Mohon tunggu...
Rosyidah Khairul Bariyyah
Rosyidah Khairul Bariyyah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Bahasa Sastra Arab/Blogger/Pegiat Media Sosial

Menulis, Membaca, Public Speaking ( isu perempuan, keislaman, politik, film, novel,sastra)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sastra Siber sebagai Babak Baru di Dunia Kesusastraan

21 Desember 2022   10:39 Diperbarui: 21 Desember 2022   10:46 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selanjutnya, menurut Taum (1997), sastra adalah bentuk karya cipta atau fiksi yang bersifat imajinatif dan menggunakan bahasa yang indah serta keberadaannya dapat berguna untuk hal-hal lain.

Semakin berkembangnya zaman,sastra semakin berkembang pesat mengikuti zamannya. Peluang terbuka sangat lebar bagi para penulis karya sastra untuk memublikasikan karyanya melalui teknologi internet. Muncul ratusan bahkan ribuan karya sastra yang menggunakan media internet atau teknologi informatika sebagai media publikasi. Aktivitas sastra yang memanfaatkan komputer atau internet itu disebut sastra siber.

Sastra siber lahir tahun 1990-an seiring dengan tumbuh dan berkembangnya dunia internet di Indonesia. Sejak saat itu, muncul berbagai komunitas sastra siber dengan memanfaatkan teknologisitus, mailinglist, blog, dan lain-lain. Buku antologi puisi siber pertama di Indonesia berjudul Graffiti Gratitude diluncurkan pada tahun 2001 di Puri Jaya, Hotel Sahid, Indonesia yang dipelopori oleh orang-orang yang tergabung dalam komunitas Yayasan Multimedia Sastra (YMS), seperti Sutan Ikwan Soekri Munaf, NanangSuryadi, NunukSuraja, Tulus Widjarnako, Cunong, dan Medy Loekito.Selain Graffiti Gratitude,terbit buku-buku lain, seperti kumpulan esai dari para kritikus sastra, Cyber Graffiti (2001), yang direvisi menjadi Cyber Graffiti: Polemik Sastra Cyber punk (2004), kumpulan cerita pendek Graffiti Imaji (2002), dan penerbitan karya sastra berbentuk cakram padat yang berjudul Antologi Puisi Digital Cyber puitika (2002).

Dalam perkembangannya, muncul berbagai jejaring sosial yang menawarkan kepada masyarakat pecinta karya sastra untuk mengembangkan dan memublikasikan hasil kolaborasi antara fakta, imajinasi, dan kreatifitas melalui Wattpad, Fanfiction, Twitlonger (perkembangan dari 4 Twitter), fitur catatan di Facebook,dan sebagainya.

Kemajuan teknologi informasi memberikan kebebasan bagi para penulis untuk mengembangkan dan memublikasikan karya-karyanya. Selain itu,internet juga memberikan kebebasan kepada pembaca karya sastra di seluruh dunia untuk mengapresiasi karya sastra,baik dalam bentuk kritik maupun pujian.

Tentu kemunculan sastra siber ini memiliki beragam tanggapan positif dan negatif dari para ahli maupun penikmat sastra, dimulai disebut sebagai angin segar dalam dunia kesusastraan karena kemunculannya berhasil melahirkan berbagai jenis karya sastra yang lebih kreatif dan inovatif dari para penulis pemula berbakat.

Meskipun dilain sisi,tidak sedikit tanggapan negatif dilayangkan pada kemunculan sastra siber karena dianggap mengaburkan karakter sastrawan itu sendiri. Pro kontra kemunculan sastra siber tetap bisa dimaknai sebagai babak baru di dunia kesusastraan,dimana sastra menjadi lebih hidup dengan berkembang mengikuti zamannya, sastra dapat dinikmati berbagai kalangan dengan karya-karyanya yang semakin kreatif dan dapat diterima semua khalayak.

Referensi:

https://balaibahasajateng.kemdikbud.go.id/2020/03/sastra-siber/ https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-sastra/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun