Kemudian contoh kasus nyata bagi hubungaan Sudan Indonesia adalah kerjasama pendidikan dimana seperti data dari KBRI Khartoum mayoritas WNI tinggal disana adalah mahasiswa yang sedang menepuh studi lanjut, jika kita melihat situasi sekarang dimana pemerintah Indonesia berupaya maksimal dalam melakukan evakuasi seluruh pelajar Indonesia akibat dampak konflik perang sipil tersebut maka hal ini menunjukkan jaminan keamanan studi di Sudan sangatlah rendah. Indonesia mengirimkan ratusan pelajar mahasiswa untuk menempuh studi lanjut pendidikan disana tetapi tidak mempertimbangan faktor keamanan untuk kondisi ketika mereka tinggal disana, melalui beberapa variabel kondisi negara Sudan sangat tidak relevan untuk dijadikan tempat studi lanjut.
Poin utama yang ingin saya sampaikan adalah sebaiknya demi menghindari situasi yang mengancam keselamatan bagi WNI di luar negeri dan kerugian bisnis jangka panjang, Indonesia harus menolak membuka hubungan diplomasi dengan negara berstatus negara gagal yang memiliki indikator High Alert sampai Very High Alert, jika sudah terlanjur membuka jalur hubungan diplomasi paling tidak hubungan kerjasamanya dibatasi dalam tolak ukur WNI yang datang kesana dibatasi tidak lebih dari 50 orang dan kerjasama ekonominya di tempatkan pada level minimum atau kecil.
Mungkin ini terdengar solusi sedikit berani tetapi saya memandang ini sebagai solusi terbaik demi menjaga keselamatan WNI dan stabilitas hubungan kerjasama bilateral Indonesia. Saya sudah melihat data statistik KBRI Khartoum bahwa mayoritas WNI kita yang tinggal disana berstatus sebagai mahasiswa yang melanjutkan studi S2, setelah mendalami data tersebut saya berhasil menemukan pola bahwasannya mahasiswa Indonesia yang tertarik kuliah di Sudan pada dasarnya sangat berminat pada studi ilmu tentang Islam dan Ilmu Bahasa Arab.
Hal ini dipertegas oleh pernyataan Duta Besar Indonesia di Sudan Bapak Sunarko pada pernyataannya tentang empat universitas unggulan di Sudan melalui berita media Sevima. Pada pernyataannya Bapak Sunarko selaku Duta Besar Indonesia di Sudan mengatakan ilmu keislaman menjadi daya Tarik tersendiri bagi mahasiswa Indonesia untuk memperdalam ilmu pendidikannya, oleh karenanya magister ilmu S2 tentang ilmu Islam dan bahasa Arab menjadi jurusan unggulan bagi yang tertarik untuk melanjutkan studi di Sudan.
Karena sekarang Sudan dilanda oleh kekacauan konflik perang sipil maka usul saya bagi pihak-pihak yang mengadakan kerjasama dengan lembaga pendidikan di Indonesia untuk kedepannya mengganti Sudan sebagai tujuan kuliah dengan negara lain yang berbeda. Bagi saya negara Turki dan Mesir dapat menjadi alternatif studi arab dan studi Islam yang baik untuk menggantikan Sudan sebagai pilihan tempat negara tujuan kuliah, beberapa faktor mengapa saya memilih Turki dan Mesir karena varian pilihan beasiswa dari kedua negara tersebut cukup banyak dan terjangkau bagi pelajar Indonesia, kemudian lebih lanjut kedua negara tersebut tidak masuk dalam kategori negara gagal seperti Sudan sehingga menempuh studi lanjut disana merupakan opsi alternatif terbaik bagi saya karena alasan keselamatan dan akses pendidikan yang bagus menjadi faktor pertimbangan penting.
Kesimpulan penutup dari tulisan saya disini ialah faktor kondisi sebuah negara harus menjadi tolak ukur penting bagi Indonesia jika ingin membuka hubungan diplomasi dan kerjasama bilateral. Negara-negara yang termasuk dalam status negara gagal dengan faktor utama seperti lemahnya peran pemerintah dalam menjaga stabilitas negaranya merupakan kode peringatan penting bagi semua pihak pemerintah Indonesia untuk selalu cermat dalam melihat kondisi kerjasama bilateral jangka panjang. Sudan merupakan sebuah negara dengan berbagai masalah kompleks seperti krisis ekonomi, konflik perang saudara, indeks korupsi yang tinggi, serta tidak adanya stabilitas kekuasaan pemerintah yang stabil.
Semua ini sudah menujukkan bahwa Sudan sangatlah tidak layak untuk dijadikan negara dengan kerjasama studi lanjut pendidikan bagi pelajar Indonesia, secara langsung masalah keamanan dan keselamatan WNI tetap harus diutamakan oleh pemerintah untuk melindungi semua masyarakatnya, oleh karenanya menurut saya semua kerjasama Indonesia dengan negara berstatus sebagai negara gagal harus dikaji kembali bahkan jangan dibuka jika belum memiliki hubungan diplomatis.
Dengan berbagai pertimbangan bagi saya studi lanjut tentang ilmu Islam dan bahasa Arab di Sudan bisa diahlikan pada negara lain sebagai alternatif, negara Turki dan Mesir bisa mejadi solusi pengganti terbaik dengan tolak ukur banyaknya beasiswa yang diberikan oleh kedua negara tersebut dan kondisi kedua negara tidak masuk dalam kategori negara gagal. Jika Indonesia berpegang pada prinsip menghindari membuka kerjasama bilateral dengan negara berstatus negara gagal saya yakin Indonesia tidak akan mendapatkan banyak kerugian dimasa depan, terima kasih.
Daftar Pustaka
WEB:
https://sevima.com/4-universitas-di-sudan-ini-bisa-jadi-pilihan-tempat-kuliah/