Mohon tunggu...
Roy Widya Pratama
Roy Widya Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis Partikelir

Tumbuhkan negeri, melalui aktivitas literasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cinta yang Dipaksakan

24 Desember 2022   10:25 Diperbarui: 24 Desember 2022   10:33 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari situs https://al-waie.id/opini/komunisme-ideologi-berbahaya/

Akan tetapi, secara keseluruhan “watak besar” kita adalah “manusia pesolek”. “Bangsa pesolek”. Kerajaan kulturalisme kita tidak pernah cukup tolol untuk serta-merta mengangkat tamu yang bernama demokrasi itu menjadi raja. Kita menerima demokrasi untuk kita jadikan penggawa atau pegawai yang harus senantiasa menyesuaikan atau menyubordinasikan diri pada seluruh tatanan agung kulturalisme adiluhung kita.

Demokrasi adalah permata impor yang sangat menarik hati untuk dipasang sebagai aksesori budaya, lipstik di bibir, warna-warni kosmetika wajah, serta aroma di ketiak dan di selangkangan. Jargon nasional kita untuk itu sangat gamblang:

Demokrasi kita bukan sembarang demokrasi, bukan demokrasi liberal dan bukan apa pun saja lainnya, melainkan demokrasi yang kita sesuaikan dengan budaya warisan nenek moyang kita sendiri.”

Catatan diksi:

1. Gak wawuh: tidak bertegur sapa satu sama lain

2. Petrus adalah akronim dari penembakan misterius

3. Nglurug: menyerbu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun