Tak luput pula saya akan menuliskan keadaan tokoh "saya" dalam penjara yang dibanjur kesedihan sebab menuliskan kisah pembunuhannya sendiri. Lalu saya akan menuliskan kalimat-kalimat pada paragraf terakhir atau tiga puluh satu begini:Â
Seusai membunuh Muntaha, saya merenung dua hari dan mendapat kesimpulan. Kalau suara-suara di mimpi saya bukan dari Tuhan melalui malaikat yang menjelma, tapi dari para jin. Saya bukan nabi. Bukan wali. Bukan sufi. Bukan kiai. Bukan ustad. Sungguh setan adalah musuh yang nyata. Lalu saya menemui Kiai Badar dan menyerahkan diri pada polisi.Â
Surabaya, 3 April 2024
[1] Bhuju' Perreng: Bhuju' artinya sesepuh yang punya kekeramatan di masa lalu dan berjasa pada masyarkat (Madura) sehingga makamnya dikeramatkan. Perreng artinya bambu. Bhuju' Perreng adalah julukan bagi sesepuh tersebut.Â
[2] Tanah Sangkolan: Tanah yang diwariskan leluhur turun-temurun dan tak boleh dilepas (dijual) oleh generasinya.Â