Lebih dari sewindu dan aku masih seperti ini,
memutar arah tak tahu jalan pulang.
Sudah ku coba menjauh menepi seribu langkah,
tapi tetap saja aku dalam kegelapan.
Berawal dari lampau yang menyesatkan,
mencabik asa, menenggelamkan harapan.
Pikirku, dunia ini surga,
aku bersenang-senang, menari dan melayang.
Tapi ternyata bukan,
aku semakin larut dalam kesesatan.
Minum-minuman, obat-obatan, menjadi bagian dalam kehidupan.
Aku rusak.
Aku hancur.
Surgaku lenyap, neraka di hadapanku.
Aku rindu...
Aku rindu kamu...
Kamu selalu hadir dalam bunga tidurku.
Bersayap putih, tersenyum manis di atas singgasanamu.
Wajahmu cerah, berkilau indah memancar cahaya surga.
Tak tertahan lagi aku membendung air dalam netraku,
semua pecah, deras membasahi penyesalanku.
Kini tak ada lagi kekuatan dalam jiwaku,
hanya ada rindu, rindu, dan rindu.
Rindu kamu,
aku yang dulu.
Salam,
Pengemis asa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H