MASALAH LINGKUNGAN JUGA
Dampak lingkungan yang timbul terutama ditemukan pada kegiatan ekstraksi pasir laut di kawasan pesisir. Penghancuran mangrove dan intrusi air laut yang semakin masuk ke daratan pada akhirnya mencemarkan kualitas air tanah. Juga terjadi penurunan populasi kepiting yang mengganggu keseimbangan biota laut. Â Â
Bagaimana dengan di Indonesia? Sentra sumber pasir di Lumajang Jawa Timur misalnya, pasir halus untuk konstruksi dinding dan pasir cor untuk struktur beton secara tradisional di ambil dari sungai yang berasal dari pegunungan. Begitu juga halnya dengan sungai-sungai lain yang mengalirkan lahar vulkanis di banyak lokasi di Indonesia.Â
Lalu bagaimana dengan pasir laut yang melimpah di pesisir pulau-pulau? Pasir laut tidak layak untuk konstruksi bangunan karena agregatnya terlalu halus dan memiliki kandungan garam. Pasir laut diekstraksi hanya untuk mengurug laut (reklamasi) dalam rangka memperluas wilayah daratan atau membuat pulau-pulau buatan (selain menggunakan tanah urug juga). Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika beberapa pulau di dekat Jakarta dan di perairan Sumatera Utara telah lenyap karena ekstraksi ilegal.
Bagi Indonesia, yang memiliki banyak gunung dan sungai alami, masalah kelangkaan barangkali masih jauh tetapi penambangan yang membabi-buta tetap saja menimbulkan dampak lingkungan. Kegiatan penambangan yang sebagian besar dilakukan oleh rakyat inilah yang perlu diatur dengan regulasi agar pengelolaannya optimum.
Kelangkaan yang berpotensi membayangi Indonesia adalah material utama yang lain, yaitu semen. Eksplorasi salah satu bahan baku semen berupa kapur yang banyak terkandung di pegunungan karst seringkali menghadapi persoalan lingkungan yang bersinggungan dengan permukiman dan sumber daya air tanah yang terkandung di pegunungan tersebut. Belum lagi sumber daya energi untuk pabrik semen yang masih mengandalkan batubara, material fosil yang sarat polusi dan emisi karbon. Inilah yang selalu rawan dengan persoalan lingkungan.
Ke depan perlu dipikirkan alternatif bahan baku substitusi kapur dan batubara dalam memproduksi semen. Atau lebih progresif lagi, semen pun disubstitusi melalui rekayasa teknologi material.