Mohon tunggu...
Enok Roswati
Enok Roswati Mohon Tunggu... Guru - PNS, Penulis, Pebisnis

Hal terindah adalah dapat memberikan kebermanfaatan untuk orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Perjuangan Menggapai Cinta Anak Didikku"

6 Februari 2022   12:30 Diperbarui: 6 Februari 2022   12:32 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi  Cerpen| Olahan pribadi dari Canva

"Maksih ya Pa, maaf merepotkan" ucap Malika yang diangguki oleh Pa Satpam tersenyum ramah. Malika terengah-engah hampir kehabisan nafas, segera memegang kedua tangan anak didiknya. Membuat kedua bocil itu tidak bisa berkutik. "Sekarang ikut bunda..."Titah Malika yang tidak bisa dibantah lagi. 

Malika membawa mereka ke ruang Inklusi, ruang khusus yang digunakan untuk anak-anak ABK belajar apabila sudah tidak kondusif di kelas atau harus menyelesaikan Pogsus (Program Khusus) setiap anak ABK. Segera Malika mengeluarkan handuk, mengeringkan tubuh mereka yang masih basah, kemudian mengganti pakaian mereka yang masih basah dengan pakaian kering yang disimpan di loker masing-masing anak.

Karena sekolah mereka menerapkan sistem full day sehingga peralatan mereka sudah tersedia lengkap di lokernya masing-masing, termasuk pakaian ganti yang dibawa dari rumah. Minyak kayu putih tidak lupa dioleskan pada tubuh mereka agar hangat. Setelah selesai dengan pakaian yang nyaman, Malika membawakan teh hangat untuk kedua anak didiknya.

"Minumlah..." pinta Malika diiringi dengan gerak isyarat agar mereka paham. Mereka menyesap teh buatan Malika. Tampak sangat menikmati hingga gelas tersebut kosong. Malika hanya diam menatap mereka.

"Hatchi... Hatchi..." Avi mulai merasa hidungnya gatal, beberapa kali dia bersin-bersin. Berbeda dengan Avi, Alfa raut wajahnya nampak merah, rupanya Alfa demam. Malika langsung menyentuh kening mereka berdua, menghela nafas panjang.

"Tuh, kan kalian jadi sakit... sekarang bunda tanya. Setelah tadi bunda tinggal sebentar waktu istirahat siang, kalian kemana?" tanya Malika lembut diiringi dengan gerak isyarat agar mereka lebih paham. Mata teduh Malika seolah menghipnotis kedua bocil yang selalu berulah ini.

"Avi ama Afa main di kebun buat itana..." jawab Avi yang masih belum terdengar jelas dari artikulasinya. "Setelah buat istana di kebun dengan lumpur terus..." gali Malika. "Avi, Afa ma..di..." jelas Alfa. "Mandi tapi main air iya?" mereka tersenyum cengengesan.

"Tadi kenapa dorong bunda, terus kalian lari?" tanya Malika ketus, mereka menunduk. "Ta-kut bun-da ma..ah... ki-ta" aku Avi, yang diangguki Alfa. "Takut bunda marah?" mereka mengangguk kompak. "Bunda gak marah, kalian mau main tanah atau main air tadi. Tapi harusnya kalian ijin bunda dulu, agar bunda bisa menjaga kalian. Paham?" tutur Malika lembut, ada penegasan diakhir kalimatnya.

"Sekarang bunda tanya, boleh tidak kita dorong orang yang lebih tua? Apakah itu anak yang baik?" Malika meminta pendapat mereka. Kompak mereka menggelengkan kepalanya. "Menurut kalian, benar atau salah apa yang telah kalian lakukan tadi?" mereka serempak menggeleng.

"Ya, sudah nanti kita bicara lagi. Sekarang kalian tiduran dulu aja ya... bunda ambilkan makanan dan obat dulu agar kalian lekas sembuh." Malika membantu mereka berbaring di kasur yang telah disediakan di ruang inklusi tersebut. Setelah menaikkan selimut keduanya memastikan mereka tidur dengan nyaman, Malika segera melangkah ke luar. Namun, ujung hijab Malika seolah ada yang menarik, membuat Malika harus menghentikan langkahnya langsung berbalik. Rupanya tangan mungil mereka menarik hijabnya.

"Bun-da... ma... af..." ucap mereka bersamaan, mata mereka berkaca-kaca seolah air mata itu sebentar lagi akan segera mengalir. Malika terharu mendengar permintaan maaf mereka. "Avi ca-yang... bunda..." ujar Avi "Afa u-ga..."artikulasi mereka masih sangat terbatas, namun Malika mampu memahami bahasa mereka. Malika segera terduduk dan merentangkan tangannya menyambut mereka. Kedua bocil yang selalu membuat ulah itu akhirnya berhamburan dalam pelukan Malika.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun