Mohon tunggu...
Rotama Suri Leksana
Rotama Suri Leksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurs Mata Uang Global - Krisis Keuangan Asia 1997

29 Maret 2024   15:14 Diperbarui: 29 Maret 2024   15:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sistem kurs mata uang global mengacu pada cara nilai tukar antara berbagai mata uang diatur dan ditentukan. Ada beberapa jenis sistem kurs mata uang global, termasuk:

1. Sistem Kurs Tetap: Di mana nilai tukar mata uang ditetapkan oleh pemerintah atau bank sentral dan dipertahankan melalui intervensi pasar. Contohnya adalah Standar Emas yang sudah tidak digunakan lagi secara luas.

2. Sistem Kurs Mengambang: Di mana nilai tukar mata uang ditentukan oleh kekuatan pasar, dengan intervensi pemerintah atau bank sentral yang minimal. Nilai tukar ini dapat berfluktuasi berdasarkan permintaan dan penawaran pasar.

3. Sistem Kurs Terkendali: Di mana pemerintah atau bank sentral membiarkan nilai tukar mengambang dalam kisaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan intervensi terbatas untuk menjaga nilai tukar tetap dalam kisaran tersebut.

4. Sistem Kurs Mengambang Terkendali: Ini merupakan campuran dari kedua sistem sebelumnya, di mana nilai tukar mata uang dapat mengambang, tetapi pemerintah atau bank sentral tetap terlibat dalam intervensi pasar untuk mencegah fluktuasi yang terlalu besar.

Pada dasarnya, sistem kurs mata uang global mencerminkan upaya untuk mengatur nilai tukar antara mata uang untuk memfasilitasi perdagangan internasional dan stabilitas ekonomi global.

Salah satu contoh konflik kurs mata uang yang terkenal adalah Krisis Keuangan Asia tahun 1997. Pada saat itu, sejumlah negara di Asia Tenggara mengalami tekanan besar pada mata uang mereka karena spekulasi pasar dan ketidakstabilan ekonomi internal.

Beberapa faktor yang menyebabkan konflik kurs mata uang ini antara lain:

1. Spekulasi pasar: Para spekulan pasar melakukan serangan spekulatif terhadap mata uang negara-negara Asia Tenggara, memaksa devaluasi mata uang dan memicu tekanan lebih lanjut.

2. Ketidakseimbangan neraca pembayaran: Banyak negara di kawasan tersebut mengalami defisit neraca pembayaran yang tinggi, yang meningkatkan kerentanan terhadap serangan spekulatif dan tekanan pada mata uang.

3. Tingginya ketergantungan pada modal asing: Banyak negara di Asia Tenggara bergantung pada modal asing untuk mendanai pertumbuhan ekonomi mereka. Ketika investor asing menarik modal mereka kembali, hal ini dapat menyebabkan depresiasi mata uang.

4. Kebijakan moneter yang tidak tepat: Beberapa negara menerapkan kebijakan moneter yang tidak konsisten atau tidak efektif dalam menghadapi tekanan pada mata uang mereka, yang memperburuk konflik kurs mata uang.

Krisis Keuangan Asia tahun 1997 menjadi salah satu contoh yang signifikan tentang bagaimana konflik kurs mata uang dapat memicu krisis keuangan yang merusak dan mempengaruhi stabilitas ekonomi regional dan global.

Pemicu Awal:Krisis dimulai dari depresiasi tiba-tiba Baht Thailand pada Juli 1997. Penurunan tajam nilai tukar Baht membuat investor khawatir terhadap negara-negara lain di Asia Tenggara, memicu serangkaian depresiasi mata uang regional.

Spekulasi Pasar:Para spekulan keuangan melihat ketidakstabilan dalam mata uang negara-negara Asia Tenggara dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan serangan spekulatif. Mereka menjual mata uang lokal secara besar-besaran, memperburuk depresiasi nilai tukar.

Ketergantungan pada Modal Asing: Banyak negara di kawasan tersebut bergantung pada modal asing untuk mendanai defisit neraca pembayaran mereka dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Ketika investor mulai menarik modal mereka, tekanan pada mata uang lokal semakin meningkat.

Kebijakan Moneter yang Tidak Tepat: Beberapa negara di Asia Tenggara telah menerapkan kebijakan moneter yang tidak konsisten atau tidak efektif. Misalnya, Thailand telah terlibat dalam intervensi valuta asing yang mahal untuk menjaga Baht tetap kuat, namun ini tidak berhasil menghentikan tekanan pasar.E

fek Domino:Krisis ini menyebar ke negara-negara lain di kawasan tersebut, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Korea Selatan. Hal ini menciptakan efek domino di mana depresiasi mata uang satu negara memicu tekanan pada mata uang negara lain dan memperburuk krisis keuangan regional.

Akibatnya, Krisis Keuangan Asia tahun 1997 mengakibatkan resesi ekonomi yang parah, krisis perbankan, dan penurunan drastis dalam nilai tukar mata uang di seluruh kawasan. Krisis tersebut juga menunjukkan kerentanan ekonomi terhadap spekulasi pasar, ketergantungan pada modal asing, dan kebijakan moneter yang tidak tepat.

Beberapa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi konflik kurs mata uang dan mencegah terjadinya krisis serupa di masa depan antara lain:

-Kebijakan Moneter yang Seimbang: Pemerintah dan bank sentral harus mengadopsi kebijakan moneter yang seimbang dan konsisten, yang mampu menjaga stabilitas nilai tukar mata uang dan mencegah gejolak ekonomi yang tidak terkendali.

-Reformasi Struktural Ekonomi:Negara-negara yang rentan terhadap krisis harus melakukan reformasi struktural ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada modal asing, meningkatkan daya saing ekonomi, dan memperkuat fundamental ekonomi mereka.

-Peningkatan Regulasi Pasar Keuangan: Regulasi pasar keuangan yang ketat diperlukan untuk mencegah perilaku spekulatif yang merugikan dan menghindari terjadinya serangan spekulatif terhadap mata uang nasional.

-Penguatan Sistem Keuangan: Sistem keuangan yang kuat dan tahan krisis perlu dibangun, termasuk perbankan yang stabil, pengawasan yang ketat terhadap risiko keuangan, serta mekanisme penjaminan deposit yang efektif.

-Kerja Sama Regional:Negara-negara di kawasan yang rentan terhadap konflik kurs mata uang dapat meningkatkan kerja sama regional dalam mengatasi masalah ekonomi bersama-sama, termasuk pertukaran informasi, koordinasi kebijakan, dan pembentukan mekanisme stabilisasi regional.

-Penguatan Cadangan Devisa: Mempertahankan cadangan devisa yang cukup besar dapat membantu negara-negara menghadapi tekanan pada mata uang mereka dan memberikan kepercayaan kepada pasar keuangan internasional.

Penerapan solusi-solusi ini memerlukan komitmen yang kuat dari pemerintah, bank sentral, dan institusi keuangan internasional untuk memastikan stabilitas ekonomi dan keuangan yang berkelanjutan di tingkat regional maupun global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun