris merenungi hadis itu dengan dalam.
Faris adalah seorang pemuda biasa, namun kehidupannya tidak lepas dari tantangan. Sejak kecil, ia terbiasa dengan lingkungan yang seadanya. Rumahnya kecil dan berdekatan dengan sungai yang sering kali meluap. Jalanan kampungnya kotor, dipenuhi sampah yang berserakan. Faris sendiri tidak begitu peduli soal kebersihan. Baginya, selama tubuhnya bersih untuk shalat, itu sudah cukup.
Namun, malam itu, ada sesuatu yang menggugah hatinya. Ustaz dalam kajian itu menjelaskan bahwa kebersihan tidak hanya soal tubuh untuk beribadah, tetapi juga lingkungan, hati, dan tindakan sehari-hari. Kebersihan mencerminkan iman seseorang. Kata-kata itu menancap kuat di benak Faris.
---
Keesokan harinya, Faris memutuskan untuk bertindak. Ia mulai dari hal sederhana: membersihkan kamarnya. Sepanjang pagi, ia menyapu, mengepel, dan merapikan segala barang yang berantakan. Hasilnya mengejutkan. Kamarnya yang biasanya sumpek dan bau menjadi lebih segar dan nyaman. Ada rasa puas yang tumbuh dalam hati Faris.
"Aku harus melakukan lebih dari ini," gumamnya.
Faris melangkah keluar rumah dengan sapu di tangan. Ia memutuskan untuk membersihkan halaman rumahnya yang selama ini penuh dedaunan kering dan sampah plastik. Tetangga-tetangganya memperhatikan dari kejauhan dengan pandangan heran. Di antara mereka, ada seorang ibu tua bernama Bu Siti yang berani menyapanya.
"Faris, tumben rajin sekali bersih-bersih?" tanya Bu Siti sambil tersenyum.
Faris mengangguk sambil tersipu. "Iya, Bu. Kemarin malam saya dengar kajian di masjid. Katanya, kebersihan itu sebagian dari iman."
Bu Siti mengangguk setuju. "Bagus sekali kalau kamu sudah sadar akan hal itu. Lingkungan kita ini memang perlu dijaga. Kalau bersih, kita juga lebih sehat dan nyaman."
---
Hari demi hari, semangat Faris untuk menjaga kebersihan semakin besar. Ia tidak hanya membersihkan rumahnya, tetapi juga membantu membersihkan jalanan kampung. Namun, usahanya tidak selalu diterima dengan baik. Ada beberapa tetangga yang mencibir.
"Ngapain capek-capek bersihin jalanan? Bukan tanggung jawabmu, Ris," kata Pak Darto, tetangga sebelah rumah.
"Betul. Toh, besok juga pasti kotor lagi," tambah yang lain.
Faris hanya tersenyum. Ia ingat pesan ustaz: "Ketika kita berbuat baik, jangan berharap balasan dari manusia. Lakukan semuanya karena Allah."
Meski mendapat kritik, Faris tidak berhenti. Ia bahkan mengajak teman-temannya untuk ikut serta. Salah satunya adalah Ahmad, sahabatnya sejak kecil. Ahmad awalnya enggan, tetapi setelah melihat tekad Faris, ia luluh.
"Kalau kamu bisa, kenapa aku tidak?" kata Ahmad sambil membawa karung untuk mengumpulkan sampah.
---
Setelah beberapa minggu, perubahan mulai terlihat di kampung mereka. Jalanan yang sebelumnya kotor kini menjadi lebih bersih. Warga mulai sadar untuk tidak membuang sampah sembarangan. Bahkan, beberapa ibu rumah tangga mengadakan gotong royong membersihkan selokan yang sering tersumbat.
Namun, perubahan ini tidak hanya terjadi secara fisik. Hati Faris juga terasa lebih lapang. Ia merasa lebih dekat dengan Allah. Setiap kali ia melihat jalanan bersih atau tetangganya tersenyum puas, hatinya dipenuhi rasa syukur. Ia menyadari bahwa kebersihan adalah bentuk ibadah yang tidak membutuhkan banyak kata, hanya tindakan tulus.
---
Suatu hari, Faris diundang untuk berbicara di masjid. Pak Ustaz yang mengisi kajian sebelumnya melihat perubahan besar yang dilakukan Faris. Ia ingin Faris membagikan pengalamannya kepada jamaah.
Faris naik ke mimbar dengan tangan bergetar. Ia bukanlah orang yang pandai berbicara, tetapi ia tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk menginspirasi orang lain.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucapnya dengan suara pelan.
"Teman-teman, beberapa minggu yang lalu, saya mendengar sebuah hadis yang mengubah hidup saya. Rasulullah SAW bersabda: *'Kebersihan adalah sebagian dari iman.' Awalnya, saya tidak benar-benar memahami maknanya. Tapi setelah saya mencoba mempraktikkannya, saya menyadari bahwa kebersihan tidak hanya membuat lingkungan kita lebih baik, tetapi juga membersihkan hati kita. Dengan menjaga kebersihan, kita menunjukkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan."
Faris berhenti sejenak, menahan haru. "Saya bukan siapa-siapa, tapi saya percaya bahwa perubahan kecil bisa berdampak besar. Mari kita jaga kebersihan, mulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan kita. Kita lakukan ini bukan untuk orang lain, tapi untuk Allah."
---
Setelah ceramah singkat itu, banyak jamaah yang merasa terinspirasi. Mereka mulai memahami bahwa kebersihan bukan hanya tugas pemerintah atau petugas kebersihan, tetapi tanggung jawab setiap individu.
Kampung kecil itu perlahan berubah menjadi tempat yang bersih, nyaman, dan penuh kekeluargaan. Semua berawal dari satu hadis, satu hati yang tergerak, dan satu tindakan kecil yang dilakukan dengan ikhlas.
Faris belajar bahwa iman tidak hanya terlihat dari shalat atau puasa, tetapi juga dari cara seseorang menjaga kebersihan, baik fisik maupun hati. Ia berjanji kepada dirinya sendiri untuk terus menanamkan nilai ini, di mana pun ia berada.
"Kebersihan adalah sebagian dari iman," ia selalu mengingatkan dirinya, dengan senyum penuh keikhlasan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H