Mohon tunggu...
Rossa Umdatul Khoirot
Rossa Umdatul Khoirot Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa/Unusia

Sosiologi, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Buku: Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia, Karya Neng Dara Affiah

23 November 2024   18:21 Diperbarui: 24 November 2024   14:14 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut merupakan Biodata singkat penulis: Penulis bernama Neng Dara Affiah (Eneng Darol Afiah). Lahir di Pandeglang, Banten, 10 Desember 1969. Beliau menyelesaikan pendidikan S1 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1993), serta S2 dan S3 di Universitas Indonesia, FISIP, Departemen Sosiologi. Pernah mengikuti pendidikan HAM di Selandia Baru (2007) dan pluralisme agama di AS (2004). Saat ini, beliau adalah dosen di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Beliau pernah menjabat sebagai Komisioner Komnas Perempuan (2007-2014), anggota BAN PAUD dan PNF (2018-2023), serta terlibat dalam riset internasional, termasuk isu ekstremisme, demokrasi, dan gender. Beliau juga merupakan penggagas Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan organisasi Alimat.

Karya-karya beliau meliputi buku seperti Potret Perempuan Muslim Progresif Indonesia (2017) dan Muslimah Feminis (2009), Kemanusiaan dan Pembaruan Masyarakat Muslim Indonesia (2023) yang akan kita review, serta berbagai tulisan di media massa. Beliau aktif sebagai narasumber di forum nasional dan internasional, serta menjadi Ketua IKALFU UIN Jakarta (2021-2027).

Sebagai seorang intelektual publik, Neng Dara Affiah menghadirkan perspektif sosiologis yang kritis dan inklusif. Dengan latar belakangnya sebagai dosen, aktivis, dan komisioner Komnas Perempuan, penulis memiliki pengalaman luas dalam mengkaji isu-isu kontemporer terkait gender, pluralisme agama, dan kemanusiaan.

Buku ini terbagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu (1)Spiritualitas Kemanusiaan dan Kesemestaan, (2)Islam dan Ikhtiar Pembaruan Ajaran Islam, serta (3)Keindonesiaan dan Kemajemukan. Tiap bagian mengulas berbagai topik yang erat kaitannya dengan aspek globalisasi, hak asasi manusia, demokrasi, dan dinamika fundamentalisme agama.

Ilmu Pengetahuan dan Hak Asasi Manusia

Bagian pertama buku ini, "Spiritualitas Kemanusiaan dan Kesemestaan," menyoroti pentingnya ilmu pengetahuan dalam memahami hubungan manusia dengan nilai-nilai kemanusiaan. konsep manusia unggul yang digagas oleh Allamah Iqbal, seorang filsuf Muslim terkemuka dari Pakistan. Iqbal menekankan pentingnya manusia mencapai potensi tertingginya dalam hidup. Ia menggambarkan manusia yang berhasil mencapai puncak kemuliaan seperti burung rajawali, simbol keberanian dan kebebasan. Sebaliknya, manusia yang tidak menggunakan akal dan hatinya diibaratkan seperti semut yang berjalan di tanah, mudah terinjak dan tidak dihargai. Pemikiran Allamah Iqbal yang diangkat dalam buku ini menekankan pentingnya pengembangan potensi individu melalui kerja keras, inovasi, dan pemikiran kritis. Konsep manusia unggul menurut Iqbal menggarisbawahi bahwa manusia harus selalu bergerak maju untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik, yang merupakan inti dari semangat globalisasi dan modernisasi.

Dalam buku ini, tema "Menyoal Paham Teologi Tulang Rusuk" membahas konsep hak asasi manusia dengan fokus pada pandangan tradisional mengenai penciptaan perempuan. Penulis mengkritisi kepercayaan lama yang menyatakan bahwa perempuan diciptakan dari tulang rusuk pria, yang seringkali dianggap bengkok. Keyakinan ini telah diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi selama berabad-abad, sehingga dianggap sebagai kebenaran yang tak terbantahkan. Akibatnya, perempuan sering kali dipandang tidak sepenuhnya setara sebagai manusia, baik dari segi hak maupun martabatnya.

Pembahasan mengenai penciptaan perempuan dari tulang rusuk pria juga dihubungkan dengan ayat Al-Qur'an yang berbunyi: "Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya, Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenis kamu sendiri, agar kamu merasa tenteram bersama mereka, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa cinta dan kasih sayang" (QS. Ar-Rum: 30:21). Ayat ini menekankan pentingnya keharmonisan dan cinta dalam hubungan manusia, yang menjadi salah satu tanda kebesaran Allah.

 Penulis menyoroti bahwa konsep penciptaan perempuan sering digunakan untuk merendahkan keberadaan perempuan melalui sistem makna yang dibentuk oleh masyarakat, yang disebut sebagai kekerasan simbolik. Kekerasan simbolik ini, meskipun tidak bersifat fisik, memiliki dampak yang sama seriusnya dengan kekerasan fisik dan psikis. Akibatnya, perempuan sering merasa rendah diri, penakut, mudah cemas, tidak berdaya, dan mengalami berbagai bentuk pelemahan lainnya. Oleh karena itu, penafsiran yang merendahkan tentang penciptaan perempuan dari tulang rusuk pria harus segera dihentikan sebagai langkah penting untuk menghapus segala bentuk kekerasan terhadap perempuan dalam berbagai manifestasinya.

Pierre Bourdieu menyebut fenomena ini sebagai bentuk kekerasan simbolik, yaitu kekerasan yang bersifat halus, samar, dan tersembunyi, sehingga sering kali tidak dianggap sebagai masalah dan diterima oleh banyak budaya sebagai sesuatu yang wajar. Kekerasan simbolik ini kemudian direproduksi melalui berbagai saluran pendidikan, mulai dari lingkungan keluarga, institusi pendidikan formal, hingga pendidikan nonformal. Dampak lebih lanjut dari pemahaman ini adalah munculnya diskriminasi terhadap perempuan, baik dalam aspek hukum agama, hukum negara, maupun dalam berbagai praktik budaya masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun