Berdasarkan contoh kasus tersebut, tindakan terdakwa itu dapat mendorong kebencian di antara masyarakat luas terhadap agama Kristen, mengingat bahwa TikTok sebagai platform media sosial yang dapat menyebarkan informasi-informasi kepada ratusan juta masyarakat. Apabila masyarakat tidak mengelola informasi yang disampaikan oleh terdakwa dengan bijak, maka informasi itu dapat menggiring sudut pandang mereka terhadap agama Kristen, misalnya mereka akan menganggap agama Kristen sebagai agama yang tidak serius, sehingga mereka akan ikut serta dalam menghina agama itu.
Dengan kemajuan teknologi yang sudah semakin instan ini mudah timbulnya isu kontroversi, yakni media sosial dapat digunakan untuk melakukan adu domba antar sesama. Contoh dari isu tersebut adalah penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) untuk membuat salah satu politikus ataupun calon petinggi negara seperti berbicara akan sesuatu yang dapat menimbulkan konflik, meskipun sesungguhnya pembicaraan itu tidak pernah mereka ucapkan. Oleh sebab itu, masyarakat harus mencari informasi mengenai berita dari sumber yang terverifikasi, sehingga dapat menghindari konflik yang bias akan kebenaran informasinya. Selain itu, terdapat berita yang benar adanya namun hanya akan menimbulkan konflik. Salah satu contohnya adalah masalah peperangan antara Israel dengan Palestina yang mengakibatkan timbulnya berita mengenai pemboikotan produk. Pemboikotan produk merupakan hal yang baik, akan tetapi dampak yang dihasilkan dapat mengurangi lapangan pekerjaan. Kemiskinan dapat meningkat sebab perusahaan yang memiliki produk boikot tersebut dapat rugi dan berakhir tutup, sehingga para pekerja dilakukan pemberhentian kerja paksa oleh perusahaan itu (PHK). Oleh karena itu, masyarakat sangat diharapkan untuk dapat mencari sumber terverifikasi serta berpikir logis dan kritis dalam memahami dan menanggapi isi media, supaya tidak adanya sifat radikalisme terhadap objek atau subjek tertentu.
     Â
- Kesimpulan dan rekomendasi
Agama dan digitalisasi memanglah sangat erat hubungannya, dengan adanya digitalisasi agama dapat terbantu oleh perkembangan teknologi seperti khotbah di media sosial, memberikan ayat di media, serta hal lain sebagainya yang dapat membantu penyebaran agama tersebut tetapi bisa saja bertentangan karena dengan adanya digitalisasi semakin maju maka banyaknya pendapat dari berbagai pihak sehingga saling menolak akan keberadaannya. Melalui tumbuhnya teknologi ini kita harus bisa menggunakannya secara bijak dan beretika agar tidak timbulnya perpecahan yang diakibatkan oleh isu agama. Kemajuan teknologi ini pun kita bisa untuk bertukar pikiran satu dengan yang lain melalui berinteraksi menggunakan media sosial sehingga dapat menimbulkan gagasan baru mengenai suatu hal sehingga bisa mendapatkan ilmu yang baru dari berbagai perspektif agama. Dalam konteks ini, agama digital dapat memberikan gagasan spiritual dan religius berbasiskan media elektronik dan ruang maya dalam menyikapi tantangan global dalam meningkatkan kualitas pendidikan, kualitas relasi gender, menyalurkan fasilitas, dan demikian lain sebagainya. Oleh karena itu dunia digital dapat dipenuhi oleh konten yang positif serta membangun pemikiran tanpa menyinggung ataupun tidak bersifat kontroversial mengenai isu, ajaran serta simbol agama tertentu sehingga dapat menimbulkan masyarakat digital yang cerdas, damai, transformatif dan berkelanjutan. (Maulana, 2022)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H