Mohon tunggu...
Rotama Suri Leksana
Rotama Suri Leksana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kurs Mata Uang Global - Krisis Keuangan Asia 1997

29 Maret 2024   15:14 Diperbarui: 29 Maret 2024   15:15 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

4. Kebijakan moneter yang tidak tepat: Beberapa negara menerapkan kebijakan moneter yang tidak konsisten atau tidak efektif dalam menghadapi tekanan pada mata uang mereka, yang memperburuk konflik kurs mata uang.

Krisis Keuangan Asia tahun 1997 menjadi salah satu contoh yang signifikan tentang bagaimana konflik kurs mata uang dapat memicu krisis keuangan yang merusak dan mempengaruhi stabilitas ekonomi regional dan global.

Pemicu Awal:Krisis dimulai dari depresiasi tiba-tiba Baht Thailand pada Juli 1997. Penurunan tajam nilai tukar Baht membuat investor khawatir terhadap negara-negara lain di Asia Tenggara, memicu serangkaian depresiasi mata uang regional.

Spekulasi Pasar:Para spekulan keuangan melihat ketidakstabilan dalam mata uang negara-negara Asia Tenggara dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melakukan serangan spekulatif. Mereka menjual mata uang lokal secara besar-besaran, memperburuk depresiasi nilai tukar.

Ketergantungan pada Modal Asing: Banyak negara di kawasan tersebut bergantung pada modal asing untuk mendanai defisit neraca pembayaran mereka dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Ketika investor mulai menarik modal mereka, tekanan pada mata uang lokal semakin meningkat.

Kebijakan Moneter yang Tidak Tepat: Beberapa negara di Asia Tenggara telah menerapkan kebijakan moneter yang tidak konsisten atau tidak efektif. Misalnya, Thailand telah terlibat dalam intervensi valuta asing yang mahal untuk menjaga Baht tetap kuat, namun ini tidak berhasil menghentikan tekanan pasar.E

fek Domino:Krisis ini menyebar ke negara-negara lain di kawasan tersebut, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Korea Selatan. Hal ini menciptakan efek domino di mana depresiasi mata uang satu negara memicu tekanan pada mata uang negara lain dan memperburuk krisis keuangan regional.

Akibatnya, Krisis Keuangan Asia tahun 1997 mengakibatkan resesi ekonomi yang parah, krisis perbankan, dan penurunan drastis dalam nilai tukar mata uang di seluruh kawasan. Krisis tersebut juga menunjukkan kerentanan ekonomi terhadap spekulasi pasar, ketergantungan pada modal asing, dan kebijakan moneter yang tidak tepat.

Beberapa solusi yang dapat diambil untuk mengatasi konflik kurs mata uang dan mencegah terjadinya krisis serupa di masa depan antara lain:

-Kebijakan Moneter yang Seimbang: Pemerintah dan bank sentral harus mengadopsi kebijakan moneter yang seimbang dan konsisten, yang mampu menjaga stabilitas nilai tukar mata uang dan mencegah gejolak ekonomi yang tidak terkendali.

-Reformasi Struktural Ekonomi:Negara-negara yang rentan terhadap krisis harus melakukan reformasi struktural ekonomi untuk mengurangi ketergantungan pada modal asing, meningkatkan daya saing ekonomi, dan memperkuat fundamental ekonomi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun