Mohon tunggu...
Roymando hutabarat
Roymando hutabarat Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa - Freelancer

Seorang Mahasiswa yang haus akan pengetahuan dan kritikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melawan Intoleransi Lewat Peranan Keluarga Inti

29 Desember 2020   18:16 Diperbarui: 29 Desember 2020   18:29 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sedangkan Intoleransi religius-kultural cenderung turun sejak 2010, namun penurunan ini berhenti di 2017. Setelah 2017 intoleransi religious-kultural cenderung meningkat terutama dalam hal pembangunan rumah ibadah. Di sisi lain, Djayadi menyampaikan sikap intoleran kalangan Muslim di era Jokowi juga tampak dalam hubungan antara mayoritas dan minoritas survei memperlihatkan 37,2 persen responden muslim setuju bahwa umat agama minoritas di Indonesia harus mengikuti kemauan muslim mayoritas. 

Djayadi menyampaikan mayoritas responden warga nonmuslim tidak keberatan jika warga Muslim menjadi kepala pemerintahan di level daerah maupun nasional. Responden nonmuslim, kata dia, juga tidak keberatan jika warga muslim membangun tempat ibadah atau mengadakan acara keagamaan di sekitar tempat tinggalnya.


Peranan Keluarga

Mencegah intoleransi memang sulit tetapi banyak hal yang dapat kita lakukan. Salah satu cara yang paling efektif adalah me­lalui peranan keluarga. Keluarga me­rupakan lembaga pendidikan yang per­tama dan utama dalam ma­syarakat. Ke­luarga akan selalu mempengaruhi tum­buh ber­kem­bangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.

Peranan keluarga memang sangat perlu dan terutama dalam mengatasi intoleransi. Contohnya, peranan orangtua yang ti­dak mem­biasakan anaknya untuk menghargai keberagaman yang ada di sekitar mereka akan merusak karakter toleransi yang harusnya sudah tertanam sejak kecil. Dalam hal ini, penting bagi orang­tua agar me­ngarahkan anaknya hi­dup saling menghargai dan mengajarkan pentingnya keberagaman sebagai budaya bangsa indonesia. Orangtua juga harus meng­ajar­kan anaknya bagai­mana hidup yang damai dalam perbedaan.

Berangkat dari pemahaman-pemaha­man ini, maka ada tiga peran yang dapat dilakukan keluarga, yaitu:

(1) keluarga adalah sekolah keberagaman yang paling baik untuk anak khususnya dalam perbedaan pendapat yang sederhana di keluarga dan membiasakan ruang berdialog di keluarga setiap terjadi perbedaan pendapat merupakan proses menciptakan pendidikan perdamaian sejak dini. Ini akan membentuk karakter anak yang memahami keberagaman

(2) keluarga sebagai ins­­titusi kontrol perilaku intoleransi anak apabila telah terjadi perpecahan dalam masa perkembangan anak serta mengembalikan keadaan semula dan menjelaskan bahwa sikap yang intoleran bukan cara yang baik menyelesaikan masalah

(3) kum­pulan keluarga yang menghargai keberagaman akan mem­bentuk tatanan masyarakat yang toleran. Jika ingin mewujudkan toleran dengan baik, maka langkah pa­ling efektif adalah dengan memak­si­mal­kan peranan keluarga, Dengan adanya kesadaran dari peranan keluarga untuk mencegah intoleransi, maka kedepannya kita akan bisa mewu­jud­kan negara yang damai dan sesuai UUD 1945.

Mari kita dukung setiap langkah pe­merintah dengan mewujudkan penting­nya peranan keluarga dalam mencegah sikap intoleransi bukti dari bahwa setiap keluarga se­bagai garda terdepan. Sejatinya, ini bukan ha­nya tugas Pemerintah, Aku, Dan Kamu saja te­tapi juga tugas kita sebagai Warga Bangsa Indonesia.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun