Mau tak mau Clarissa mengangkat kepalanya dan tanpa menatap langsung ke wajah Brian, ia menyambut uluran tangan Brian. Hebat ini anak, pikirnya. Bisa bersikap sedemikian rupa di depan orang lain, seolah-olah tadi tidak ada kejadian apa-apa di antara mereka berdua. Seolah mereka belum pernah saling bertegur-sapa. Orang seperti ini pastilah amat licik, pikirnya. Apalagi Brian sudah membuat Violetta berselisih dengan Josh dan Ted demi untuk membelanya. Baru sehari saja Violetta mengenal Brian, sudah berubah sedemikian rupa. Berusaha membelanya, dan menyalahkan Josh dan Ted yang sudah menjadi teman sekelompoknya selama bertahun-tahun.
"Masalahmu dengan mereka tadi sudah selesai?" tanya Richie sambil melahap makanannya.
"Dengan teman-temannya Violetta?" Brian bertanya balik. Matanya menatap Clarissa yang sedang berusaha menghabiskan makanannya.
"Iya, kudengar dari Violetta tadi, mereka bernama Josh dan Ted, adalah teman-teman baiknya selama ini. Tapi ia tidak menyesal walaupun demi membelamu sudah memarahi teman-temannya sendiri. Apa kau merasa bangga?"
Brian mencibir. "Teman baik apaan? Lebih tepat dikatakan pecundang yang gagal mendapatkan cinta!" ucap Brian seenaknya.
Clarissa menggigit bibir mendengar ucapan Brian yang meremehkan itu. Kepalanya terasa dipenuhi amarah yang hendak meledak. Orang baru ini sombong sekali, pikirnya. Tapi Clarissa masih berusaha menahan emosi.
"Sebaiknya kamu jangan dekat-dekat dengan Violetta, Brian," saran Richie. "Karena aku merasa akan banyak musuhmu nanti. Josh dan Ted baru saja permulaan. Banyak lagi yang suka padanya."
"Apa kau merasa aku yang mendekatinya? Bukannya sebaliknya?" Brian mengingatkan. "Aku juga tidak suka dikejar terus."
Clarissa sudah menghabiskan sisa makanannya. Sekarang emosinya benar-benar tidak bisa lagi dibendung. Ia mengangkat kepalanya dan matanya menatap Brian sebal. "Kusarankan, kau segera menjauhi adikku, Brian! Teman-teman lelaki adikku sudah terlalu banyak, kamu hanya membuat semak sjaa. Kalau mereka mendengar kata-katamu barusan, bisa-bisa nanti kau dikeroyok!"
"Ah, begitu parahnya?" Brian bereaksi tak percaya, namun bibirnya meyungguing seulas senyum remeh.
"Clarissa bermaksud baik padamu, Brian," nasehat Richie. "Lihat saja, aku duduk dengan Clarissa tidak ada masalah apa-apa. Atau begini saja, kita tukaran tempat duduk. Kau duduk di depan dengan Clarissa, sedangkan aku pindah ke belakang, dekat dengan Violetta. Mereka juga tahu aku tidak akan mengusik Violetta, jadi tidak akan ada masalah bukan?"