Pertengkaran dalam rumah tangga tidak sekali dua kali terjadi. Mulai dari masalah ekonomi sampai kecemburuan sering menjadi pemantik pertengkaran. Aku sebagai seorang yang selalu menyiapkan rencana sering terbentur dengan istri yang cenderung langsung aksi tanpa perencanaan. Istriku orang yang unik. Dia sangat gemar berbagi. Tak jarang uang kami yang tidak seberapa justru dibagi dengan orang lain. Pada awalnya aku tidak suka, tapi lambat laun aku mengerti. Toh, menikah itu saling belajar. Aku belajar dari kepekaannya terhadap orang lain. Sementara aku mengajari dia dengan kuliah prinsip dan kehidupan. Tak jaranga kami bercerita dan saling menguliahi sampai larut malam. Terlebih saat kami terhimpit.
Menjelang satu tahun pernikahan muncul masalah baru. Aku diberhentikan dari tempat kerja. Praktis saat itu pemasukan kami hanya dari hasil penjualan keripik bawang yang kami rintis dan uang siaran yang hanya sekitar 450 ribuan per bulan. Aku berusaha tegar. Sementara dia tak bisa menyembunyikan kesedihan. Kami saling menguatkan meski kami tahu kami sama-sama rapuh. Aku memeluknya erat sembari meminta maaf. Aku merasa telah gagal sebagai suami. Aku pernah berjanji untuk tidak akan membuat dia mengemis makanan dan mimpi buruk itu sedang menghampiri.
Kami berpikir cukup lama. Kami seperti ada di titik nadir.Â
Kami seperti dua orang linglung dan tersesat di tengah hutan belantara. Aku bahkan tak kuat memandangnya, sebab saat aku melihat wajah sendunya tiba-tiba dadaku sesak. Kami memilih saling menguatkan. Istriku orang yang sering mengambil keputusan pada saat-saat emosi (marah, bahagia, haru, dsb) memuncak, sementara aku kebalikannya. Kami menghubungi beberapa teman untuk meminta bantuan. Namun, semuanya buntu. Kami diskusi panjang.Â
Lalu tebersit untuk meninggalkan Panyabungan. Kami sudah sepakat untuk menjual segala yang kami miliki. Aku melirik sepeda motor yang menjadi harta kami pertama. Dadaku sesak. Namun, apa boleh buat. Hidup harus berjalan, bukan? Kami menimbang-nimbang beberapa tempat yang dituju. Berdebat panjang. Akhirnya dengan sedikit keraguan kami putuskan untuk merantau dengan syarat kami coba bertahan satu atau dua bulan lagi.
Aku berpikir ulang. Kami tidak boleh menyerah pada kehidupan. Kami punya kemampuan. Kami membuat kesepakatan untuk satu bulan lagi bertahan. Suatu hari menjelang siang tiba-tiba ada telepon dari radio. Aku berangkat ke radio. Ternyata aku ditawari kerja sebagai karyawan. Aku tak tahu harus berkata apa, selain syukur yang terus terucap dalam hatiku. Gajinya saat itu kami rasa cukup untuk sementara. Selepas pembicaraan kontrak kerja, aku pulang ke rumah.Â
Kami berpelukan sangat lama. Air mata berurai. Hidup yang baru telah dimulai. Lalu aku ditawari untuk bekerja di tempat lain dengan gaji yang lebih besar. Namun, aku tolak. Aku selalu berprinsip dalam hidup tidak boleh kemaruk dan ini selalu aku ajarkan pada istri. Beberapa saat kemudian istri dapat kerja les privat. Lalu dapat kerjaan lain di suatu perusahaan Bimbel swasta. Les privatnya pun bertambah. Saat ini dia sudah punya tiga les privat dan sebentar lagi akan empat. Sementara aku, syukurku untuk Allah. Untuk saat ini kami sudah bisa bantu-bantu orang tua sedikit-sedikit dan berbagi dengan adik-adik kami.
Menikah itu tidak selalu mulus. Maka dari itu pejuang nikah, siapkan mentalmu. Rumah tangga itu seperti biduk di tengah lautan. Akan banyak gelombang dan badai datang menerjang. Bagaimanapun nantinya badai itu, kalian harus saling menguatkan dan berani mendayung di tengah-tengahnya agar sampai pada tujuan. Menikah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tanamkan prinsip dalam hidup. Bulatkan tekad. Penuhi keyakinan akan kuasa Allah.
Itu masih untuk usia pernikahan kami yang baru menginjak satu tahun 3 bulan. Kudoakan semoga perjuangan kalian yang ingin menikah diberi kekuatan dan jalan. Sedang kami, mohon doakan agar tetap bisa bertahan di tengah-tengah lautan kehidupan yang ombak dan badai bisa datang kapan saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H