Mohon tunggu...
Rosni Lim
Rosni Lim Mohon Tunggu... -

Seorang cerpenis kota Medan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

SebuahPembalasan (3)

6 September 2012   08:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:51 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hati-hati!" ucap Brian, sementara matanya menatap langsung ke mata Clarissa. Wajah Brian amat dekat dengan wajahnya, membuat Clarissa terasa sulit bernafas.

Detik kesatu, dua, dan tiga, Clarissa terpana. Detik keempat, Clarissa menepiskan tangan Brian yang sedang memegangi pergelangan tangannya, lalu dengan siku kanannya, Clarissa menyikut dan menjauhkan tubuh Brian yang merapatinya. Jantung Clarissa berdegup kencang berada dalam dekapan Brian sesaat tadi, dan hatinya berdebar aneh ketika Brian menatapnya. Rupanya tatapan mata Brian dari dekat tidak sedingin seperti yang ia kira, melainkan terasa amat sejuk, lembut, dan teduh.

Clarissa cepat-cepat menyingkirkan perasaannya. "Aku tidak apa-apa," ucapnya sambil menyibakkan rambut panjangnya ke belakang bahu, lalu ia berjalan tergesa-gesa menuju pintu keluar.

Brian menarik nafas panjang sambil memandang kepergian Clarissa yang tergesa. Tampaknya Clarissa takut padanya. Ketika sosok Clarissa menghilang di balik pintu, Brian memejamkan matanya. Masih tercium olehnya harum rambut Clarissa di dalam dekapannya tadi, juga masih membekas di hatinya ketika mata Clarissa beradu dengan tatapannya, perasaan Brian bagai tersentuh.

Tidak, aku tidak boleh lemah, bisik hati Brian. Yang paling penting adalah tujuanku. Buang semua perasaan yang tidak berguna ini. Setelah berkata-kata sendiri di dalam hati, Brian pun membuka matanya dan berjalan menuju pintu keluar.

Brian berjalan sendirian di dalam kompleks sekolahan itu. Bangunan sekolah ini memang amat luas dan bonafide. Dari luar saja sudah tampak gedung sekolah yang megah, kokoh, dan angkuh, seolah-olah hanya siswa dari kalangan  berada saja yang bersekolah di sini.  Sedangkan Brian dan Richie yang tidak ketahuan bagaimana latar belakang keluarga mereka, agak sulit menerima hal ini. Tapi bagaimana pun juga, Brian harus berusaha tetap bersekolah di sini, karena di sinilah adanya orang-orang yang ingin ditujunya! Rencana yang sudah disusunnya sejak lama, harus berjalan dengan baik. (Bersambung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun