Mohon tunggu...
Rosya Mawaddah Susanto
Rosya Mawaddah Susanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Rosya

Rosya Mawaddah S PBS A UIN MALIKI MALANG

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sosok di Balik Kelancaran Mengajiku

10 Mei 2022   17:50 Diperbarui: 12 Mei 2022   11:39 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru ngaji pertamaku adalah ibuku, beliau bernama Ibu Nanik Marianti, yang kerap di sapa dengan panggilan Ibu Nanik. Beliau merupakan sosok wanita yang ramah, baik,  cerdas, tangkas, tangguh, penuh semangat dan bertanggung jawab. beliau merupakan sosok Ibu sekaligus guru ngaji yang hebat. 

Beliau memiliki Riwayat Pendidikan dari tingkat SD, SMP, SMA. Kemudian beliau sempat melanjutkan ke jenjang perkuliahan jurusan hukum, akan tetapi karena suatu hal, beliau harus memutus kuliahnya. Setelah memutus kuliahnya, beliau pun memasuki salah satu pondok pesantren khusus Al-Qur'an di dekat rumah beliau untuk menimba ilmu . 

Setelah beberapa tahun menimba ilmu di pondok pesantren, beliau pun boyong dan akhirnya menikah.

Setelah menikah beliau di bangunkan oleh almarhum kakekku sebuah mushola kecil di samping rumah. Mushola tersebut bernama mushola "Nurul Iman". Selain untuk sholat, mushola tersebut juga digunakan untuk sebuah taman Pendidikan Al-Qur;am atau biasa disingkat dengan sebutan TPA. 

TPA tersebut tentunya didirikan oleh ibuku, dan ibuku sendiri yang menjadi guru ngaji di TPA tersebut. Pada waktu itu, aku masih balita. Di usiaku yang balita, tak jarang ibuku mengajakku ke mushola untuk ikut dengan beliau mengajar mengaji. Setelah selesai mengajar murid-murid nya, pasti ibuku lanjut mengajariku ngaji secara privat.

Dalam mengajar mengaji, ibuku memiliki trik tersendiri untuk membuat murid-muridnya mudah mengingat huruf-huruf hijaiyah. Misalnya salah satu murid ibuku sering lupa dengan huruf hijaiyah Wawu / wa (jika berharakat fathah), maka ibuku meminta muridnya mengingat-ingat tetanggaku yang bernama wahyu. Akhirnya dengan trik itu, murid-murid ibuku termasuk aku, mudah mengingat huruf-huruf hijaiyah.

Ketika mengajar mengaji, ibuku sangat tegas dan telaten dalam mengajari murid-muridnya termasuk aku, dalam membaca dan menulis. Tak jarang juga ibuku bersikap galak dan menegur dengan nada agak keras kepada murid-muridnya ketika ada murid-muridnya yang bandel, dan suka menganggu teman yang lain yang sedang mengaji. 

Tetapi di balik kegalakannya itu tidak membuat muridnya takut, tetapi membuat muridnya semakin semangat belajar mengaji agar tidak terkena marah oleh ibuku yang sekaligus guru ngajiku itu.

Tak terasa waktupun terus berjalan, aku dan teman-teman mengajiku sudah menginjak usia belia, dan pada saat itu kami sudah mengalami peningkatan. Dari yang awalnya belajar mengaji menggunakan buku Iqro, sekarang sudah mulai mengaji menggunakan Al-Qur'an. 

Tentunya dalam mengaji Al-Qur'an kami masih sangat pelan-pelan dan tak jarang lupa akan Panjang pendek bacaan dan tajwidnya. Akan tetapi Ibu Nanik sangat telaten dalam mengajari kami. Tak jarang kami juga masih sering kena marah oleh beliau karena sudah sampai Al-Qur'an tetapi mengajinya masih saja salah kaprah.

Suatu ketika terdapat sebuah acara yang berbanama "Jambore Anak Sholeh" dan acara tersebut di khususkan untuk TPA di seluruh kecamatan di daerahku, dan terdiri dari beberapa rangkaian perlombaan dan perkemahan. Tentunya ibuku sekaligus guru ngaji di TPA ku mulai sibuk mempersiapkan murid-muridnya untuk mengikuti acara tersebut. 

Mulai dari berlatih sholawat, pidato, cerdas cermat, menghafal surah-surah pendek, dan membuat seragam. Hari yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, ibuku yang kerap disapa Ibu Nanik pun sibuk mempersiapkan segala urusan, mulai dari administrasi peserta, mengarahkan muridnya untuk menata tenda dan lain sebagainya. 

Tak lama kemudian, memasuki waktu perlombaan, kamipun segera di arahkan oleh guru mengaji sekaligus ibuku untuk segera menuju tempat perlombaan masing-masing. Pada saat itu ibuku sibuk mondar mandir guna mendampingi semua muridnya yang berlomba.

Setelah menjalani beberapa rangkaian acara tibalah kami semua di penghujung acara, yaitu acara penutupan dan pengumamn pemenang lomba. Sangat tak disangka-sangka, Alhamdulillah TPA Nurul Iman, berhasil menyabet piala juara umum. 

Tak sia-sia kami semua latihan dengan keras, yang tentunya disertai dengan bentakan-bentakan dan kelucuan dari guru ngajiku. Kemudian kami pulang dengan hati yang sangat gembira.

Setelah acara Jambore Anak Sholeh dan memenangkan lomba, murid-murid ibuku termasuk aku, semakin semangat untuk mengaji, karena ibuku selaku guru mengajiku mulai mengajari kami doa-doa, dan bacaan-bacaan sholat yang mungkin terkadang masih lupa, atau ada yang belum hafal. 

Selain itu, kami juga diajarkan untuk mulai menghafal surah-surah pendek. Ketika hendak pulang dari TPA kami diberi tebakan terlebih dahulu. Nah, siapa cepat dia dapat, yang bisa menjawab dengan cepat dan benar pasti pulang dahulu. 

Kamipun selalu antusias dalam menjawab pertanyaan, walau terkadang jawaban kami salah, tak jarang juga beberapa dari kami menjawab dengan asal asalan.

Nah, metode-metode seperti mengingat huruf hijaiyah dengan nama tetangga atau benda yang lain, tebak-tebak an sebelum pulang, dan dengan metode mengajar yang tegas, serius tapi santai membuat murid-muridnya termasuk aku, semangat belajar mengaji, dan mudah sekali menerima serta mengingat apa yang disampaikan ibuku selaku guru mengajiku. 

Karena beliau memiliki metode yang asik bagi kami.   

Waktu terus berjalan, kami semua sudah mulai beranjak remaja, tentunya kamipun sudah jarang sekali mengaji bersama di mushola, karena kebanyakan dari kami disibukkan oleh kegiatan di sekolah hingga sore, atau terkadang sudah malas dan capek dikarenakan tugas-tugas yang diberikan di sekolah. 

Tetapi kami tetap melanjutkan mengaji mandiri di rumah. Terkadang ketika mengaji Al-Qur;an seorang diri dirumah, aku teringat bahwa berkat ibuku sebagai guru mengajiku pertamaku, aku dapat membaca Al-Qur'an insyaallah dengan baik dan lancar. Aku sangat berterimakasih kepada ibuku yang menjadi guru mengaji pertamaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun