Masa Kampanye telah berakhir dan sekarang sudah memasuki masa tenang. Dalam PKPU Nomor 15 Tahun 2023 tentang Kampanye Pemilihan Umum bahwa masa tenang adalah masa yang tidak dapat digunakan untuk melakukan aktivitas kampanye Pemilu. Sehingga, tidak boleh ada aktivitas kampanye apapun sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Ayat (4) PKPU Nomor 15 Tahun 2023.
Saya teringat pemilu tahun 2019 yang lalu, dimana hanya ada dua Paslon yang mencalonkan menjadi Capres dan Cawapres periode 2019-2024. Dimana Paslon tersebut adalah Jokowi-Amin dan Prabowo-Sandi.
Selama masa kampanye kedua Paslon tersebut saling menyampaikan visi misi, gagasan serta program mereka selama 5 tahun kepada masyarakat selama masa kampanye. Saya anggap itu adalah hal yang baik dan sebagai seorang calon pemimpin bangsa yang besar tentu harus bisa menguraikan itu semua. Meskipun dalam penyampaian itu masih tersirat sindir menyindir tentang kelemahan satu sama sama lain antar Paslon.
Bahkan 2019, muncul lah kata-kata seperti kecebong, kadrun dan lain sebagainya. Dan hal itu digunakan oleh pendukung para Paslon untuk saling menyerang satu sama lain. Media sosial bukan lagi penuh dengan ajakan perdamaian tetapi ajakan untuk memusuhi salah satu Paslon serta menyebarkan Hoax yang sebenarnya belum tentu terjadi.
Pak Jokowi yang juga mencalonkan sebagai capres waktu itu sekaligus petahana menjadi rival bagi Pak Prabowo yang susah untuk dikalahkan. Hal ini terbukti, Pak Jokowi yang berpasangan dengan kyai Ma'aruf Amin menjadi pemenang pilpres 2019.
Banyak cara yang dilakukan untuk menjatuhkan pak Jokowi sebagai petahana pada waktu itu oleh kubu pak prabowo agar tidak terpilih lagi sebagai presiden RI. Pak Jokowi disebut sebagai komunis dan antek-antek asing.Â
Dan dari Kubu Pak Jokowi juga banyak cara yang dilakukan agar Pak Prabowo tidak juga terpilih sebagai presiden RI. Dan salah satu yang paling menjadi himbauan kepada masyarakat waktu itu adalah karena pak Prabowo melakukan pelanggaran Ham yang berat dan beberapa hal lainnya lagi.
Kedua Pendukung Paslon  pun akhirnya saling menyerang satu sama lain.
Bahkan organisasi, komunitas, keluarga-keluarga pun pecah dan bertikai hanya karena berbeda pilihan. Dan yang lebih parahnya lagi saling menjelekkan satu sama lain dan akhirnya tidak bercakapan.
Padahal, berbeda pilihan adalah hal yang wajar. Dan tidak seharusnya untuk saling mengumbar kebencian satu sama lain.
Akhirnya hasil pemilu pilpres 2019 menyatakan bahwa Paslon Jokowi-Aminlah yang menang dan menjadi presiden dan wakil presiden untuk periode berikutnya.
Dan siapa sangka pak Jokowi bisa merangkul rivalnya itu untuk bergabung di kabinet nya dan menjadi menteri pertahanan. Kemudian siapa sangka juga pak Prabowo memiliki hati yang lapang dan berjiwa besar mengabdi untuk negara dan bersedia menjadi pembantu presiden yang selama ini menjadi rivalnya untuk memimpin negeri ini.
Bagi saya ini adalah contoh orangtua sekaligus pemimpin yang lagi memberi contoh kepada anak-anaknya, kepada saudara-saudaranya yang sebangsa dan setanah air untuk tetap menjaga kerukunan yang lebih mengedepankan kebhinekaan dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Lalu kenapa kita sebagai pendukung salah satu Paslon harus bertikai dan bertengkar, bahkan mungkin saja ada yang tidak berkomunikasi sampai sekarang hanya karena perbedaan pilihan.
Berkaca daripada hal itu, didalam masa kampanye 2024 juga banyak pertikaian yang terjadi karena perbedaan pilihan. Saling menjelekkan pun masih ditemui di 2024 ini. Apalagi 2024 ini politik di Indonesia sangat memanas. Tapi menurut saya secara pribadi, para Paslon yang mencalonkan memiliki niat baik untuk kemajuan negara Indonesia ini.
Saya yakin selama masa kampanye, banyak perbedaan-perbedaan yang terjadi. Sehingga hal itu membuat hubungan kita dengan sesama jadi retak. Ada tetangga yang saling bermusuhan, ada persahabatan yang retak, ada suami istri yang tidak bercakapan hanya karena berbeda pilihan. Dan masih banyak hal lagi yang ditemui karena beda dukungan satu sama lain.
Masa tenang kampanye 2024 ini sudah dimulai, artinya kegiatan-kegiatan yang dilakukan utk mendukung salah satu Paslon tidak ada lagi.Â
Maka, kita sebagai warga negara Indonesia mari memanfaatkan waktu masa tenang kampanye ini agar saling berintrospeksi diri.Â
Jika selama kampanye, kita mengeluarkan kata-kata yang membuat hati sesama kita tersakiti, mari rajut kembali dimasa tenang ini.
Bahkan kata-kata kita dimedia sosial yang mungkin menyebarkan Hoax dan ujaran kebencian. Mari diperbaiki dimasa tenang ini.
Mari kita wujudkan lagi kebhinekaan tunggal kita.Â
Mari mengamalkan Pancasila lagi dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahkan siapapun yang terpilih nanti, kita berharap pemimpin kita bisa membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik dan mampu mengamalkan Pancasila dalam kepemimpinannya.
Akhirnya, 14 Februari 2024 kita jadikan pesta demokrasi yang adil, tranparan dan berkualitas.
Merdeka...!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H