Sedangkan Intoleransi religius-kultural cenderung turun sejak 2010, namun penurunan ini berhenti di 2017. Setelah 2017 intoleransi religious-kultural cenderung meningkat terutama dalam hal pembangunan rumah ibadah. Di sisi lain, Djayadi menyampaikan sikap intoleran kalangan Muslim di era Jokowi juga tampak dalam hubungan antara mayoritas dan minoritas survei memperlihatkan 37,2 persen responden muslim setuju bahwa umat agama minoritas di Indonesia harus mengikuti kemauan muslim mayoritas.Â
Djayadi menyampaikan mayoritas responden warga nonmuslim tidak keberatan jika warga Muslim menjadi kepala pemerintahan di level daerah maupun nasional. Responden nonmuslim, kata dia, juga tidak keberatan jika warga muslim membangun tempat ibadah atau mengadakan acara keagamaan di sekitar tempat tinggalnya.

Peranan Keluarga
Mencegah intoleransi memang sulit tetapi banyak hal yang dapat kita lakukan. Salah satu cara yang paling efektif adalah meÂlalui peranan keluarga. Keluarga meÂrupakan lembaga pendidikan yang perÂtama dan utama dalam maÂsyarakat. KeÂluarga akan selalu mempengaruhi tumÂbuh berÂkemÂbangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia.
Peranan keluarga memang sangat perlu dan terutama dalam mengatasi intoleransi. Contohnya, peranan orangtua yang tiÂdak memÂbiasakan anaknya untuk menghargai keberagaman yang ada di sekitar mereka akan merusak karakter toleransi yang harusnya sudah tertanam sejak kecil. Dalam hal ini, penting bagi orangÂtua agar meÂngarahkan anaknya hiÂdup saling menghargai dan mengajarkan pentingnya keberagaman sebagai budaya bangsa indonesia. Orangtua juga harus mengÂajarÂkan anaknya bagaiÂmana hidup yang damai dalam perbedaan.
Berangkat dari pemahaman-pemahaÂman ini, maka ada tiga peran yang dapat dilakukan keluarga, yaitu:
(1) keluarga adalah sekolah keberagaman yang paling baik untuk anak khususnya dalam perbedaan pendapat yang sederhana di keluarga dan membiasakan ruang berdialog di keluarga setiap terjadi perbedaan pendapat merupakan proses menciptakan pendidikan perdamaian sejak dini. Ini akan membentuk karakter anak yang memahami keberagaman
(2) keluarga sebagai insÂÂtitusi kontrol perilaku intoleransi anak apabila telah terjadi perpecahan dalam masa perkembangan anak serta mengembalikan keadaan semula dan menjelaskan bahwa sikap yang intoleran bukan cara yang baik menyelesaikan masalah
(3) kumÂpulan keluarga yang menghargai keberagaman akan memÂbentuk tatanan masyarakat yang toleran. Jika ingin mewujudkan toleran dengan baik, maka langkah paÂling efektif adalah dengan memakÂsiÂmalÂkan peranan keluarga, Dengan adanya kesadaran dari peranan keluarga untuk mencegah intoleransi, maka kedepannya kita akan bisa mewuÂjudÂkan negara yang damai dan sesuai UUD 1945.
Mari kita dukung setiap langkah peÂmerintah dengan mewujudkan pentingÂnya peranan keluarga dalam mencegah sikap intoleransi bukti dari bahwa setiap keluarga seÂbagai garda terdepan. Sejatinya, ini bukan haÂnya tugas Pemerintah, Aku, Dan Kamu saja teÂtapi juga tugas kita sebagai Warga Bangsa Indonesia.
Â