Dengan menggunakan Internet of Things (IoT), sensor, dan data cuaca, petani dapat memantau kondisi tanah, kelembaban, dan unsur hara secara real-time, sehingga dapat mengambil keputusan yang lebih tepat dalam mengelola lahan mereka  Pertanian cerdas juga dapat membantu mengurangi ketergantungan pada impor pangan.Â
Dengan memanfaatkan teknologi yang lebih maju, petani dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka. Hal ini tentu akan berdampak pada kemandirian pangan Indonesia, di mana negara ini bisa memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri tanpa harus bergantung pada pasokan dari negara lain[1].
Selain di sektor pangan, teknologi juga berperan penting dalam transisi Indonesia menuju energi terbarukan. Saat ini, Indonesia masih sangat bergantung pada energi fosil, terutama batubara, untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.Â
Namun, dengan komitmen untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060, energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan mikrohidro, menjadi solusi yang harus didorong. Teknologi energi terbarukan dapat dioptimalkan dengan memanfaatkan sistem penyimpanan energi yang lebih efisien serta jaringan listrik pintar, yang memungkinkan distribusi energi yang lebih efektif dan merata[2].
Salah satu contoh penerapan teknologi energi terbarukan yang sukses adalah pembangunan pembangkit listrik mikrohidro di daerah-daerah terpencil. Pembangkit listrik ini tidak hanya menyediakan energi bersih bagi masyarakat setempat, tetapi juga membantu meningkatkan kualitas hidup mereka dengan menyediakan listrik untuk keperluan rumah tangga dan produktivitas [3].Â
Penerapan teknologi semacam ini sangat potensial untuk mempercepat transisi Indonesia ke energi yang lebih berkelanjutan.
Integrasi Teknologi dan Sektor Pangan serta Energi untuk Keberlanjutan
Untuk mencapai kemandirian riset yang optimal, penting bagi Indonesia untuk mengintegrasikan riset di sektor teknologi dengan kebutuhan di bidang pangan dan energi. Keduanya adalah sektor strategis yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Kemajuan di satu bidang dapat membawa dampak positif bagi bidang lainnya.
Integrasi ini bisa diwujudkan dengan mengembangkan riset multidisiplin yang melibatkan berbagai bidang ilmu, seperti teknologi informasi, arsitektur komputer, bioteknologi, dan ilmu lingkungan. Contohnya, riset tentang penyimpanan energi terbarukan dapat dihubungkan dengan kebutuhan energi di sektor pertanian.Â
Dengan adanya teknologi penyimpanan energi yang lebih efisien, petani di daerah terpencil dapat memanfaatkan energi terbarukan untuk mendukung kegiatan pertanian mereka, seperti irigasi otomatis, pengeringan hasil pertanian, atau bahkan pengolahan produk pangan[3].
Selain itu, riset tentang teknologi pangan juga harus dikaitkan dengan keberlanjutan energi. Pengembangan teknologi pertanian yang hemat energi tidak hanya akan meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga mengurangi jejak karbon di sektor pertanian.Â