Mohon tunggu...
Seca Faleesha
Seca Faleesha Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Program pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia

Nim: 190402080005

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kritik Sastra Novel "Hujan"

8 Desember 2020   19:48 Diperbarui: 16 Desember 2021   10:11 29312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Sumber: Pixabay

Tere Liye adalah nama pena dari Darwis, beliau berasal dari pedalaman Sumatera yang berprofesi sebagai Akuntan. Menulis baginya hanya sekedar hobi, pengisi waktu luang. Salah satu karynya paling laris adalah berjudul "Hujan" bercerita tentang Seorang gadis tunggal penyuka hujan yang hidup di tahun 2042.

Tere Liye telah menghasilkan belasan novel, Ia bisa di anggap salah satu penulis yang telah banyak menelurkan karya-karya best seller. Saat ini ia telah menghasilkan banyak karya, bahkan beberapa di antaranya telah di angkat ke layar lebar.

Darwis lahir pada tanggal 21 Mei 1979 di pedalaman Sumatera Selatan. Ia merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara yang berasal dari keluarga petani Namun walaupun berasal dari pedalaman, sastra adalah sastra dimanapun ia berada.

Berbeda dan menonjol dari penulis-penulis yang lain, Tere Liye memang sepertinya tidak ingin di publikasikan ke umum terkait kehidupan pribadinya. Hal ini dapat dilihat dalam novel karya Tere Liye di bagian belakang "tentang penulis' di novelnya, maka tidak ada yang bisa kita temukan informasi mengenai tere liye.

Dan mungkin itu cara yang ia pilih, hanya berusaha memberikan karya terbaik dengan tulus dan sederhana. Justru karena kesederhanaannya, tiap kita membaca lembaran demi lembaran novelnya, kita serasa melihat di depan mata apa yang Tere Liye sedang sampaikan. 

Uniknya kita tidak akan merasa sedang di gurui meskipun dari tulisan-tulisannya itu tersimpan pesan moral, islam serta sosial yang penting.

"Bekerja keras dan selalu merasa cukup, mencintai, berbuat baik dan selalu berbagi, senantiasa bersyukur serta berterima kasih, maka Ia percaya bahwa kebahagiaan itu sudah berada di genggaman kita".

Itulah sedikit kutipan yang penulis dapatkan, terkesan bahwa ia menegaskan syukuri saja setiap apapun yang kita punya, baik itu berupa kekurangan terlebih kalau itu suatu kelebihan. Satu lagi pelajaran berharga yang bisa kita petik dan di aplikasikan dalam kehidupan masing-masing dari biografi Tere Liye ini.

Ini Lail. Seorang gadis tunggal penyuka hujan kesayangan Papa dan Mama, yang mereka hidup di tahun 2042 ke atas: tahun dengan teknologi tinggi dan mutakhir.

Hal ini bisa kita jumpai di bab pertama novel ini, dimana Elijah seorang Paramedis senior mengubah ruangan polos tempat ia praktik hanya dengan menyentuh layar tablet nya menjadikan ruangan berisi alat medis untuk proses modifikasi ingatan. Di ruang praktik inilah lail menceritakan tiap ingatan nya dan ia ingin melupakan hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun