Mohon tunggu...
Rossy Vidian Sari
Rossy Vidian Sari Mohon Tunggu... -

I positioned myself to be able to choose, Choose what i want to do, Choose what the best for me. Choose to be happy, Choose to be who i want to be. I respect good attitude, manner and intellectual thoughts, I love spontaneity, craziness and unexpected ideas. you could see me as a girl with deep passion in very unique character, not typical - SIMPLE, but too complicated to know in the short time

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tiga Puluh Lima Tahun yang Lalu

19 Februari 2013   08:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:03 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" Ya halo.." suara mas Rama sangat lemah, terdengar kesedihan yang mendalam di suara itu.
" Mas, saya turut berduka cita...atas meninggalnya Mba Ratri. Mas yang kuat ya..." aku pun tak kuasa menahan tangis
Mba Ratri sudah seperti kakakku sendiri, "Yang kuat ya mas..." terdengar dikejauhan mas Rama menangis, aku tahu pasti rasa itu
rasa ketika orang yang sangat kau cintai pergi tak kembali.

"Iya, Ayu..terima kasih ya..doakan saya dan anak anak kuat menghadapi cobaan ini, kamu tahu kan..kami sangat mencintai Ratri" terdengar di kejauhan Mas Rama menangis.

Mba Ratri, istri mas Rama sudah 4 bulan ini dirawat di RS Mt. Elizabeth Singapore, kondisinya semakin menurun dari waktu ke waktu
aku selalu menanyakan kabar mereka ke putra bungsu mas Rama.
hingga tiga hari yang lalu aku mendengar mba Ratri telah pergi ke haribaan Ilahi.
aku mencoba menghubungi Mas Rama, tidak berhasil..
Baru hari ini aku berhasil menghubungi keluarga mereka.

Palembang, December 2013

" Sungguh pa, kami tidak keberatan...kami tahu papa tidak lagi muda, begitupun tante Ayu."
" Tapi tidak ada salahnya papa menikah lagi, demi ada yang mengurus dan menemani papa di hari tua kelak"
" sungguh aku dan adik adik ikhlas pa.."

Dina memeluk papanya, tampak Rama memikirkan kembali perkataan anak anaknya,
malam ini anak anaknya datang kerumah Mas Rama

"Tantra pun ikhlas pa, kami sudah tahu tante ayu sejak kecil..kamipun sudah tahu bahwa hanya tante Ayu yang mungkin
akan bisa menjadi pendamping terbaik bagi papa setelah kepergian mama."

Rama beranjak dari tempat duduknya. "Papa tidak tahu lagi apa yang harus papa lakukan, papa sudah tua..."
dia memandang ketiga buah hatinya yang berdiri dibelakangnya.
Rama kembali memandang lapangan hijau yang terbentang dihalaman rumah mereka.
"Akan papa pikirkan, papapun sekarang tidak tahu harus bagaimana..papa tahu kalian bermaksud baik, tapi papa malu.
malu pada kalian, malu pada Allah, malu pada cucu cucu papa.."

"Apa kata orang, kakeknya menikah lagi...papa malu nak"

Dina menghampiri ayahnya, "Pa aku rasa inilah yang terbaik untuk papa, kami ikhlas dan kami yakin begitu pula mama disurga"
Kami ingin papa bahagia lagi
Dina memeluk ayahnya, Di usia senjanya ayahnya terlihat sangat rapuh
"Papa orang baik, papa berhak untuk bahagia lagi.."
Jakarta, 8 February 2013

"Mama, rombongan om Rama sudah datang..."
Yana berteriak setelah melihat kearah jendela.
dia memberikan isyarat kepada seisi rumah bahwa rombongan besan telah datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun