Mohon tunggu...
Roy Soselisa
Roy Soselisa Mohon Tunggu... Guru - Sinau inggih punika Ndedonga

Sinau inggih punika Ndedonga

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengerjakan Karya Pelayanan Saat Mama Terbaring Berjuang Melawan Covid-19

10 Februari 2021   12:58 Diperbarui: 11 Februari 2021   11:03 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup padat agenda organisasi yang telah kami tetapkan sejak akhir tahun lalu untuk dilaksanakan pada awal tahun ini.

Selain kami harus menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban atas pelaksanaan program kegiatan yang menggunakan dana hibah dari pemerintah daerah setempat, kami pun telah menjadwalkan setiap akhir pekan selama bulan Januari 2021 akan menghadiri sebagai narasumber yang memberikan arahan dan pengawasan terhadap berlangsungnya Musyarawah Olahraga Disabilitas sesuai yang telah diajukan oleh Pengurus NPCI Cabang Se-Provinsi Jawa Timur yang masa baktinya telah berakhir (selengkapnya: bit.ly/2XTDJbF).

Laporan Pertanggungjawaban sendiri telah tuntas kami kerjakan tepat pada hari pertama tahun 2021, dan kami telah siap untuk memperbanyak dan menjilidnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan setelah berakhirnya masa cuti bersama. Hari yang telah kami agendakan pun tiba, pada tanggal 4 Januari 2021 untuk semua laporan yang telah tuntas kami kerjakan dibawa dari Kota Mojokerto ke Kota Surabaya.

Pada saat yang bersamaan saya membantu untuk memperbanyak dan menjilid laporan tersebut, saya mendapat kabar---kami tidak tinggal serumah---bahwa Mama saya intensitas batuknya sangat tinggi selama tiga hari terakhir, sampai malam hari tak bisa tidur, mata Mama pun mulai bengkak.

Usai membantu untuk kepentingan organisasi, saya memutuskan untuk berkunjung ke rumah Mama dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, dan pada hari itu pula (4/1/2021).

Setelah berkonsultasi dengan dokter, keluarga memutuskan untuk memeriksakan Mama dengan menggunakan layanan Home Service dari salah satu laboratorium klinik di Kota Surabaya, karena Mama menolak untuk dilakukan pemeriksaan RT-PCR dengan alasan tertentu, maka Mama hanya menerima tes serologi dan tes pendukung lainnya seperti darah lengkap, CRP Kuantitatif dan D-dimer.

Hasil dari pemeriksaan laboratorium menunjukan bahwa dalam tubuh Mama terdapat infeksi karena virus, meskipun hasil dari IgM dan IgG Non-Reaktif, tetapi tetap tidak bisa disingkirkan dari kemungkinan telah terpapar Covid-19. Trombosit Mama pun turun rendah.

Dokter menyarankan kembali agar dilakukan pemeriksaan RT-PCR, sekaligus perlu untuk melakukan Elektrokardiogram (EKG), dan X-Ray Photo pada bagian Thorax PA (CR) guna memastikan diagnosa yang telah disampaikan.

Setelah mencoba memberikan pengertian kepada Mama, keesokan harinya (5/1/2021) Mama mendapatkan pemeriksaan lanjutan, tak lama setelah pemeriksaan sudah bisa diketahui hasil dari Elektrokardiogram (EKG) yakni menunjukan Normal Sinus Rhythme. Sedangkan hasil dari X-Ray Photo menunjukan bahwa Mama memiliki kecenderungan Pneumonia Viral, sedangkan hasil dari pemeriksaan RT-PCR masih harus menunggu selama 6 (enam) jam.

Menjelang matahari terbenam (5/1/2021), sebuah file PDF pun dikirimkan ke aplikasi pesan instan yang ada dalam gawai saya, dalam file PDF tersebut memuat data laboratorium milik Mama untuk pemeriksaan RT-PCR, dan hasilnya menunjukan bahwa Mama terdeteksi adanya RNA virus SARS CoV-2 atau Covid-19 di dalam tubuh.

Seketika saya merasa terhempas saat mengetahui hasilnya---Mama berusia 66 tahun, dengan mengetahui dari sekian banyak kasus yang menimpa lansia, hasil tersebut menghadirkan kabar duka tersendiri bagi saya.

Sembari menguasai diri, saya melakukan panggilan video ke Mama, tampaknya Mama sedang mempersiapkan diri untuk rawat inap ke Rumah Sakit berdasarkan rujukan dari tiga dokter.

Malam itu (5/1/2021), Mama didampingi oleh kakak perempuan saya---sama-sama terdeteksi adanya Covid-19 di dalam tubuh---berburu rumah sakit di Kota Surabaya.

Dari sepuluh rumah sakit yang telah dikunjungi, baik milik pemerintah maupun swasta sudah tidak mampu menampung luberan pasien Covid-19---sekalipun ada rumah sakit milik pemerintah yang masih bersedia menampung pasien Covid-19, tetapi pasien tidak mendapatkan kepastian kapan akan mendapatkan kamar, masih harus menunggu di IGD sampai batas waktu yang belum ditentukan---menunggu berkurangnya pasien Covid-19, baik karena sudah dinyatakan sembuh ataupun meninggal.

Hingga akhirnya menjelang tengah malam, Mama mendapatkan kamar untuk rawat inap di salah satu rumah sakit milik pemerintah di Kota Surabaya bagian utara.

Setelah melalui proses administrasi hingga dini hari menjelang subuh, serta memastikan Mama telah masuk ke dalam ruang perawatan, kakak perempuan saya meninggalkan rumah sakit untuk pulang ke rumah melakukan isolasi mandiri.

Saat fajar menyingsing (6/1/2021), saya mengambil bagian untuk mengantarkan selimut, bantal, guling, susu sapi murni kemasan, air panas dalam termos, dan wedang lemon yang telah disiapkan oleh istri saya ke rumah sakit.

Keesokan harinya pun (7/1/2021) saya mengantarkan wedang lemon kembali, dan tiga butir telur ayam kampung yang telah direbus. Kali ini setelah kiriman diterima oleh Mama, Mama menyampaikan via telepon untuk wedang lemonnya dihentikan dulu pengirimannya, karena berdasarkan arahan dari dokter untuk kebutuhan vitaminnya sudah tercukupi, karena Mama selama satu minggu penuh akan mendapatkan perawatan dengan menggunakan vitamin c dosis tinggi, dan digelontor berbagai macam obat (anti virus, dll.) yang disuntikan melalui infus---Mama pun harus selalu mengenakan alat bantu pernapasan untuk menyalurkan oksigen.

Pada hari ketiga Mama di rumah sakit (8/1/2021), saya berpamitan via telepon kepada Mama untuk berangkat mengerjakan karya pelayanan dengan menghadiri Musyawarah Olahraga Disabilitas di empat daerah selama dua hari ke depan yakni di Kota Malang dan Kabupaten Malang (9/1/2021), kemudian keesokan harinya di Kota Kediri dan Kabupaten Kediri (10/1/2021).

Seusai berpamitan, suasana yang berbeda dari biasanya meliputi perasaan ini, pengalaman kehilangan Papa telah memberikan trauma tersendiri (selengkapnya: bit.ly/2LNtkbF), meskipun keyakinan yang kuat telah dimiliki bahwa saat kemungkinan yang terburuk pun terjadi, kematian tetaplah sebuah kemuliaan.

Namun, selagi Mama diberikan kesempatan untuk hidup, maka masih ada kesempatan bagi saya untuk mendarmabaktikan diri ini kepada Mama---darma bakti yang bukan sekadar menceritakan karya pelayanan bagi sesama, melainkan karya perjuangan yang sedang diusahakan sebagai seorang anak, seorang suami dan seorang ayah.

Hari untuk mengerjakan karya pelayanan pun tiba (9/1/2021), saya berusaha untuk tetap berdiri di tengah badai yang sedang menghampiri ini, saya pun tidak membagikan cerita kepada siapa pun tentang apa yang saya alami, termasuk kepada Bapak Imam Kuncoro dan Bapak Amin Alwachijah yang selama dua hari penuh saya menghabiskan waktu bersama dengan mereka dalam mengerjakan karya pelayanan.

Setelah dua hari penuh kami menghadiri Musyarawah Olahraga di empat daerah, keesokan harinya (11/1/2021) kami mengambil Laporan Pertanggungjawaban yang telah diperbanyak dan dijilid di Kota Surabaya, untuk selanjutnya kami setorkan kepada pihak yang berwenang.

Pada saat Laporan Pertanggungjawaban diangkut menggunakan mobil untuk disetorkan, saya memutuskan untuk tidak berbarengan dengan yang lain, dan memilih menempuh arah perjalanan yang berbeda---tanpa seorang pun yang mengetahui motif di baliknya.

Hal tersebut saya lakukan, karena saya harus mengantar telur ayam kampung untuk Mama, gel pereda bengkak karena jarum infus, dan yang terpenting mengantarkan sarung tangan medis yang telah diminta oleh Mama ---Mama (dan Papa) selalu menghadirkan teladan yang baik bagi anak-anaknya, bahkan dalam keterbaringan Mama melawan Covid-19 pun masih sempat meminta tolong untuk dibelikan sarung tangan medis untuk disumbangkan kepada tenaga kesehatan di rumah sakit tempat Mama dirawat inap.

Usai mengantarkan kebutuhan pendukung perawatan Mama, saya pun melanjutkan perjalanan menuju lokasi penyetoran Laporan Pertanggungjawaban, hingga akhirnya semua proses penyampaian Laporan Pertanggungjawaban yang menjadi kewajiban mutlak bagi organisasi telah tuntas kami penuhi sesuai waktu yang telah ditentukan.

Selama tiga hari tersebut, dalam batin saya merasakan dengan kuat bahwa saya sedang dibawa untuk menghidupi terlebih dahulu setiap kata yang kami benamkan dalam nama buah hati kami, terutama pada bagian yang mengharapkan buah hati kami dapat tumbuh menjadi pribadi yang memiliki karakter seperti seorang tentara yang sedang berjuang dengan tidak memikirkan diri sendiri dan tidak memusingkan diri sendiri dengan soal-soal penghidupannya (selengkapnya: goo.gl/yNeYAC).

Melalui momen Mama terbaring berjuang melawan Covid-19 inilah saya diizinkan mengalami terlebih dahulu untuk memiliki karakter seperti yang kami harapkan bisa dimiliki oleh buah hati kami.

Mungkin ujian-ujian lain yang selama ini dihadirkan telah sanggup dilalui, dan telah menjadi ujian yang biasa-biasa saja saat dialami, sehingga dibutuhkan ujian dengan dosis yang lebih tinggi untuk menguji ketahanan mental yang saya miliki, karena berkaitan langsung dengan nyawa dari pribadi yang saya cintai.

Mama tidak pernah memiliki riwayat dirawat inap di rumah sakit, selain hanya untuk melahirkan ketiga buah hatinya, riwayat sakit Mama pun hanya kolestrol, selebihnya Mama memiliki jasmani yang bugar.

Tentu dengan dirawat inapnya Mama menjadi badai yang menghantam psikologis ini, dan bisa menjadi alasan yang kuat untuk saya berhenti menjalani semua agenda yang telah tertata rapi, namun dorongan yang lebih kuat hadir dalam hati supaya saya tetap bisa mengerjakan karya pelayanan bagi sesama sesuai komitmen yang telah dimiliki.

Sehari kemudian (12/1/2021), kami mendapatkan kabar bahwa jarum infus dan alat bantu pernapasan yang selama enam hari penuh dikenakan oleh Mama telah dilepas oleh perawat sesuai arahan dari dokter.

Kondisi Mama makin membaik, sudah bisa bercanda seperti sedia kala, indera perasa Mama pun telah kembali, dan untuk merayakan kembalinya indera perasa Mama, kami menawarkan beberapa menu makanan yang Mama kehendaki untuk kami kirimkan ke rumah sakit---kami yang selalu menawarkan kepada Mama terlebih dahulu, karena tipikal Mama tidak mau menjadi beban bagi orang lain.

Beberapa kali kami mengirimkan menu makanan yang Mama kehendaki, hingga puncaknya sesaat sebelum saya berangkat (16/1/2021) untuk bermalam sebelum menghadiri Musyawarah Olahraga Disabilitas pada dua daerah berikutnya yakni di Kabupaten Lumajang dan Kota Probolinggo yang akan dilaksanakan keesokan harinya (17/1/2021).

Saya masih menyempatkan untuk mengirim dua bungkus gado-gado sesuai yang Mama kehendaki untuk makan siang---Mama menjalani perawatan sejak hari pertama dalam satu kamar bersama dua pasien perempuan sesama lansia (sehari sebelum saya mengantar menu gado-gado, satu pasien telah diperbolehkan pulang), Mama selalu minta tolong kepada kami untuk melebihkan setiap porsi makanan yang dikirim, karena Mama selalu berbagi dengan teman sekamarnya, termasuk pada saat Mama menghendaki menu gado-gado.

Sepulang saya dari Kabupaten Lumajang dan Kota Probolinggo, keesokan harinya (18/1/2021) Mama diperbolehkan pulang karena telah menyelesaikan masa perawatan dan observasi mulai dari tanggal 5-18 Januari 2021, dan pada saat itu secara klinis sudah tidak menunjukan gejala dan tanda infeksi Covid-19, meski hasil dari pemeriksaan RT-PCR yang terakhir belum diketahui.

Saat mengetahui Mama telah diperbolehkan pulang, saya bergegas untuk menjemput Mama di rumah sakit dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, bahkan saya pun membekali diri dengan disinfektan spray.

Proses penjemputan Mama di rumah sakit berlangsung dramatis, bukan karena kondisi Mama yang menyedihkan, melainkan kondisi yang terjadi di rumah sakit. Pada saat saya harus menunggu untuk mengurus administrasi yang terkait dengan penjemputan Mama, pada saat yang bersamaan pula saya menyaksikan pemulasaraan jenazah pasien Covid-19---belum sempat dirawat inap, tetapi sudah meninggal di IGD.

Seusai menyelesaikan semua urusan administrasi, saya diperbolehkan untuk menjemput Mama. Kondisi berikutnya ini tak kalah dramatis, serah terima pasien Covid-19 hanya bisa dilakukan di depan pintu lift yang terletak di bagian paling belakang rumah sakit, letaknya pun berada di samping kamar jenazah, termasuk berada di tempat pengumpulan pakaian kotor pasien Covid-19 yang akan diambil oleh pihak keluarga.

Ketika saya menghampiri, Mama telah menanti di depan pintu lift bersama perawat yang menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, saya pun menyapa Mama dan perawat dengan bahagia.

Setelah melakukan serah terima secara singkat, perawat yang mendampingi Mama berpamitan, dan saya mulai bercanda dengan Mama sembari menyemprotkan disinfektan ke seluruh bagian tubuh Mama dari atas sampai bawah, semua barang bawaan Mama pun tak luput dari semprotan disinfektan, termasuk saya telah menyediakan plastik khusus untuk memuat bawaan Mama.

Kota Surabaya, 18 Januari 2021 (Dokpri)
Kota Surabaya, 18 Januari 2021 (Dokpri)
Dua hari kemudian (20/1/2021), hasil dari pemeriksaan RT-PCR yang terakhir dikirimkan oleh pihak rumah sakit melalui aplikasi pesan, diketahui hasilnya tetap positif, sehingga keesokan harinya (21/1/2021), saya mengantar Mama untuk mengikuti pemeriksaan RT-PCR kembali, dan hasil pemeriksaan Mama tersebut baru bisa diketahui empat hari kemudian.

Setelah saya pulang dari Kabupaten Pamekasan (23/1/2021) dan Kabupaten Sampang (24/1/2021)---masih dalam rangka kegiatan yang sama yakni menghadiri Musyawah Olahraga Disabilitas yang diselenggarakan di Kabupaten Sampang, dengan bermalam terlebih dahulu di Kabupaten Pamekasan untuk menjalin tali silaturahmi dengan sesama pengurus---hasil pemeriksaan Mama dikirimkan melalui aplikasi pesan (25/1/2021), dan hasilnya pun tetap positif.

Kami berusaha menenangkan Mama menyusul diketahuinya hasil pemeriksaan tersebut, usaha yang kami lakukan adalah dengan menyampaikan hasil konsultasi dengan dokter bahwa hasil positif yang didapati itu hanya karena bangkai dari Covid-19 yang belum terbuang dari tubuh Mama, sedangkan Covid-19 sendiri sudah tidak aktif di dalam tubuh Mama. Keesokan harinya (26/1/2021), saya mengantar Mama kembali untuk mengikuti pemeriksaan RT-PCR.

Empat hari kemudian, hasil pemeriksaan Mama yang telah dinantikan tak kunjung datang, hingga akhirnya saya harus menuntaskan karya pelayanan yang terakhir sesuai yang telah diagendakan yakni Musyawarah Olahraga Disabilitas di Kota Pasuruan (31/1/2021), termasuk di antaranya menjalin tali silaturahmi dengan sesama pengurus di Kabupaten Pasuruan.

Dan tepat sehari setelah saya menyelesaikan semua karya pelayanan, saya mendapatkan kabar bahwa hasil dari pemeriksaan RT-PCR untuk Mama yang terakhir telah dinyatakan negatif (1/2/2021).

Empat hari setelah dinyatakan negatif, saya pun mengantar Mama untuk kontrol ke rumah sakit (5/2/2021), dan Mama benar-benar telah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

Segala puji hanya bagi Sang Hidup yang telah memberikan kesempatan kepada Mama untuk kembali mengerjakan karya kehidupan yang belum usai. Segala kemuliaan hanya bagi Sang Hidup yang telah mengajarkan kembali untuk berjuang dengan tidak memikirkan diri sendiri dan tidak memusingkan diri sendiri dengan soal-soal penghidupan.

Terima kasih kepada Sang Hidup yang telah menguji ketahanan mental yang dimiliki, dan telah memampukan diri ini untuk tetap berdiri di tengah badai yang menghampiri.

Teristimewa melalui catatan sederhana ini, saya memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada seluruh tenaga kesehatan di mana pun sedang berada, terima kasih telah berdiri dengan gagah bagi kemanusiaan di tengah badai pandemi yang melanda bumi, kiranya Sang Hidup senantiasa menyertai.

Kota Surabaya, 10 Februari 2021

RAS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun