Pola asuh anak yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai model kasih sayang, cinta, dan kebijaksanaan. Pendekatan beliau dalam mendidik anak menekankan nilai-nilai kelembutan, kesabaran, pendidikan, dan perkembangan moral. Berikut adalah beberapa aspek penting dari prinsip pengasuhan beliau:
1. Kasih Sayang
Nabi Muhammad SAW dikenal karena cinta dan kasih sayangnya yang mendalam terhadap anak-anak. Beliau sering menunjukkan kasih sayangnya melalui sentuhan fisik, seperti memeluk dan mencium. Misalnya, beliau sering terlihat bermain dengan cucu-cucunya, Hasan dan Husain, serta menyatakan cintanya kepada mereka di hadapan umum.
Beliau pernah bersabda, "Siapa yang tidak menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak kami dan tidak mengakui hak orang tua kami, maka ia bukan termasuk golongan kami." (HR. Tirmidzi)
Dari sabda tersebut, Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa menunjukkan kasih sayang kepada anak-anak adalah bagian dari ajaran Islam. Anak-anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dirawat dengan penuh kelembutan dan kasih. Tanpa kasih sayang terhadap anak-anak, seseorang dianggap belum mengikuti akhlak yang diajarkan oleh Nabi. Kasih sayang ini bukan hanya dalam bentuk perhatian fisik, tetapi juga emosional, termasuk mendidik mereka dengan cara yang baik dan tidak kasar.
Selain kasih sayang terhadap anak-anak, sabda ini juga menekankan penghormatan terhadap orang tua. Mengakui hak orang tua berarti menghormati, menjaga, dan memperlakukan mereka dengan penuh penghargaan, terutama di masa tua. Islam meletakkan kewajiban yang besar pada anak-anak untuk berbakti kepada orang tua mereka.
2. Kelembutan dan Kesabaran
Pola asuh anak yang dilakukan oleh Beliau menekankan pentingnya bersikap lembut terhadap anak-anak dan memahami sifat mereka. Daripada menggunakan disiplin yang keras, beliau mendorong para orang tua untuk membimbing dan mengoreksi anak-anak dengan sabar dan penuh pengertian.
Anas bin Malik, yang pernah melayani Nabi saat masih kanak-kanak, mengatakan bahwa Nabi tidak pernah memarahinya atau menanyakan mengapa ia melakukan sesuatu yang salah selama bertahun-tahun melayaninya.
Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai pribadi yang sangat penyabar dan tidak mudah marah. Ketika Anas bin Malik melakukan kesalahan selama melayani Nabi, beliau tidak pernah memarahi atau mempermalukannya. Ini menunjukkan bahwa Nabi memilih untuk mengoreksi kesalahan dengan cara yang lebih lembut, bijaksana, dan tidak menyakiti hati. Kelembutan ini tidak berarti membiarkan kesalahan, tetapi lebih kepada mendidik dengan kasih sayang agar seseorang bisa belajar tanpa merasa tertekan.
3. Pengajaran dan Pendidikan
Nabi Muhammad SAW percaya akan pentingnya mendidik anak-anak, tidak hanya dalam hal agama tetapi juga dalam mengembangkan karakter mereka secara keseluruhan. Beliau menekankan pengajaran tentang adab yang baik, rasa hormat kepada orang lain, dan pentingnya mencari ilmu.
Beliau bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim." (HR. Ibnu Majah)
Hadits ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu bukan hanya suatu pilihan atau kebajikan, tetapi merupakan kewajiban bagi setiap Muslim. Kewajiban ini mencakup berbagai jenis ilmu, baik ilmu agama yang berhubungan dengan ibadah dan akhlak, maupun ilmu umum yang bermanfaat untuk kehidupan dunia. Nabi menegaskan bahwa setiap Muslim, tanpa memandang status sosial atau jenis kelamin, memiliki tanggung jawab untuk terus belajar dan mencari pengetahuan.Â
4. Perlakuan yang Adil Terhadap Anak
Nabi dengan tegas menolak perlakuan yang pilih kasih dan mendorong keadilan di antara anak-anak. Beliau percaya bahwa anak laki-laki dan perempuan harus diperlakukan dengan setara, memastikan mereka memiliki kesempatan yang sama dalam hal cinta, kasih sayang, dan pendidikan.
Contoh: Suatu ketika, seorang sahabat memberikan hadiah kepada salah satu anak laki-lakinya, tetapi tidak kepada anak-anak lainnya. Nabi Muhammad SAW menegur dan menyuruhnya untuk bersikap adil terhadap semua anaknya.
5. Menghormati Martabat Anak
Nabi Muhammad SAW sangat berhati-hati dalam menjaga martabat anak-anak, bahkan saat mengoreksi kesalahan mereka. Beliau percaya bahwa anak-anak tidak boleh dihina atau direndahkan, dan kesejahteraan emosional mereka harus dijaga.
6. Mendorong Tanggung Jawab dan Pertumbuhan
Beliau juga mendorong anak-anak untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka dan tumbuh menjadi individu yang mampu. Beliau mengizinkan mereka berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat membangun karakter mereka, seperti membiarkan anak-anak kecil menemaninya dalam berbagai tugas atau acara, agar mereka bisa belajar dengan contoh langsung.
Nabi dikenal karena memperbolehkan anak-anak berpartisipasi dalam acara-acara sosial dan keagamaan yang penting, mengajarkan mereka keterampilan hidup secara praktis.
7. Menjadi Teladan
Nabi Muhammad SAW menjadi contoh yang kuat sebagai teladan bagi anak-anak. Perilakunya sendiri mencerminkan ajaran moral yang beliau sampaikan. Beliau menunjukkan rasa hormat, kejujuran, dan kerendahan hati dalam semua aspek kehidupan, yang menjadi pelajaran penting bagi anak-anak untuk dipelajari melalui pengamatan.
Secara keseluruhan, pendekatan pola asuh anak oleh Nabi Muhammad SAW didasarkan pada cinta, keadilan, rasa hormat, dan pendidikan. Beliau memperlakukan anak-anak sebagai individu yang berharga, membantu mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab secara moral dan penuh kasih sayang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H