Mohon tunggu...
Rosul Jaya Raya
Rosul Jaya Raya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa STAI Syaichona Moh. Cholil Bangkalan

Membaca adalah bagian dari hidup saya, terutama karya-karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bintang Kehidupan

10 Mei 2023   18:19 Diperbarui: 10 Mei 2023   20:32 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Dokumentasi Sendiri

Kala itu kau sudah besar, Nak. Bibimu mengirim fotomu. Kau akan masuk SMP. Kau mirip emakmu, Lastri. Istri bapak tercinta. Bapak tak akan menikah lagi. Cinta bapak kini dalam doa kepada Lastri. Ya, Lastri yang meregang nyawa agar kau lahir sehat dan selamat, Nak. Dia pendarahan hebat. Seusai kau lahir. Dan nama Bintang itu dari emakmu sebelum nafasnya tiada. 

Untuk mencoret sepi kala menunggu pelanggan. Bapak acap kali mewarnai. Mewarnai boneka-boneka koleksi bapak. Bapak gemar mengoleksi boneka. Semenjak dulu, bermain dengan boneka. Bapak tak suka bermain bola, perang-perangan, layangan, kelereng, petasan. Bapak hanya nyaman bermain dengan boneka. Mewarnainya. Menghiasnya. 

Begitulah, kata orang-orang bapak tak cocok bekerja berat-berat. Bapak terlalu gemulai. Bapak tak pernah becus, kata mereka.

Suatu hari, ada wanita cantik, lehernya bertato, mulutnya bau asap rokok, kira-kira berusia 40 tahunan, datang ke pangkas bapak. Dia minta potong rambut lalu pijit. 

"Pas sekali dan pijitanmu enak." Pujinya 

"Terima kasih." Kata bapak. 

"Nampaknya kau lebih cocok bekerja di salonku. Daripada di tempat kumuh ini."

Selanjutnya, di salon bercat hitam-putih yang lengkap alat-alat dan fasilitasnya ini bapak bekerja. Pangkas rambut dengan dinding yang sudah mulai memudar catnya dan banyak retakan sana-sini sempurna bapak tinggalkan. 

Teman-teman bapak di sini ada yang drastis mengubah penampilan, mengubah jenis, atau tingkahnya saja. Lantas lama-lama bapak tertarik mengubah penampilan.

Seusai kau lulus SMP, bapak berhasil punya uang untuk memondokkanku, Nak. Cukup uang saja yang bapak kirim kepadamu. Yang penting halal. Bapak tak akan menafkahimu pakai uang haram. Tak boleh. Uang haram tidak baik buatmu yang sedang menuntut ilmu. Tak akan bapak biarkan badanmu tumbuh oleh daging yang haram. 

Bapak tak ingin menangkap ekspresimu melihat kondisi bapak yang begini. Bapak berbohong kalau bilang tak punya HP android. Kau pasti malu, Nak. Teman-temanmu tentu akan menyinyirmu. Alasan itulah, bapak tak mengirim foto kepadamu. Biarlah nanti diumurmu ke-25, tepat di hari wisuda kesarjanaanmu, bapak akan merubah penampilan ke sediakala lantas mudik menemuimu. Sebagai kejutan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun