Busuk sekali kalian menuduh, aku (Edo Firman) bukanlah pelaku pengedar narkoba, barang haram itu najis sekali aku sentuh, bagaimana aku bisa mengedarnya? Apakah di Indonesia ini, bertebaran polisi gila seperti kalian? Jelas-jelas pelaku kejahatan itu adalah Guntur. Dia (Guntur Tejo) bercerita pada Edo telah mengedar narkoba. Berbagai cara cerdik dia perbuat. Tentu dia pintar. Pintar walau nilai sekolah dia hancur berantakan. Kepintaran tak diukur dari sekolah. Sekolah sekadar untuk mencapai ijazah. Selembar kertas itu zaman ini yang dilirik. Bukan bakat dan keterampilan. Apalagi isi otak.Â
Pada suatu hari, aku menatap Guntur, sekonyong-konyong Guntur pandang balik, lalu Guntur menghampiri aku yang berada di pinggir makam umum, dan sepertinya Guntur hendak mengajak aku berbicara. Dia menghampiri Edo. Di sana, Edo termenung melihat dia. Ada yang ingin dia sampaikan. Suatu rahasia besar. Edo pasti akan terperanjat.Â
"Tahukah kau? Saya harus punya uang. Mangkanya saya jadi pengedar narkoba." Kata Guntur.Â
"Tolol! Kalau kamu kena tangkap polisi bagaimana?" balas Edo.
"Semoga Tuhan melindungi saya."
"Tuhan tak akan mengabulkan dosa pendosa sepertimu. Aku tak habis pikir pola pikirmu."
"Kau yang tolol! Lihatlah ateis itu! Tetap selamat dalam penerbangan pesawat."Â
"Tai!"Â
Guntur melayangkan jotosan ke wajah aku, dan aku tak diam saja atas kesemena-menaan itu, aku merangsek tubuh Guntur sampai terempas. Dia ditindih oleh Edo yang sudah teronggok di atas tubuh dia. Edo memukul-mukul. Marah betul bagai orang kerasukan setan. Tentu saja dia harus melawan juga. Bodoh! Dia yang mulai semuanya! Dan harus menerima akibat.Â
****