Mohon tunggu...
Enok Roswati
Enok Roswati Mohon Tunggu... Guru - PNS, Penulis, Pebisnis

Hal terindah adalah dapat memberikan kebermanfaatan untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Perjuangan Menggapai Cinta Anak Didikku"

6 Februari 2022   12:30 Diperbarui: 6 Februari 2022   12:32 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bunda juga sayang kalian... janji ya sama bunda mulai sekarang mau jadi anak yang baik..." kepala mereka mengangguk dalam pelukannya. Malika mengurai pelukannya sembari menyodorkan jari kelingkingnya, mereka menyambutnya 'janji jari kelingking' itulah yang biasa mereka lakukan diakhir MA yang telah dilakukan, namun tidak jamin akan tidak terulang lagi. Hehehe... begitulah anak-anak mudah meminta maaf, memaafkan, dan melupakan sesuatu.

***

Setelah selesai memberi makan dan obat pada kedua anak didiknya. Memastikan mereka tertidur terlebih dahulu, barulah Malika harus segera beranjak untuk menyelesaikan kekacauan yang telah dibuat kedua bocil itu, walau kesal sayangnya Malika sudah terlanjur jatuh cinta pada kedua anaknya. Mereka dengan dunia imajinasi yang begitu luas, terkadang sulit untuk menjadi jalan pikiran orang dewasa.

Dimulai dengan membersihkan kebun dengan banyak daun dan ranting yang mereka sebut dengan membuat istana. Setelah dilihat, Malika menggelengkan kepalanya sendiri. Bagaimana mungkin sebuah istana yang mereka sebut itu ternyata adalah sebuah lubang besar yang dikelilingi daun dan ranting pohon, juga beberapa botol kemasan minuman yang tergeletak seperti sudah diisi air. Tampak tanah menjadi basah membuatnya menjadi lumpur. Khawatir ada yang celaka dengan ulah mereka, akhirnya Malika menutup lubang itu dengan tanah dan menyapu daun, ranting, dan botol yang berserakan hingga tempat itu bersih kembali.

Setelah selesai urusan dengan kebun, sekarang Malika harus membersihkan kamar mandi dengan semua kekacauannya. Mulai dari dinding sepanjang jalan menuju kamar mandi yang harus dibersihkan, meletakkan kembali barang-barang yang ada di kamar mandi pada posisi semula, membersihkan dinding yang dipenuhi dengan busa, hingga harus membersihkan sandal mereka yang dipenuhi dengan lumpur. Rasanya Malika sudah lelah, peluh bercucuran di keningnya. Pekerjaan yang tersisa tinggal membersihkan lantai di luar kamar mandi.

            

"Tap... tap... tap..." sebelum Malika membersihkan lantai, terdengar suara langkah yang mendekati dirinya. Refleks Malika segera berbalik, didapatinya dua bocil itu tengah memegang alat pel. "Lho, sudah bangun..." Malika meresa heran dengan kehadiran dua orang anak itu, segera menyentuh kening dua anak itu memastikan jika demamnya sudah turun.

Tiba-tiba tangan Malika dituntun oleh kedua anak itu, memintanya untuk istirahat dan duduk di kursi tidak jauh dari sana. "Kalian mau apa?" tanya Malika yang masih belum paham maksud mereka. "Ba-tu... Un-da..." jawab Alfa, Avi membusungkan dadanya jumawa. Malika menaikan sebelah alisnya seakan belum mempercayai niat mereka.

Selintas Malika terpikir apa ini trik mereka untuk main air lagi ya... jangan sampai terjebak lagi dengan akal bulus kedua anak yang terlampau kreatif ini. Namun, jauh diluar dugaan, ternyata mereka memang membersihkan lantai itu dengan benar. Malika hanya memperhatikan saja, karena kedua anak itu melarang gurunya untuk melakukan. Ternyata hari ini, mereka belajar tentang bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Yeah.... Alhamdulillah, sudah selesai pekerjaannya..." teriak Malika ketika kedua anak itu meletakkan alat kebersihan di tempatnya. Kedua anak itu segera menghampiri dan memeluk bundanya. "Terima kasih ya, anak-anak bunda yang ganteng sudah bantu bunda" senyum merekah terlukis diwajah guru muda itu.

"Kruyuk... kruyuk... kruyuk..." terdengar bunyi perut yang minta segera diisi dari kedua anaknya bersahutan. "Laper lagi..." tanya Malika lembut yang diangguki mereka berdua, walau awalnya mereka menggeleng karena malu, tapi akhirnya mengangguk dengan mengerjapkan kedua matanya. "Hahaha...." mereka bertiga akhirnya tertawa bersama. "Yuk, kita ke dapur bunda masakin sesuatu, terus kita makan..." ajak Malika menggandeng tangan kedua bocil dengan riangnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun