Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pasca Sarjana

Pembaca sastra (novel; cerpen; esai), pendengar kajian filsafat dan musik, penonton kearifan lokal; sepak bola timnas Indonesia; kartun, pemain game Mobile Legends. Instagram: @rosuljayaraya24

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Betapa Indahnya Dicintai

18 Mei 2023   11:20 Diperbarui: 18 Mei 2023   11:46 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.dreamstime.com/continuous-line-drawing-group-friends-enjoying-dancing-vector-illustration-workers-image133354619

Memang, kita enggak bisa menampik rasa ketertarikan pada siapa pun perempuan yang cantik bukan? Tetapi cinta kita yang suci enggak tertanam pada siapa pun meski itu perempuan cantik sekalipun melainkan pada seseorang yang hanya bisa menaklukkan jiwa kita.

Kepulan asap melayang-layang lalu perlahan luruh menghilang, dari mulut-mulut remaja dewasa yang sedang nongkrong, membunuh kangen mereka. Beruntung malam minggu seperti ini, malam yang wajarnya dihabiskan dengan pacar-pacar mereka, diisi kongko kesana-kemari. Termasuk kenangan masa sekolah yang abadi tersimpan angan.

Selain bersama Kamelia, dengan merekalah indahnya dicintai terasa. Suasana kekeluargaan enggak harus terbetik dari keluarga saja. Apalagi buat gue yang sudah enggak merasakan suasana itu. Momentum macam ini, kebahagiaan yang tiada tara.

Gadis manis yang senyumnya membangkitkan semangat dan menghapus jejak nelangsa, adalah cinta yang paling indah. Betapa indahnya dicintai sangat luar biasa olehnya. Kamelia yang selalu menerima kondisi gue apa adanya.

Sedari awal gue sudah menyangka kalau Kamelia cinta sejati gue. Benar, dulu banyak teman-temannya yang cantiknya melebihi Kamelia. Memang, kita enggak bisa menampik rasa ketertarikan pada siapa pun perempuan yang cantik bukan? Tetapi cinta kita yang suci enggak tertanam pada siapa pun meski itu perempuan cantik sekalipun melainkan pada seseorang yang hanya bisa menaklukkan jiwa kita.

Kamelia harta berharga gue di kota ini, dan yang kedua adalah kalian kawan-kawan. Gue bilang di kota ini, Bekasi, karena bibi dan paman gue tinggal di kota sebelah, Jakarta. Sementara yang lainnya di kampung halaman sana, Brebes.

Rahman. Nampaknya kami lebih cocok memanggilnya Ustad Rahman. Ya, dia sudah 8 tahun di pesantren. Di antara kami, tentu dialah paling alim. Orang Madura dan mondoknya pula di Madura. Dia sudah bertunangan dengan Zulfa, santri putri satu pesantren dengannya. Rokoknya Dji Sam Soe Super Premium.

Jonathan. Dia orang kristen, berasal dari Medan. Bekerja di pabrik minuman. Makanan kesukaannya adalah daging babi. Katanya itu daging tersedap di dunia ini yang pernah dia rasakan. Pacarnya bernama Angel, malaikat hatinya. Rokoknya Surya.

Aji. Selepas lulus SMK, dia langsung melamar bekerja di mana-mana. Karena jurusan mesin, akhirnya dia diterima bekerja di bengkel dan sekarang di pabrik motor. Walau orang Ambon, kulitnya enggak gelap. Mungkin turunan ibunya yang putih, orang Tanggerang. Dia masih single. Tidak merokok juga.

Wahyu. Memakai kacamata. Di antara kami dialah yang paling cerdas. Sebentar lagi, dia akan wisuda S-1 lulusan arsitektur. Cita-citanya ingin merancang rumah dan gedung. Betul, dia berharap menjadi arsitek. Fioni adalah penyemangat hidupnya, pacarnya. Rokoknya Sampoerna Mild.

Candra. Yang membawa dua botol bir itu. Nominasi paling nakal di antara kami itulah dia. Katanya, selagi masih muda hidup mesti dinikmati. Dia suka nongkrong di mana-mana, balap liar, berantam, ke diskotik, tidur dengan wanita malam. Maklum, dia anak orang kaya. Bapaknya punya pabrik mobil. Kelak dialah pewaris ayahnya. Lesti adalah pacarnya. Rokoknya rokok elektrik.

Syahdan, bagaimana dengan hidup gue? Mungkin berbicara kehilangan cinta, di antara mereka gue yang paling mendominasi. Ya, semua cinta itu hangus sudah. Hanya satu tersisa. Gue bersyukur masih memilikinya.

Batuk-batuk menyalak yang dulu waktu kelas 3 SMP saban hari gue dengar, berhenti sebab dijemput paksa kematian! Kak Nabila yang terjangkit TBC di umur gue ke-17 tahun meninggalkan gue selamanya di usianya ke-20 tahun. Kakak yang baik dan cantik mirip emak. Selamanya enggak bisa gue rasain celoteh kasih sayang dari lisannya. Sudah enggak ada pertengkaran adik-kakak lagi yang membuat emak-bapak kalang kabut melerai.

Motor Jupiter Z merah enggak berbentuk. Hancur terlindas ban kontainer beroda enam. Mesin yang gepeng terbelah-belah itu juga menggilas habis tubuh bapak di atasnya sehingga turut gepeng dan isi tubuhnya terburai berceceran di jalan raya. Kejadian nahas itu pas waktu gue kelas 3 SMA. Setelahnya nasihat-nasihat bapak yang humor dan kadang galak enggak pernah bisa gue serap lagi.

Lambat laun emak yang terus depresi memikirkan bapak darahnya semakin naik. Kondisi badannya semakin hari semakin lemas saja. Sudah enggak pernah terdeteksi lagi kebahagiaan terukir di wajah emak. Sampai darah tinggi benar-benar merenggut nyawanya. Pada akhirnya gue tinggal sendirian.

Tanpa Kak Nabila. Tanpa bapak. Tanpa emak. Gue hanya sendiri di rumah. Beruntung Kamelia, dengan keistimewaannya enggak pernah membuat gue merasa sendiri. Kamelia enggak pernah berubah dari sejak gue pacaran sama dia di kelas 2 SMP, senantiasa hadir. Mengisi segenap kekosongan.

Paman dan bibi sempat mentitah gue untuk tinggal bersama mereka di Jakarta. Tapi, gue menolak. Dengan bantuan dari mereka, sudah sangat cukup, gue jadi bisa menamatkan SMA. Seusai itu gue bisa kerja dan ngekos sendiri di kota Bekasi ini. Gue enggak ingin jauh dari Kamelia. Lebih baik tinggal sendiri daripada berpisah jarak dengannya.

Kamelia yang mencegah gue jangan larut memikirkan kehilangan. Toh, masih ada dirinya. Gue diperintah bangkit dari keterpurukan dan lautan kesedihan. Gue dilarang melakukan perkara-perkara tolol yang menyakiti diri sendiri: mengkonsumsi alkohol, ganja, narkoba, menggoreskan pisau pada kulit. Katanya, dia enggak mau gue kenapa-kenapa.

Oh, betapa indahnya dicintai masih kuperoleh dari Kamelia. Lalu datang kabar enggak sedap. Beritanya orang tua Kamelia enggak setuju dengan hubungan gue dan dirinya. Kalau dia hidup sama gue, kata emak-bapaknya, enggak akan bahagia. Pasti susah melulu.

Padahal suatu hari gue yang akan menikahinya, membahagiakan Kamelia dunia akhirat. Tapi, orang tuanya membangun tembok yang tinggi dan cinta gue pada Kamelia selalu digusur. Gue mulai merutuki nasib gue sendiri. Apakah gue akan kehilangan cinta terakhir gue? Satu-satunya cinta yang bisa menghidupkan gue di kota ini?

Enggak-enggak. Gue masih punya kalian. Ya, kalian kawan-kawan terbaik gue. Yang mendukung penuh gue. Gue masih dicintai kalian. Oh, betapa indahnya dicintai kalian. Ah, tapi tetap saja, rasanya lain dengan Kamelia.

Kehilangan kalian gue masih bisa bertahan. Kehilangan Kak Nabila, emak, dan bapak, jujur gue enggak kuat sumpah! Terngiang-ngiang perasaan ingin menyusul mereka. Tapi, Kamelia selalu menghentikan gue. Dia terus menyemangati gue bertahan. Gue harus terus hidup, demi cinta kita, kata Kamelia.

Kelak terdapat berita memilukan! Kamelia dijodohkan oleh orang lain. Lalu kalian mendapati gue gantung diri di kamar kos-kosan gue sendiri dan Kamelia sesudah mendengar kabar itu, sontak meminum racun tikus sampai modar.

Rosul Jaya Raya, penulis pernah tinggal di kota Bekasi selama 15 tahun. Cerita terinspirasi dari keadaan mengenaskan seorang teman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun