Mohon tunggu...
Rosni Lim
Rosni Lim Mohon Tunggu... -

Seorang cerpenis kota Medan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

SebuahPembalasan (3)

6 September 2012   08:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:51 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benar ya?" harap Josh sambil menyimpan buku pelajarannya.

"Mm..., mm...," Violetta mengangguk. Setelah itu dilihatnya Josh, Ted, dan seorang lagi teman mereka, Carl, berbarengan keluar kelas.

Violetta mencuri pandang pada Brian yang masih menyalin sesuatu dari buku pelajarannya. Sambil memijit-mijit hp, Violetta menunggu kira-kira apa lagi yang akan dikerjakan Brian di saat lonceng istirahat ini. Perutnya sudah terasa lapar karena tadi buru-buru datang ke sekolah tanpa sempat mencicipi sarapan yang disediakan oleh mamanya. Melihat Brian tidak menunjukkan gelagat akan ke kantin, Violetta memberanikan diri bertanya.

"Brian, kamu tidak ke kantin? Kita sama-sama sarapan yuk, biar aku mentraktirmu sebagai permintaan maafku atas sikap teman-temanku tadi."

Brian menolehnya sekilas, menggeleng kecil. "Aku tidak lapar," sahutnya pendek, lalu kembali menekuni catatannya.

Hati Violetta terasa cemas. Apakah Brian marah padanya karena gara-gara dia, hari pertama Brian di sekolah baru jadi tidak menyenangkan? Malah gara-gara Violetta pula, Biran bertikai dengan Josh dan Ted. Pasti sekarang suasana hati Brian sedang tidak enak, pikir Violetta. Ah, sebaiknya sekarang jangan mengganggunya dulu.

Violetta bangkit dari duduknya, melewati Brian, lalu berjalan ke depan menuju pintu keluar. Tak lama kemudian, para siswa di dalam kelas itu juga ikutan keluar. Walaupun tidak semuanya pergi ke kantin, tapi setidaknya mereka keluar kelas untuk menghilangkan kejenuhan.

Sekarang di dalam kelas itu hanya tinggal Brian, dan seorang siswa perempuan yang duduk di depan. Siswa itu adalah Clarissa. Tampaknya Clarissa masih menyalin sesuatu dari buku pelajarannya. Ia sangat asyik sampai tidak menyadari kalau di dalam kelas itu hanya tinggal ia dan Brian saja.

Suasana di dalam kelas itu kini menjadi hening. Para siswa yang ada di luar kelas pun berada agak jauh dari ruangan kelas, sehingga suasana tiba-tiba terasa sepi. Hanya dari kejauhan saja sayup-sayup terdengar suara para siswa yang mengobrol.

Lima menit kemudian, Clarissa menyadari sesuatu. Ia merasa sedang diperhatikan. Spontan ia menoleh ke belakang dan hatinya berdesir. Brian sedang memperhatikannya dari jauh! Tepat sekali, karena Brian tidak sedang menulis sesuatu, melainkan sebelah tangannya memegangi dagu dan matanya menatap lurus ke depan. Brian sedang menatapinya! Entah sejak kapan. Dan Clarissa merasakan bulu kuduknya merinding. Sorot mata Brian amat dingin, aneh, dan misterius.

Clarissa tepekur tiga detik. Detik berikutnya ia secepatnya mengeluarkan tasnya, menyimpan buku pelajaran dan catatannya ke dalam tas. Lalu tergesa-gesa ia memasukkan tasnya kembali ke dalam laci. Clarissa bangkit dari duduknya dengan gugup karena ia merasa Brian seperti sedang menuju ke arahnya. Baru saja ia hendak melangkah, Brian sudah datang dan menubruknya dari samping. Tubrukan itu cukup keras, membuat tubuh Clarissa bergoyang bagaikan hilang keseimbangan. Secara refleks, Brian menopangnya hingga bahu Clarissa mengenai dada bidang Brian. Sedangkan tangan Brian yang kekar entah sejak kapan sudah menggenggam pergelangan tangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun