Mohon tunggu...
Roulina Krista Sihombing
Roulina Krista Sihombing Mohon Tunggu... -

Seorang karyawan swasta | belajar blog | https://roulinakrista.blogspot.co.id/ Salam inspirasi!

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Tim Ajaib The Vatreni Kroasia

13 Juli 2018   17:27 Diperbarui: 13 Juli 2018   17:35 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi pecinta sepakbola sejagat raya kontestasi sekali dalam 4 tahun, yaitu Piala Dunia menjadi ajang bergengsi sekaligus paling dinantikan. Momen dimana pemain-pemain top dari berbagai penjuru dunia menyuguhkan pertandingan yang atrakfif dan menghibur.  

Sepertinya baru kemaren melihat Tim Oranye Jerman memegang tropi dan menjadi yang terhebat setelah menggagalkan mimpi Argentina saat Piala Dunia 2014 di Brasil.

Pada piala dunia 2018 ke- 32 negara peserta akan dijamu oleh Rusia sebagai tuan rumah. Turnamen akan digelar di 12 stadion dengan daya tampung lebih dari 10.000 penonton di 11 kota. Negara-negara peserta masih dinominasi peserta yang sudah pernah bermain bahkan para punggawa piala dunia seperti Jerman, Perancis, Inggris, Argentina, Italia, Brasil, dan Spanyol meski dengan skuad yang berbeda dan ada 2 negara yang pertama kali mengadu keberuntungan, yaitu Panama dan Islandia sebagai pendatang baru.

FIFA membagi 32 negara menjadi 8 grup yang berisi 4 negara. Tiap-tiap grup bertanding menjadi 2 tim teratas untuk dapat melaju ke babak 16 besar, perempatfinal, semifinal, dan akhirnya final. 

Para supporter maniak bukan hanya negara peserta saja tapi juga penggila bola di seluruh dunia termasuk Indonesia menikmati euphoria piala dunia. Sejak kick off 14 Juni 2018 lalu tampak warung sampai resto dekat rumah punya sajian atau menu baru nonton bareng.

Seperti biasa prediksi dan komentar dari pengamat bola sudah riuh baik di media cetak apalagi media sosial oleh netizen. Adu strategi dan taktik ternyata tidak hanya dilakukan pelatih dan pemain tetapi juga para pengamat bola yang memang serius mengikuti perjalanan semua tim yang akan bermain. 

Kebanyakan prediksi juara piala dunia ini masih seputar para punggawa (kecuali Italia absen kali ini)  yang dianggap kandidat kuat juara mungkin akan mengulang kejayaan namun tetap memunculkan tim yang disebut sebagai kuda hitam yang bisa membuat kejutan seperti Portugal, Kroasia, Uruguay, dan Kolombia.

Sungguh di luar dugaan De Mannschaft Jerman justru keok di fase grup dan lebih menyakitkan lagi mereka berada di posisi paling buncit grup F di bawah Korea Selatan. Pada babak 16 besar hanya tersisa Perancis, Inggris dan Brasil karena Portugal, Spanyol, dan Argentina harus angkat koper terlebih dahulu. Menonton bola adalah soal kenikmatan, ketika tim jagoan kalah tidak berdosa kalau menjagokan tim yang tersisa hehehe...

Ada yang menarik dari skuad Vatreni dari Kroasia yang terus melaju secara konsisten. Ya begitulah tim ini disebut sebagai kuda hitam bukan tanpa alasan. Mereka pernah menjadi fenomenal pada piala dunia dua dasawarsa lalu karena berhasil menjadi semifinalis di luar ekspektasi mereka dan penonton tentunya.

Meski bukan tim favorit yang kerap dielu-elukan membuat The Fiery Boys ini tetap berkobar tampil percaya diri saja dan siap menantang siapapun lawan. Konsistensi dan pantang menyerah adalah senjata kuat mereka sehingga berbuah keajaiban. Dengan tim yang semakin sedikit membuat sorotan mata beralih pada tim ini bahkan menjagokan mereka meski diragukan akan sampai ke babak final. Cukup menghibur juga saat semua tim Asia pulang kampung meme Kro-Asia seakan-akan mewakili Asia hihih ada-ada saja ya..

Pada fase penyisihan grup D, Kroasia mengalahkan Nigeria dan Argentina tanpa balasan gol namun kalah tipis ketika berhadapan dengan tim baru Islandia. Hal ini membuat Kroasia menjadi pemimpin Klasemen dan melangkah mulus menuju babak 16 besar.

Ujian terhadap konsistensi dan pantang menyerah saat Krosia berhadapan dengan Denmark. Pertandingan yang alot dengan skor berimbang sampai waktu normal berakhir memaksa drama adu penalti yang membuat deg-degan. Meski pada waktu normal sebenarnya ada hadiah Pinalti bagi Kroasia namun gagal dieksekusi oleh sang kapten sejati Luka Modric. Kembali keajaiban menaungi Kroasia sebagai pemenang pada laga tersebut dan langkah mulus menuju perempatfinal.

Sepertinya prediksi semakin kacau seperti bola bundar saat berada di rumput hijau. Menuju semifinal Kroasia akan berhadapan dengan Sbornaya, tim andalan tuan rumah Rusia. Adu kuat dan adu taktik membuat pertandingan melelahkan karena sama kuat dengan skor sama pula sehingga harus melakoni drama kedua beradu tendangan penalti bagi Kroasia. Haru biru dan kecewa memenuhi stadiun Sochi saat gol terbanyak dimiliki oleh Kroasia dan memastikan diri akan berada di semifinal sekaligus menghentikan tren tuan rumah sebagai juara.

Jalan menuju final semakin dekat dan lawan yang harus disingkirkan Kroasia semakin berat. Menuju puncak Kroasia akan berhadapan dengan Inggris salahsatu jawara lawas di tahun 1966. Skuad The Three Lions tentu tidak ingin melewatkan kesempatan ini. Football is Coming Home adalah sebuah kidung yang rindu dinyanyikan setelah setengah abad dijadikan spirit bagi anak asuh Southgate. Di sisi lain Kroasia juga memiliki memori fenomenal berada di semifinal dan berharap semangat pantang menyerah akan menorehkan sejarah.

Pertemuan mereka memang tidak terbayangkan sebelumnya namun Stadion Luzhniki, Moskow menjadi saksinya. Kedua tim ini saling menyerang dan berusaha membobol gawang namun sayang usaha masing-masing tim hanya membuahkan 1 gol di waktu normal 90 menit oleh Kieran Trippier dan Ivan Perisic.  Babak tambahan semakin membuat kedua tim mempertahankan dan mengamankan gawangnya.  

Bagi The Blazer sebutan lain bagi Kroasia, berhadapan dengan Inggris tidak hanya adu strategi dan fisik tapi  juga ujian mental.  Kesabaran  anak asuh Zlatko Dalic membuahkan gol pada menit ke-109 oleh mandzukic. Kekompakan Kroasia semakin kokoh sehingga sulit bagi Inggris mengejar ketertinggalan sampai waktu berakhir dan memastikan Kroasia menuju final. Lagi-lagi keajaiban menaungi tim yang identik dengan papan catur ini.

Pertandingan Kroasia dan Perancis merupakan laga terakhir dalam perhelatan piala dunia 2018. Masyarakat dunia sudah disuguhkan 63 pertandingan yang membuat sedih, gembira, dan kesal bercampur rasa seperti nano-nano. Piala dunia rasa piala eropa begitulah kesan penonton dan pengamat bola.

Dalam catatan Kroasia dan Perancis sudah pernah bertemu sebanyak lima kali dan 3 laga dimenangkan oleh Perancis termasuk pertemuan mereka di semifinal laga klasik piala dunia 1998 dimana Perancis berhasil sebagai juara piala dunia. 

Kali ini Kroasia layak menantang Perancis untuk berebut gelar juara piala dunia dan Stadion Luzhniki akan menjadi saksi siapa yang layak mengangkat tropi  FIFA World Cup (FIFA World Cup Trophy) Piala Dunia 2018.

Go Croatia, Go Vatreni

Allez les bleus!

tribunnews.com
tribunnews.com
Eitss jangan lupa serunya nonton bola kalo dengan kudapan loh, "jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun